Chapter 1

34 15 1
                                    

Pagi hari yang rasanya biasa saja, tak ada yang spesial dan berubah sedikit pun. Begitulah pikiran Kalania Pirata. Pikirannya yang tidak jelas itu membuat dirinya terus tertidur dalam jangka waktu yang panjang tanpa terbangun. 

Dirinya bisa mendengar apa yang dibicarakan orang lain, Walaupun hanya samar-samar dan kadang tak jelas. Namun, tak bisa melihat apa yang ingin dia lihat. Hanya tertidur di kasur cantiknya itu dengan tubuh yang kian lama kian melemah.

Sampai suatu ketika, dirinya terbangun. Tepat di samping kasur yang dirinya tidurkan, terlihat kedua orang tua—nya yang merasa senang ketika melihat Kalania terbangun, begitu pula dengan kedua saudara/i nya. 

Mereka tampak sangat senang sembari terus memanjatkan rasa syukur kepada Dewi Linux, sang pembuat kedamaian. Air mata yang di keluarkan keluarga itu terus berlinang penuh makna. 

Dirinya yang keheranan akan maksud dari mereka semua, Kalania yang ingin mengetahuinya pun bertanya, 

"Ayah.. Ibu.... Kak… kenapa kalian semua berada di kamarku? apa yang terjadi denganku? bukankah aku hanya tidur beberapa jam saja?"

Air mata yang turun begitu cepat dari mata keluarga Pirata, Orangtuanya yang tak kuasa menjelaskan kepada Kalania hanya memandang mata Kakak tertua keluarga Pirata. 

Tak lama kemudian, Kakak tertua Pirata menjelaskan mengapa keluarganya berkumpul di kamar Kalania. 

"Kala, kau tidak sadarkan diri selama lebih dari sebulan, kami khawatir dengan dirimu lalu memanggil seluruh dokter dibenua ini untuk menyembuhkanmu. Sekarang ketika kami sudah mau menyerah dengan dirimu, kaubangun dan mengejutkan kami. Sungguh berkah dari Dewi Linux."

"Aku..??? Koma selama sebulan??? bukankah aku hanya tertidur selama beberapa jam?" kata Kalania yang sedari tadi masih terheran-heran.

Senandika nya kini mulai berpikir lagi,

Bagaimana bisa hal ini terjadi, padahal tadi aku sempat memikirkan seorang wanita yang bernama Restia Yun, dirinya berasal dari Dunia yang berbeda denganku. Planetnya bernama Bumi, serta banyak burung besar yang terbang di atas langit dan lagi ada kereta kuda tanpa kuda, bagaimana itu bisa terjadi. 

Apakah ini semua khayalanku atau ternyata itu sebuah teka-teki. Wanita asing itu memegang buku yang berjudul "Peluk erat diriku, Grand Duke." 

Setelah kupikirkan lebih lanjut, bukankah buku yang dirinya pegang dan kulihat itu orang-orang yang berada di Duniaku dan diriku juga melihat dengan jelas, bukankah itu wajah Grand Duke Locutus? dan juga ada beberapa pria yang mengelilingi satu wanita.

Sudahlah lebih baik aku mendengarkan Keluargaku untuk tidak memikirkan hal lain.
Pikiranku yang kacau itu membuat diriku terbelenggu kedalamnya. Hingga kakak tertua memanggil diriku beberapa kali, Anehnya di panggilan ketiga ketika ia menyebutkan namaku, aku baru tersadar. 

"Kala.. Kala.. Kala! apa yang terjadi? kenapa kau diam saja? bangunlah Kala, mari makan dan tenangkan dirimu terlebih dahulu." Ujar Kakak tertuaku yang panik setelah melihat ekspresi diriku.

"Benar nak, mari beristirahatlah, jika kau sudah pulih, mulai lah aktif dan berjalan-jalan. Ayah dan Ibu akan membelikan dirimu berbagai Gaun." Ucap Ayah. 

lalu kakak perempuanku menyambung ucapan Ayah,

"Turutilah apa kata Ayah, mari kita berbelanja dan bepergian membeli banyak Gaun untukmu, Kakak akan memilihkan nya."

Semua tampak khawatir akan kesehatan diriku. Karena rasa bersalah ku yang membuat seluruh keluargaku cemas, Aku akhirnya memutuskan diri untuk menjaga kesehatan hingga pulih dan bisa memulai semuanya dengan tenang. 

***

Tiga bulan berlalu sejak kejadian mimpi ku yang membuat seluruh kediaman Pirata berlinang air mata. Kini aku bisa beraktivitas dengan normal tanpa harus dijaga oleh ksatria yang berlebihan. Aku bisa bermain dan makan camilan di ruang kaca dan kamar. 

Tidak ada hujan yang datang, juga tidak ada panas yang menyengat seluruh badan. Aku mendapatkan surat undangan minum teh dari Nona keluarga Fior, aku memulai lagi semuanya setelah beberapa tragedi terlewati. 

Tanpa berpikir panjang, diriku langsung menerima undangan yang diberikan Lady Fior untukku dan menjawabnya. 


Balasan yang diriku berikan kepada Lady Fior sudah sampai ketempat nya dengan aman dan tak berselang lama. Waktu undangan minum teh semakin dekat, aku membeli beberapa gaun baru untuk dikenakan di acara Minum teh. 

Semua tampak begitu lancar, setibanya di Hari yang sudah dijadwalkan, dikejutkannya diriku bertemu dengan Putri dari Keluarga Duke. Hilinies Atlants. Anak kedua dari Duke dan Duchess Atlants.

Dirinya tampak anggun, berbanding terbalik dengan ku yang biasa saja, Aku juga tak terlalu memikirkan soal penampilanku jika dibandingkan dengan Putri. 

Nyatanya diriku dan dirinya seperti hidup di dua Dunia lain. Aku bergegas memberi salam kepada Lady Fior dan Putri Hilinies untuk memulai perbincangan, sembari berbincang dengan mereka, aku duduk di dekat mereka. 

Posisi duduk kami sudah diatur berdasarkan posisi keluarga, Diriku duduk disamping Lady Fior dan didepanku ada Lady Hilinies.

Begitu juga dengan para Lady lainnya, mereka menduduki tempat yang seharusnya mereka dudukki dan Aku meminum teh yang sudah pelayan siapkan di mejaku.

Bersambung.....

Senandika : Pikiran batin, atau isi hati.
Hatta : Lalu, Maka.

Ragaku yang perlahan mulai menghilang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang