3

107 26 10
                                    

Sasuke menidurkan kepalanya di atas meja belajar, beberapa menit yang lalu ia menuntaskan interogasi dari ibunya karena pulang terlambat, padahal dia ini sudah anak kuliah tahu. Kenapa pula ibunya masih memperlakukannya seperti anak umur lima tahun?

Pikiran Sasuke saat ini penuh dengan sosok Sakura, apalagi tentang hal yang terjadi tadi sewaktu mereka jalan bersama. Bahkan kata wow saja tidak cukup untuk merespon itu semua.

Saking fokusnya melamun, Sasuke tidak sadar kalau Itachi baru saja masuk kamarnya. Kakak laki-lakinya yang kini berprofesi sebagai pengacara mengikuti jejak sang ayah itu terheran-heran. Adiknya ini habis berkelahi dengan Naruto atau kenapa?

"Hoi!"

Sasuke menegakkan tubuhnya. Matanya menatap Itachi tajam, "ngga sopan!"

"Udah gue ketok tuh pintu, kuping lo aja kureng."

"Ck!"

Itachi menggelengkan kepalanya, lihat siapa coba yang tadi mengatai orang tidak sopan? Bisa-bisanya Sasuke mendecakkan lidah pada Itachi, untung saja Itachi sayang coba kalau tidak. Leher Sasuke sudah pasti diapit lengannya dengan kencang.

"Lemes amat habis diomelin Bunda, lo udah tau Bunda orangnya gimana malah ga izin dulu waktu ngelayap."

"Ya lupa."

Itachi menyodorkan sekotak sushi untuk Sasuke, "nih, katanya waktu itu mau sushi."

"Gue kenyang."

"Abisin!"

"Bareng."

"Dasar manja," gerutu Itachi namun pada akhirnya menarik Sasuke untuk duduk di pinggir ranjang. Itachi masih memakai jas kantornya, jas hitam dengan kemeja putih dan dasi berwarna hitam bergaris. Wajahnya nampak lelah namun karena ingat waktunya dengan Sasuke jarang ia mau menunda sedikit jadwal mandinya. 

"Kelakuan lo gue cepuin ke Naruto."

"Coba aja kalau berani, gue cepuin balik ke kak Izumi kalau bulan lalu lo clubbing terus kelepasan mabok."

Skak.

Itachi kalah, bisa gawat kalau Izumi—tunangannya yang dua bulan kedepan akan menjadi istrinya itu tahu Itachi sempat pergi ke diskotik meskipun ia sendiri dipaksa oleh rekan kerjanya.

Gawatnya lagi orang yang mengetahui kalau ia pergi ke diskotik adalah Sasuke, tentu saja karena waktu itu Sasuke yang menjemput kakak laki-lakinya yang sudah teler di diskotik. Untung saja Itachi kalau mabuk cuma berubah menjadi beruang kutub yang berhibernasi, bukannya menjadi tukang cabul yang mencium gadis-gadis sembarangan.

"Lo libur kan besok?"

Sasuke mengangguk karena mulutnya sibuk mengunyah. Ia menatap Itachi pertanda mempertanyakan alasan kakaknya itu bertanya tentang jadwalnya besok.

Jangan sampai Itachi memaksa Sasuke untuk ikut kerja bakti komplek, ia kan ingin tidur atau sebenarnya ada satu rencana lain sih yang Sasuke ingin lakukan, yaitu mengantar Sakura kuliah. 

"Siang ikut gue." 

"Ngga bisa!" 

Itachi cepat-cepet menelan makanan di mulutnya lalu berdehem, ia menarik napas sejenak, "Bunda! Sas—" 

"Iya iya!" 

Teriakan Itachi terputus dengan sahutan kelabakan dari Sasuke, bahkan laki-laki itu belum sempat menelan makanan di mulutnya. Alhasil beberapa nasi terbang ke wajah kakaknya. Itachi merengut sambil bergumam 'jorok' sementara Sasuke tak peduli, salah siapa macam-macam dengannya.

"Mau ngapain emang?"

Tak berniat menjawab pertanyaan adiknya, Itachi pura-pura sibuk dengan menghancurkan beberapa telur salmon. Sasuke yang melihatnya meringis, teringat nemo dan ayahnya di suatu tempat pasti memandang kakaknya ini sebagai psikopat gila yang memiliki kerutan di wajah seperti kakek-kakek.

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang