Di sore hari yang cerah. Angin menerpa kulit yang lembut ini. Hanna mengayuh sepedanya. Dia berkeliling di sekitar taman.
Saat sudah melewati taman dan hendak ke suatu tempat. Hanna melihat ada rumah yang terbakar. Ia menghentikan sepedanya. Lalu matanya melihat ke arah rumah yang terbakar. Banyak sekali warga yang melihat kejadian tersebut.
Tin tin tin tin
Suara bunyi klakson mobil dari belakang. Suaranya menyadarkan Hanna. Perempuan itu kembali mengayuh sepedanya.
Saat sudah sampai di rumah. Perempuan ini langsung mengambil satu ice cream dari dalam kulkasnya. Lalu ia membuka ice cream itu. Setelah itu, ia berjalan ke arah jendela. Ia menggigit ice cream itu tanpa ada rasa ngilu di giginya.
Menikmati suasana sore hari dari jendela. Banyak sekali mobil pemadam kebakaran yang lewat di depan rumahnya.
Cit cit cit
Bunyi burung yang menyadarkan lamunannya. Tak terasa hari pun sudah berganti menjadi malam yang indah. Cahaya kembang api yang sedang menyinari langit di kotanya.
'Api terkadang menjadi perayaan di hari yang bahagia. Namun api juga terkadang menjadi sebuah bencana. Sama seperti cinta, terkadang tidak sepanas api.' Gumam Hanna.
Hanna beranjak dari tempatnya. Ia mengikat rambutnya. Ia akan bersiap-siap untuk masak.
Ketika semua bahan telah siap. Ia langsung memulai masak untuk suaminya.
Tingnong tingnong
Suara bel pintu rumahnya berbunyi.
"Itu pasti suamiku." Gumam Hanna.
"Selamat malam." Ucap Sandi, suami Hanna.
"Kamu sudah pulang?" Tanya Hanna.
"Ya, aku sudah pulang." Jawab Sandi.
"Hallo cintaku, sayangku." Ucap sandi kepada kedua burung peliharaannya. Sandi langsung memainkan burung peliharaannya.
"Cepat cuci tanganmu, lalu kita makan." Sahut Hanna.
"Ya sebentar. Oh iya, ada kebakaran yah di dekat rumah kita?" Tanya sandi sambil memainkan burungnya.
"Ya aku lihat." Jawab Hanna.
"Aduh aduh sayangku." Ucap sandi sambil memainkan burungnya.
"Ayo makan!" Sahut Hanna kepada suaminya yang masih sibuk memainkan burungnya.
"Honey, anak-anakku sudah kau beri makan?" Tanya Sandi. Hanna tidak menjawab pertanyaan sandi. Ia sibuk mempersiapkan makan malam.
"Honey." Teriak sandi. Hanna kemudian melihat ke arah suaminya.
"Sudah semua." Jawab Hanna sambil menghela nafas.
"Tapi kenapa mereka terlihat lemas sekali. Kasihan sekali burungku. Apa karena cuaca?" Tanya sandi. Sandi langsung memasukan burungnya ke kandangnya.
"Ayo cintaku, sayangku. Masuk yu ke kandang. Ayo tutup sendiri kandang kamu." Ucap sandi kepada peliharaannya. Sandi kemudian melihat kandang burungnya.
"Astaga, kamu bunda macam apa tidak membersihkan tai anak-anaknya." Teriak sandi kepada Hanna. Hanna hanya melihat suaminya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Pernikahan dan Perceraian
RomansaHanna dan sandi sudah menikah selama tujuh tahun. Namun belum juga di karuniai seorang anak. Hanna yang bekerja paruh waktu di sebuah cafe. Hanna juga memiliki pribadi yang sangat pendiam sekali. Kehidupan pernikahan mereka berjalan dengan baik sela...