Uno - Benvenuto!

117 19 0
                                    

🌙 Chapter 1 - Benvenuto! 🌙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌙 Chapter 1 - Benvenuto! 🌙

.

Fiumicino International Airport, Roma, Italy.

"Mom, aku sudah sampai."

Ia berhenti melangkah untuk fokus pada suara wanita paruh baya di seberang saluran telepon.

Tidak ada yang bisa ia katakan selain bergumam mengiyakan seluruh nasihat yang disampaikan sang Ibu.

"Mom, aku sudah 26 tahun. Aku bisa mengurusnya sendiri."

Lelaki itu memutar bola matanya. Entah sampai kapan ibunya akan terus memperlakukannya seperti bocah sekolah dasar yang sedang melakukan study tour. Lagipula ini bukan perjalanan pertamanya ke luar negeri.

"Bye, I love you." tutupnya mengakhiri sambungan.

Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku sebelum mengedarkan pandangan ke sekitarnya.

Bandara pagi ini tidak terlalu sibuk. Beberapa orang sibuk menyeret koper di kedua tangannya.

Resto di sekitarnya juga diisi oleh beberapa orang yang sibuk mengganjal perut sebelum mengudara.

Pandangan acak membawanya melamun, sedikit menyesal bahwa ia berbohong kepada ibunya. Yang ibunya tau, ia sedang melakukan perjalan untuk pekerjaannya.

Bohong.

Tidak ada pekerjaan yang ia pikirkan saat ini. Semua ini murni ia ingin mengurai benang kusut dalam kepalanya. Hasil dirinya memaksakan jam kerja lebih dari batas seharusnya.

Ya, walau ia hanya seorang editor di salah satu perusahaan besar, tapi otaknya diperas setiap harinya.

Disinilah ia sekarang, mengambil cuti panjangnya untuk bersenang-senang di negara yang jaraknya ribuan mil dari tempat tinggalnya.

"Mi amore!" -my love

Lamunannya buyar oleh teriakan antusias seorang lelaki yang berlari memeluk wanita dengan satu koper di tangan kanannya.

Tidak heran. Bandara selalu menjadi saksi perpisahan dan pertemuan.

Ia melihat arloji di tangan kirinya. Sudah satu jam lebih sejak ia mendarat. Tampaknya orang yang menjadi pemandunya sudah menunggu cukup lama.

Tidak mau lebih lama membuat menunggu, ia berjalan menyeret kopernya menuju pintu keluar.

Lelaki itu bingung menatap wajah-wajah asing di sekitarnya. Ia tidak tau bagaimana rupa pemandunya.

Temannya, Kristof merekomendasikan seseorang kepadanya yang bisa memandu liburannya selama di Roma, mengingat ia yang tidak fasih berbahasa Italia.

"How do I find this Italian guy?" bisiknya bingung.

Arrivederci Roma (Johnten) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang