14. Rasa Ketertarikan

251 28 4
                                    

Jangan lupa berikan vote dan komentar ya guys, karena sangat berharga untuk saya 💖

***

"Sepertinya aku benar-benar harus pergi dari negara ini!"

Clara mengacak rambutnya frustasi di saat Kelvin sudah tidak lagi berada di unitnya. Kini tinggal lah Clara bersama arloji pria itu yang masih berada di atas meja, dengan kepanikan yang menguasai jiwa dan raga Clara.

Masih tidak percaya, jika Clara akan bertemu dengan pria semacam Kelvin itu. Bagaimana bisa ia harus menikahi pria itu? Atau lebih tepatnya, mengapa Clara yang harus bertanggung jawab atas percintaan mereka yang sama-sama terjadi di luar kesadaran? Well, Clara tidak memperkosa pria itu, 'kan? Kenapa di sini ia seakan menjadi penjahat dan harus mempertanggung jawabkan pria itu?

"Dasar pria gila, pria gila!" pekik Clara setengah mati meneriaki nama pria yang juga membuatnya hampir gila. "Dan arloji ini, sungguh pembawa sial! Kalau waktu bisa diputar, aku tidak mau mengambilmu dan mendapatkan hidupku seperti ini!" lanjut Clara lagi kini marah menatap arloji yang tentu saja tidak akan bisa membalas kemarahannya itu.

Tapi walau Clara sedang berada dalam kepanikan beserta amarahnya saat ini, bukan berarti ia harus pasrah menerima keadaan. Clara masih berjuang agar tidak membuat Kelvin menikah dengannya, kok. Ia pastikan itu. Clara akan membatalkan niat gila pria itu. Dia tidak akan menikah dengan Kelvin mau bagaimana pun caranya!

"Aku akan membuangmu, dasar benda pembawa sial!" gerutu Clara sambil mengambil kembali arloji itu dan hendak membuangany di tempat sampah luar, mungkin ia rasa dengan membuang arloji ini setidaknya akan membuang kesialan Clara. Well, kesialan ini pun berasal dari arloji ini, 'kan? Yah siapa tahu jika Clara membuangnya, kesialan ini akan berhenti. Hm, walau kecil kemungkinan, sih.

Namun, saat Clara hendak melempar arloji itu melalui balkonnya, seketika ia teringat akan ucapan seseorang yang mana sebelumnya pernah mengatakan mengenai arloji pembawa sial itu.

"Sepertinya benda itu memang membawa keberuntungan, Cla."

Well, kalian tahu siapa orangnya.

***

Ada yang berbeda dengan kedatangan Kelvin kali ini. Mungkin Shenzi sudah merasakannya sejak kemarin atas perubahan sang bos yang cukup membuatnya heran. Bisakah Shenzi berkata jika dari kemarin Kelvin tidak menunjukan sikap menyebalkannya? Alias pria itu nampak lebih santai dan tidak pemarah seperti biasa. Melihat ini membuat Shenzi curiga, bukannya malah bahagia, karena siapa tahu saja sang bos sedang terkena pelet yang mana melupakan jati dirinya sendiri.

"Kau baru kena hipnotis seseorang di jalan, Bos? Wajahmu aneh sekali!" decak Shenzi ngeri melihat sudut bibir Kelvin yang sejak tadi terangkat ke atas.

"Menurutmu orang yang terkena hipnotis akan tersenyum sepanjang hari?"

"Ya jika itu kau, bisa jadi." Shenzi menjawab yakin. "Katakan, apa yang terjadi denganmu? Kau kenapa, Bos?"

Jelas di sini Shenzi mencemaskan Kelvin. Ia tidak ingin terjadi sesuatu pada bosnya yang bahkan belum menikah dan memiliki keturunan itu. Jika memang otak Kelvin sedang tidak baik-baik saja, maka masalah besar untuk Shenzi karena ia akan kehilangan pekerjaan besarnya ini.

"Kau kira aku sedang gila, huh?" balas Kelvin mulai jengkel dengan tingkah lebay Shenzi di sana.

"Sikapmu itu yang membuatku curiga jika terjadi sesuatu denganmu," pungkas Shenzi lagi.

Not A Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang