Rumah eyang

206 1 0
                                    

Aku membuka pintu kamar yang kini sudah usang, mendapati sudah tertata rapih. "Kamar kamu gak pernah dipake ya a?"

"Kan aku di jogja ya ga kepake."

Aku hanya ber-oh ria, kelihatan banget kamar cowok nya, terlebih lagi dari segi penataan ruang yang lebih dominan abu-abu. "Kita disini sampai kapan a?"

"Kamu ngga suka kalo disini?"

Aku menggeleng cepat, "ngga dong, aku ngerasa aja kalau kita butuh privasi dan gak selamanya harus tinggal sama orang tua kan."

"Sampai bulan depan, apartement nya zain baru bisa dikosongin." Jawabnya, aku mengangguk mengerti. Aku dan haykal memutuskan untuk menyewa apartement dibandingkan membeli rumah langsung, selain mencicil tabungan kami juga sudah merencanakan rumah impian kami.

"Aa udah datangg!! Yeyy aa udah datang!!" Aku bisa mendengar teriakan suara anak kecil dari luar kamar, haykal menghampiri sumber suara tersebut.

"Neng geulis lagi main disini?" Tanya haykal menggendong anak kecil perempuan yang kini jadi cucu pertama dari keluarga mereka. "Ih bibi cantik banget!"

Aku tersenyum mendengar pujian neng, "neng geulis kok bisa aja sih?" Aku menggelitik tubuh nya sambil bermain. Haykal menurunkan afifah selaku anak kecil yang biasa disebut neng geulis itu, "aku mau beberes kamar ya."

Afifah mengajakku duduk, "bibi mau tinggal disini ya?" Tanyanya.

"Iya sayang."

"Ih bibi gak takut? Kata eyang suka ada suara aneh di dekat ruang pembantu."

Aku tersenyum kecil, dasarku memang penakut tapi kalau sampai anak kecil yang langsung bercerita begini tandanya bisa jadi nyata. "Bibi gak takut tuh, kan ada om haykal,"

"Om haykal pemberani ya bibi?"

"Iya, om haykal kayak superhero!!" Jawabku. Afifah langsung memeragakan superhero spiderman dengan menaik keatas meja, "neng jangan naik-naik takut kacanya pecah."

"Eeeeh neng aduh!" Haykal mengangkat tubuh afifah untuk menjauh dari meja yang kebetulan adalah kaca. "Nanti omah marah,"

Aku terkekeh gemas melihat tingkat haykal dan afifah yang berebut tempat, "NENG GEULISSS!!"

Aku menoleh kearah jendela, mendapati suara panggilan dari luar rumah. "Neng itu dipanggil siapa ya diluar?"

Haykal dan afifah seketika diam, "Siapa?"

"Kamu ngga denger a? Kayanya ada yang panggil afifah, dari nada nya ngajak main."

Afifah yang saat itu posisinya sedang sumringah berubah menjadi takut tangannya memeluk erat kaki haykal. "Aa, neng takut."

Aku yang sadar perubahan ekspresi afifah menjadi panik, "kenapa neng?"

"Salah denger kayaknya kamu sayang, neng mau aa buatin es milo nggak?" Tanya haykal pada afifah.

"MAUU AA."

"Oke! Lets gooo!" Haykal menggengam tangan afifah dan pergi kearah dapur, aku yang notabene orang awan tidak paham dengan yang terjadi dirumah ini.

Aku mengecek keluar jendela tak mendapati seorang pun berada di depan rumah, 'apa aku cuma halu?'

****

"Apa sih a maksudnya??!" Tanyaku pada haykal yang menjelaskan kejadian siang tadi.

"Neng sebenarnya sudah diganggu dari lama taa, sama anak kecil sebaya nya. Dulu A qinan punya anak kembar dan yang selamat sampai tumbuh dewasa hanya afifah, teteh atau ibunya afifah suka gelisah dan denger juga kalau ada yang panggil neng. Tapi gak berwujud,"

As programmer husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang