Aa

200 1 0
                                    

Aku menggendong bayi yang kini sedari tadi menangis, setelah selesai cuti bekerja dan kembali ke rumah sakit aku dijadwalkan melakukan persalinan. "Bu dokter asi ibu nya ngga bisa keluar."

Aku yang sedari tadi fokus pada pekermbangan bayinya mulai terkecoh dengan ibu si bayi yang menangis. "Ibu tenang, jangan panik dulu."

"Bu payudara saya sakit banget, kemarin sempet bocor asinya. Tapi tadi dicoba di kasihin ke si dedek gak keluar," ujarnya.

Aku meminta suster yang lain menenangkan si bayi sementara aku memberikan solusi pada ibu si bayi.

5 jam aku diruang persalinan, pada akhirnya bisa selesai. Aku mengecek HP ku mendapati telpon dari haykal yang sudah menumpuk tak terjawab.

"Kenapa a? Udah liat?"

"Baru selesai ya?"

"Iya.. aa udah liat apartement nya?"

"Udah, aku juga udah beresin baju kita. Pulang kamu dari rumah sakit kita langsung kesana."

"Yaudah atuh, aku juga udah selesai."

"Aku jemput ya sayang, tunggu di lobby kaya biasanya."

"Iya."

Tut—

Aku membereskan barang-barangku dan mulai berjalan keluar dari ruanganku, lorong rumah sakit kini sudah sepi sebab sudah jam 9 malam. Sejujurnya saja aku hanya butuh kasur untuk tidur sebelum besok ada persalinan lagi.

"Eh tata?"

Aku membuka mata, "Jio?"

"Tata kamu dokter disini?" Tanya jio, jio teman satu SMA ku yang kini hidup di bandung juga.

Aku tersenyum kecil, "cuma bantu lahiran."

"Yaampun ta... udah lama gak ketemu e." Ujarnya mencoba memelukku sebagai tanda kangen.

"Jio maaf aku belum ganti baju e, takut bau." Jawabku mencoba menolak pelukan jio.

Jio terkekeh dan mengangguk, "Udah lama ga denger info kamu dari temen-temen, kamu masih sendiri?"

Aku menoleh, "maksudnya? Eh jio aku pamit ya karena udah ada yang nunggu e mau pulang."

Ting.

"Sama ko ta, aku juga nunggu taksi." Jio menyamakan langkah ku dan memulai percakapan lagi. "Kamu masih belum move on dari aku?"

Aku tersenyum kecil, "sudah."

Jio tertawa, "serius? Dulu kamu ngajak aku balikan loh, aku masih mau kalau kamu ajak sekarang."

Aku menghela nafas lelah, "Jio, aku—" Jio merangkul pundakku, "Ta aku nyesel,"

Aku masih membeku tak menggubris rangkulan jio, tin tin. Aku menoleh dan sadar haykal sampai, aku berpamitan dengan cepat dan berlari masuk ke mobil.

Di dalam mobil aku bisa melihat wajah haykal yang mengintimidasi. "Siapa? Ko rangkulan?"

Mobil haykal masih diam tak jalan sementara jio sedari tadi melambaikan tangan kearah mobil kami. "Aa jalan ayok."

Haykal menghela nafas dan menjalankan mobilnya. Diperjalanan menuju apartement aku lebih banyak diam karena lelah. "Belum dijawab tadi."

Aku menoleh kearah nya menatapnya sayu karena mengantuk, "aku capek banget a, kalau nanti kujawabnya gapapa ya."

"Ngantuk? Habis dinner kamu sama dia? Pantes telpon ku gadijawab."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

As programmer husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang