03. Timezone

47 9 1
                                    

Sekarang sudah masuk hari ke-5 setelah kepergian sang mama dan papa yang berangkat ke Australia. Dan sekarang tepat hari minggu.

Alandra sedang duduk di ayunan taman belakang rumah nya, di temani oleh seekor kucing kecil berbulu lebat berwarna putih yang ia dan sang abang temukan di taman belakang ini. Leo—nama kucing putih tersebut. Jeanno yang memberikannya nama kepada si hewan lucu tersebut.

Alandra sedang duduk melamun sembari mengelus kepala hewan berbulu itu, menatap langit yang sangat cerah. Ia merindukan gadis nya, ah bisa kah Alandra menyebut nya sebagai gadis nya? Ah terserah, sekarang Alandra sangat merindukan gadis pemilik netra Charcoal itu. Sedang apa dia? Sudah makan atau belum? Apakah dia memikirkan Alandra juga? Pertanyaan tidak bermutu itu berputar di otak.

"Huft..." Helaan napas berat terdengar samar dari kedua belah bibir tipisnya. Mengangkat pandangannya, menatap langit yang sangat cerah di pagi hari. Udara sejuk pagi hari, di temani oleh kucing kesayangan, namun hati nya sedang dalam suasana yang buruk.

Alandra menatap benda pipih yang berada di sebelah nya. Ingin hati menghubungi orang tua nya, namun ia takut menganggu kesibukan mereka.

"Sedang apa?" Jeanno tiba-tiba saja datang dan duduk di sebelah Alandra, membuat Alandra berjengit kaget.

"Salam dulu kek, jangan asal dateng bikin kaget aja" Gerutu Alandra.

"Ya maaf, abis nya kamu melamun abang udah panggil kamu tapi kamu gak nyaut" Jelas Jeanno.

"Al kangen mama"

"Baru lima hari kali" Jeanno mendengus samar.

"Al kangen ih" Alandra mencebik, kesal dengan abang nya.

"Sedang apa kalian?" Suara serak itu menginterupsi keduanya.

"Nih, nemenin bocah galau karena ditinggal sama mama nya" Jeanno meledek Alandra. Dan alandra sangat sadar itu, ia hanya mendengus dan mengalihkan atensi nya agar tidak melihat kedua abang nya.

"Kenapa? Kangen mama?" Tanga mack setelah duduk di sebelah kiri Alandra, sedangkan Jeanno duduk di sebelah kanan alandra, dan Alandra di apit kedua abang nya.

Alandra hanya mengangguk samar, tidak berniat bersuara. Mack pun tidak menjawab dan memilih mengeluarkan ponsel nya.

"HALO SAYANG" Sapa riang seorang wanita di layar ponsel hp nya.

Alandra yang mendengar nya penasaran dan berusaha mengintip. Jeanno yang tahu mack sedang menjahili sang adik hanya terkekeh pelan.

"Mam tahu gak? Ada yang badmood karna kangen sama mama tahu"  Ucap mack , sengaja menggoda sang adik.

"Oh ya? Siapa tuh?" Grace pun mengerti maksud mack, dan ikut menjahili anak bungsu nya.

"Tuh ma, muka nya kusut banget kaya rambut singa" Mack mengubah arah kamera nya menjadi kamera belakang, memperlihatkan wajah cemberut Alandra.

"Oh itu anak nya, kok lucu ya? Jadi pengen mama cubit pipi nya yang gembul itu" Mereka tertawa lepas, kecuali Alandra. Anak itu semakin menekuk masam wajah nya.

"Gitu ah males, sini aku mau ngomong berdua sama mama aku" Alandra merampas ponsel dari genggaman Mack. Kemudian berlari kecil meninggalkan taman belakang menuju dapur, duduk di bangku depan minibar.

"Kamu ini, lari-lari terus nanti jatuh nangis"

"Al udah gede, gak akan nangis kok" Alandra menyahuti sembari memanyunkan bibirnya.

Mereka berdua-Grace dan Alandra-mengobrol cukup lama lewat telepon, hingga tak sadar jika waktu sudah menunjukkan makan siang.

"Mama tutup dulu ya sayang, udah jam makan siang nanti malam mama telepon lagi kalo papa sudah pulang. Bye anak ganteng mamaa" Grace menutup telepon nya saat Alandra menganggukkan kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang