1. Opening Toko

5 2 0
                                    

Seorang wanita berumur 30an sedang berjalan di tengah derasnya hujan.

"Aku tidak tau pernah ada toko disini"

'Dream Shop' itu lah yang tertulis di atas rumah kecil itu. Di samping gerbang juga ada nama toko dan sebuah teks kecil.

"Kami menyediakan semua yang pelanggan butuhkan" ucap nya sambil membaca papan kayu di depan toko kecil itu.

Sambil menghembuskan nafas beratnya dia masuk dalam keadaan basah.

Ting

"Maaf, aku ingin menumpang untuk berteduh" ucap wanita paruh baya itu.

Seseorang dengan kemoceng nya sedang membersihkan beberapa barang yang agak berdebu.

"Oh tidak apa, bu. Silahkan duduk" ucap nya dengan ramah.

Gadis itu terlihat berumur 17an, namanya adalah Wici. Dengan rambut pendek berwarna hitam. Dia tersenyum ramah kepada pelanggan pertama nya.

"Ini bu, ibu bisa pakai handuk saya dulu" ucap gadis kecil itu.

Matanya sangat tajam, tapi ketika tersenyum seperti kucing. Dia juga memberikan secangkir teh hangat.

"Makasih, mba" ucap Dewi, wanita paruh baya yang mengenakan pakaian formal nya.

Dewi sudah seharian berkeliling mencari pekerjaan. Dia adalah seorang ibu yang memiliki anak berumur 7 tahun. Wanita itu sedang berada di penghujung pernikahan mereka.

Suaminya yang sudah kaya raya mulai bermain dengan banyak wanita. Anak dan istrinya mulai di campakkan. Bahkan suaminya beberapa kali memukuli dewi.

"Panggil wici aja, tante" jawab gadis itu.

"Sebenarnya toko ini baru saja buka beberapa hari yang lalu, tapi tenang saja walaupun terlihat agak berantakan... Semua barang disini sudah lengkap, kok"

Dewi mengangguk kan kepala sambil melihat sekeliling. Walaupun banyak barang bertumpukan tapi beberapa barang terlihat jelas.

Sesuatu mulai memanggil Dewi, rasanya benda itu bersinar dan berusaha menarik perhatian dewi. Wanita paruh baya itu termenung dan berjalan mendekati sumber suara.

"Wah! Pilihan tante hebat banget, ini adalah produk terlangka kami loh"

"Sebenarnya saya jarang sih menjual barang ini, karena tidak semua orang bisa mendapatkan nya"

Dewi terlihat tersenyum dan amat kagum dengan lipstik berwarna merah darah hati. Warna nya yang pekat dengan beberapa ornamen di sampingnya.

"Berapa harganya?" Tanya bu dewi.

"Dua ratus ribu, lipstik ini sangat berharga" jawab wici.

Wajah dewi sedikit terkejut dan agak sedih, dia melihat ke arah dompetnya. Seperti nya hanya ada selembar berwarna hijau di sakunya.

"Tapi saya hanya punya segini, saya takut tidak dapat membayar teh itu juga" ucap dewi, sambil melihat ke gelas kosong.

Wajah wici terdiam beberapa saat, dan kembali tersenyum.

"Kami memiliki sampel produk, tante bisa mendapatkan nya secara gratis" ucap wici, sambil memberikan lips sashet tersebut.

Dewi berterima kasih dan melangkah pergi dari toko tersebut. Hujan telah berhenti entah sejak kapan. Padahal dewi hampir saja mengira hujan deras itu akan terjadi semalaman.

'Lipstik Pengabul Permintaan' dapat mengabulkan segala permintaan pemiliknya. Cukup oleskan kebibir, dan permintaan itu akan terwujud selama bibir masih di poles dengan lipstik.

Kalian hanya bisa membuat satu permintaan dalam kurun waktu 24 jam. Jika lipstick di hapus sebelum waktunya, maka kekuatan sihir juga menghilang.

Waktu menunjukkan jam 3 pagi, dewi terbangun karena ada suara pecah. Dia keluar kamar dan segera menyalakan lampu. Lagi-lagi Afandi suami dewi kembali dalam keadaan mabuk.

"Mas! Mau sampai kapan kamu kayak gini?" Ucap dewi, sambil segera membersihkan belah kaca yang telah berserakan.

Lelaki itu terlihat tak perduli dan hanya duduk diam di Sofanya. Dewi hanya bisa memaklumi sikap bejat suaminya.

Dulu sikap Afandi tidak seperti ini, bahkan keluarga ini samawa. Walaupun mereka tidak kaya, tapi keluarga mereka berkecukupan. Mereka bertiga melalui hari dengan canda tawa.

Tapi entah sejak kapan sikap suaminya berubah makin tak perduli akan keluarga ini. Sampai akhirnya Dewi sering di siksa oleh Afandi.

Plak

Lelaki itu menampar keras dewi sampai jatuh kelantai. Beling beling yang bertebaran menancap ke tangannya. Bahkan kuku jari telunjuknya sampai berdarah.

"Dasar wanita murahan! Seharusnya aku sudah menceraikan mu sejak lama" ucap Afandi.

Dewi hanya bisa menangis dan menerima segala caci maki suaminya. Karena besok lelaki itu akan melupakan malam ini, dan bilang tidak pernah makukan hal tersebut.

"Aku dengar kau melamar di perusahaan temanku, mau taruh dimana wajahku ini dewi!"

"Apakah uang bulanan mu kurang? Atau kau merasa tidak cukup dengan semua ini?"

"Aku susah susah nyari uang untuk menghidupi mu, kenapa kau malah melakukan hal yang memalukan seperti ini sih?"

Lelaki itu terus memarahi istrinya dengan keras. Sampai Putri nya terbangun sambil menangis. Karena terkejut ketika melihat ibunya di marahi.

"Ayah jangan marahi ibu lagi" ucap siti, sambil berlari memeluk ibunya.

"Kamu ngapain kesini, disini bahaya banyak beling" ucap dewi.

"Ibu, ibu jangan menangis. Apakah tangan ibu baik baik saja?" Tanya anaknya.

Afandi terlihat makin kesal dan menjambak Putri kecil nya sambil menyeret menuju kamar gadis kecil itu.

"Ayah, siti sakit! Sakit!" Ronta anaknya, tapi wajah Afandi sama sekali tidak merasa bersalah.

"Mas, tolong jangan sakiti siti! Dia gak salah mas..." Ucap Dewi yang mengejar anak nya.

Dia sudah tidak perduli kaki nya yang menginjak serpihan kaca itu. Afandi melempar anaknya ke atas kasur, dan mengunci pintu itu dari luar. Sekarang hanya tersisa dewi, dan Afandi di ruang tamu tersebut.

Afandi menatap istrinya dengan tatapan ganas. Seakan ini adalah hari terakhir untuk istrinya hidup.

"Mas, aku minta maaf!"

Pukul 7 pagi, Dewi telah menghantarkan Putri nya kesekolah. Suaminya juga sudah berangkat kerja. Sekarang dewi sendirian di rumah sambil menatap sekeliling.

Banyak barang berserakan dan tak tertata rapih. Dewi menutup pintu dan mulai meneteskan air matanya. Mau sampai kapan dia harus menahan rasa sakit ini.

Dia mulai membereskan seluruh kekacauan ini, sambil menangis. Dewi berusaha untuk berhenti menangis dengan mandi dan mulai berdandan.

Tapi ketika dia mulai menatap kaca dewi kembali termenung. Sambil melihat dirinya di cermin dengan banyak luka. Dia sama sekali tidak ada kekuatan untuk berdandan.

Akhirnya dia berganti baju, dan memakai daster yang sudah lama itu. Dia memakai jaket untuk menutupi luka di lengannya.

Dewi kembali melihat ke arah cermin sambil tersenyum. Dia merasa bibir nya sangat pucat dan memakai lipstik.

Ketika dia ingin memakai lipstik yang biasa ia gunakan. Ternyata produk itu sudah habis, dan hanya tersisa sampel dari toko kemarin.

"Warna nya cukup bagus di bibir ku" ucap nya sambil memoleskan lagi agar lebih tebal.

"Aku jadi teringat ketika Siti berumur 3 tahun,"

Dewi sekeluarga pernah pergi ke taman bunga yang amat cantik. Saat itu adalah kenangan paling indah di hidup nya.

"Seandainya aku bisa merasakan kebahagiaan itu lagi"

Dream ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang