Prolog

14 1 0
                                    

Ini kisahku seorang gadis pencinta langit. Indahnya langit melebih apapun untukku, langit yang dapat menenangkan hati disaat semuanya sedang tidak baik-baik saja. Menatapnya saja hati ini terasa lebih tenang, apakah seindah itu?

Terkadang aku berpikir, betapa beruntungnya menjadi seekor burung yang bisa terbang bebas ke langit biru yang indah. Jika aku diberikan pilihan mau menjadi seorang manusia atau menjadi seekor burung aku akan memilih menjadi seekor burung agar bisa terbang diatas langit yang menenangkan itu. 

Mungkin karena hidupku terlalu rumit sehingga aku sampai berpikir sejauh itu. Aku tahu apa yang terjadi kepadaku adalah takdir Allah, dan Allah tidak akan menguji hamba-Nya diluar batas kemampuan. Lalu apakah mencintai seseorang adalah sebuah ujian?

"Kenapa kamu tidak pacaran?" Ucapku.

"Maaf dalam agama saya pacaran tidak diperbolehkan," Jawab seorang laki-laki yang aku sukai.

"Bagaimana kalau menikah saja?" Ucapku asal.

"Saya permisi, Assalamu'alaikum."

Laki-laki itu langsung pergi meninggalkanku, apakah ada yang salah pada ucapanku. Bukankah aku mengajaknya ke dalam hal kebaikan, mengapa seakan-akan ucapanku salah. Setelah kejadian itu aku menceritakanya kepada seorang perempuan yang ku panggil dengan sebutan Buna.

"Ya salah lah anak Buna yang cantik, pertanyaanmu diluar batas nalar," Itu ucap Buna ku.

"Aku kan hanya memberikan solusi Buna," Jawabku dengan raut wajah badmood.

"Dengarkan Buna, menikah itu bukan sehari dua hari, seminggu dua minggu tapi sekali seumur hidup. Dan menikah itu butuh persiapan tidak bisa hari ini kamu ngajak nikah seseorang besok nya kamu sudah ganti status menjadi seorang istri. Apalagi orang yang kamu ajak nikah itu belum kamu kenal lama, dan sebaliknya dia pun belum mengenal kamu kama kan?"

"Ya iya sih bun, tapikan kita bisa saling mengenal ketika sudah sah menjadi seorang suami istri bukankah itu lebih baik?"

Buna hanya tersenyum menatapku, ia pun beranjak berdiri lalu berkata.

"Kamu masih terlalu kecil, urus saja kuliah mu. Jangan mengajak nikah orang lain seperti mengajak beli seblak yang lansung mau," Sungguh ucapan Buna meledekku kesal bukan.

"Anak gadis Buna sini bantuin Buna masak, biar bisa jadi istri sholehah dan menantu idaman mertua," Teriak Buna dari dapur.

☁️☁️☁️

PENASARANKAH UNTUK PART SELANJUTNYA?

Contact Me Here My Instagram @tiantianfaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASTROPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang