My Boyfriend Is An Idol 15

567 63 0
                                    


"Kita ke rumah sakit aja ya? Bunda khawatir banget."

"Gausah bunda, aku udah gapapa."

"Gapapa gimana? Perut kamu ditendang loh? Dicekik juga yaampun lihat tuh leher kamu sampe merah!" Panik bunda.

Winda menggeleng pelan. "Aku gapapa, bentar lagi juga sembuh, mau disini aja."

"Bunda panggil dokternya aja kesini, bunda gak nerima penolakan."

Mendengar itu Winda hanya mengangguk, beberapa menit setelah kejadian itu bunda dan ayah baru saja pulang, mereka langsung mengecek kost saat tak sengaja melihat pintu kost ambruk.

Bunda langsung menelfon dokter kenalannya untuk datang sedangkan Winda memilih untuk tidur lagi untuk mengalihkan rasa sakit pada perutnya. Baru saja ingin masuk ke alam mimpinya tiba-tiba saja dirinya merasakan seseorang memegang perutnya membuat mata Winda kembali terbuka.

"Masih sakit?" Tanya Salma yang diangguki oleh Winda. Gadis itu sedikit menyibak baju Winda hingga perut gadis itu terlihat, mengoleskan minyak pada luka lebam bekas tendangan Rio tadi.

Winda hanya diam membiarkan Salma mengoles lukanya. "Gue tau lo paling gasuka ada yang hina mama lo." Ucap Salma.

"Dia bilang derajat mama lebih rendah dari mamanya dia, anjinglah padahal emaknya yang ngerebut papa gue." Umpat Winda. Benar-benar tidak terima dengan perkataan Rio tentang mendiang mamanya, ia mendudukkan dirinya lalu bersandar pada sandaran kasur.

"Mama gue itu orang baik, dia bahkan gak marah sama papa yang udah khianatin dia, bahkan selama papa nikah lagi dia gapernah nafkahin gue sama adek-adek gue, sampai akhirnya mama meregang nyawa dalam keadaan lagi cari nafkah buat kita." Winda menunduk, airmatanya tidak bisa ditahan jika bercerita tentang mama. Mama, dia itu segalanya buat Winda.

Salma ikut menangis mendengar penuturan Winda membuat gadis itu mendekat lalu memeluk orang yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. Salma tahu seberapa kerasnya Winda untuk menjadi kakak yang terbaik buat adik-adiknya setelah mamanya pergi, Salma ingat sekali dikali pertama dirinya bertemu dengan Winda dia jarang sekali tersenyum, dia berbicara jika memang perlu sisanya dia hanya merespon setiap omongan dengan mengangguk, menggeleng atau tersenyum.

Jika bukan Dewita duluan yang mengajaknya mengobrol, jika bukan Nanna yang mengajaknya keliling kota hanya untuk menghabiskan waktu bersamanya, jika bukan karna Titania yang menemaninya di rumah maupun di sekolah dan peran semua anak kost termasuk bunda ayah. Winda akan tetap menjadi pribadi yang pendiam dan memendam semuanya sendirian, Winda tidak akan menjadi seceria sekarang, Winda pasti akan memilih menangis diam-diam dikamar sampai lelah daripada bercerita apa yang dia rasakan pada semuanya. Bahkan membutuhkan waktu yang cukup lama bagi bunda mendapatkan persetujuan dari Winda tentang Mina dan Risa yang akan dirawat oleh bunda dan ayah.

"Mama lo emang orang baik, gue percaya dari cara dia ngerawat lo dari kecil sampai sekuat ini aja udah ngebuktiin seberapa hebat mama lo ngedidik lo, beliau pulang lebih dulu karna semesta tau orang baik tidak pantas berada di dunia yang kejam ini. Lo masih ada disini, karna semesta tau lo orang yang kuat, lo juga dikelilingi orang-orang yang sayang sama lo, mama lo pasti seneng liat lo udah tumbuh jadi kakak yang kuat buat adik-adiknya." Tutur Salma sambil mengusap-usap punggung Winda, mereka berdua saling memeluk dan menumpahkan tangis. Winda sendiri beruntung bisa kenal orang-orang baik seperti mereka.

Bunda yang memang masih ada di balik pintu itu menangis mendengar ucapan dua orang di dalam kamar itu, dia sedih sekaligus bangga dengan mereka yang bertahan sampai sekarang, Kost yang dia bangun dengan susah payah ini berhasil menjadi rumah yang nyaman buat sebagian orang, kost yang awalnya hanya dihuni beberapa orang dan sepi sekarang menjadi kost yang penuh dengan canda tawa dan tangis orang-orang yang berjuang untuk tetap bertahan sampai saatnya dipanggil untuk pulang.

"Bunda, ini dokternya udah dateng." Selly menghampiri bunda, dengan cepat bunda menghapus airmatanya lalu mempersilahkan dokter itu masuk.

---

Setelah dokter selesai memeriksa Winda dan pergi, terlihat Sunoo yang tengah membuka pintu kamar Winda dengan perlahan. Dia penasaran dengan keadaan Winda setelah kejadian tadi.

Ternyata gadis itu lagi tidur sambil memegangi perutnya yang masih lebam, Sunoo membenarkan baju Winda yang sedikit turun saat tangannya bergerak.

Tangan kiri buat nutup matanya, tangan kanan menutup baju gadis itu dengan pelan dan itu sukses membuat Winda bangun.

"Maaf ... cuman mau benerin baju lo aja." Kata Sunoo gelagapan dikit.

"Tidur lagi kalo masih ngantuk."

Winda mengambil novel yang tidak jauh darinya lalu dia berikan ke Sunoo. "Bacain biar bisa tidur lagi."

Sunoo awalnya bingung tapi tetep dia ambil bukunya dan buka halaman pertama.

Dia mulai baca novelnya seperti sedang menceritakan dongeng pada anak kecil dan itu sukses membuat Winda tertawa kecil, baru satu halaman yang dibaca tapi sudah sukses membuat Winda tidur.

Ia menutup bukunya lalu menaruh di tempat semula, tangannya menepuk kepala Winda pelan.

Apa benar dirinya suka sama Winda?

Tapi mana mungkin? Dia sama Winda baru bertemu beberapa hari yang lalu.

"Mungkin, hanya perasaan suka karena berterima kasih sudah ada disaat-saat sulit." Gumam Sunoo dengan bahasa Korea.

Setelahnya dia keluar dan pergi ke lantai bawah.

My Boyfriend Is An Idol | Kim Sunoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang