.
Sarayu menerbangkan beberapa helai rambut pirang milik si pemuda Eropa ini. Netra biru pualamnya mengedar memandang indahnya air danau yang nampak tenang siang hari itu. Ada satu hal yang menjadi alasan mengapa si pemilik marga Vandenber ini sedikit gusar, Sang pujaan hati belum menepati janjinya untuk bertemu dengannya hari itu."Kemana kau Raden Ajeng? Bukankah dirimu sudah berjanji akan menemuiku hari ini? " gumamnya seraya melempar bongkahan batu ke dalam air Danau yang tenang itu,
"Jangan menunggu hal yang tidak perlu kau tunggu,Jen."
Jen menoleh kala ia mendapati seorang gadis bergaun satin merah muda berjalan ke arahnya, seraya membawa setangkai mawar putih di tangannya. Sementara itu Jen mengerutkan keningnya, ia sedikit kaget jika gadis itu tiba-tiba ada disini, dan bukan belahan jiwanya
"Apa maumu datang kesini,Helena?" tanya pemuda itu sedikit ketus, jujur saja dirinya tidak menyukai keberadaan gadis cantik berdarah eropa bernama Helena tersebut.
"Untuk menemuimu, lalu apalagi?" Sahutnya, seraya merangkul lengan kanan Jen. Pemuda itu ingin berontak, berusaha melepaskan pelukan ditangannya, tapi dirinya masih ingat jika laki-laki tidak boleh menyakiti perempuan.
Kali ini gadis itu aman
"Aku tidak ingin bertemu denganmu,Helena. Cepat pulanglah, Meneer Hendrick pasti akan khawatir jika putri kesayangannya tidak berada dirumah." suruhnya,
Bukannya pergi, Helena semakin mengeratkan pelukan di tangannya, seakan dirinya tidak ingin melepaskan pemuda tampan disampingnya itu.
"Selama aku bersama dirimu, papa tidak akan marah,Jen." sahutnya dengan nada centil yang membuat Jen ingin sekali menenggelamkan gadis itu di air danau.
"Kalau bergitu mari aku antarkan kamu pulang, tidak baik gadis seperti dirimu berada dihutan seperti ini, ayo!" ajaknya, Jen melepaskan pelukan di tangannya secara sepihak, kemudian berjalan mendahului Helena,
"Sampai kapan kamu akan mengabaikanku Jen?! "
Jen menoleh, menatap gadis pirang itu dengan tatapan datar. Deru nafas Helena menggebu, jujur saja dirinya tidak tahan jika terus diabaikan oleh Jen, ia mencintai Jen. Tanpa sengaja air mengalir dari pelupuk mata gadis itu, Helena menangis.
"Apa? Apa kurangnya aku dari gadis pribumi itu Jen?! " ucapnya dengan nada frustasi
"Dari dulu... Bahkan dari sebelum gadis itu datang, aku sudah menyukai mu Jen! Tapi.. kau, kau malah memilih gadis pribumi rendahan itu-"
"hou je mond, Helena!"
(Tutup mulutmu,Helena!)Bentak Jen. Pemuda pirang itu mendekat ke arah Helena, dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau tidak tau apa-apa tentang Winara, dan kau juga tidak tau apa-apa tentang diriku. Perasaanmu, bukanlah urusanku, camkan itu!"
Jen beranjak dari tempat itu meninggalkan Helena yang masih diam terpaku mendengar lontaran kalimat yang baru saja menusuk telinganya, Bukan, itu bukanlah sosok Jen yang ia kenal, Jen tidak pernah sampai hati membentaknya seperti itu.
"Aku bersumpah Jen, aku tidak akan membiarkan gadis itu memilikimu."
-
Jen memasuki pekarangan rumah Vandenberg dengan penuh emosi, bahkan Ny. Roseanne yang melihat putranya pulang dengan raut wajah kurang mengenakkan langsung menghampiri putranya.
"Ada apa Jen? " Tanya Ny. Roseanne yang nampak khawatir pada pemuda pirang tersebut, namun seakan menutup mulutnya, Jen diam seribu bahasa, saat ini ia tidak ingin diganggu siapapun.
Pemuda itu berjalan menuju kamarnya, ia membanting pintu kamarnya bahkan seluruh baboe disana nampak kebingungan serta takut, karena tidak biasanya Tuannya seperti itu.
"Ada apa dengan tuan Jen, Nyonya?" tanya Sulasih, salah satu pembantu senior yang ada disana.
"Aku juga tidak tahu, Sulasih. Tidak biasanya Jen seeperti itu," ucap wanita paruh baya tersebut.
Seraya menenangkan kebingungan Nyonya rumahnya, Sulasih menyuruh Suminem, pembantu yang lain membawakan secangkir teh hangat. Sulasih meletakkan minuman itu di meja, "Nyonya tenang saja, mungkin tuan Jen ada masalah di tempat bekerja, makanya dia seperti itu."
Ny. Roseanne hanya mengangguk menanggapi ucapan yang baru saja Sulasih ucapkan. "Semoga saja ini tidak ada sangkut pautnya dengan, Helena."
-
Ny. Roseanne Vandenberg
©️ynhjng_
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka,1801
Historical FictionAsmaraloka,1801 Bercerita tentang seorang gadis priyayi bernama Raden Ajeng Winara, yang memiliki tekad kuat dibawah kekangan peraturan Keraton. Raden Ajeng Winara nekad menjalin hubungan yang dianggap terlarang bersama seorang pemuda londo bernama...