Mela kesal bukan kepalang. Abangnya yang menjanjikannya untuk menjemputnya saat les selesai kini tak kunjung datang, bahkan saat di telpon pun tidak di angkat.
"AH PANJUL NYEBELIN BANGET!" Mela mengehentakan kakinya ke tanah berharap rasa amarah dalam dirinya akan runtuh begitu saja.
Mela mulai merogoh ribut ranselnya untuk mencari benda pipih yang ia simpan tadi. Dia membuka aplikasi ojek online untuk menghantarkan nya pulang, ia tidak mau terlalu lama sendirian di depan tempat les nya mengingat hari mulai semakin malam dan dingin.
"Awas aja lo panjul! pulang pulang gue cekek leher lo sampe panjang!"
Selang beberapa menit Mela menunggu, ojek yang ia pesan tadi datang dengan motor beat abu abu, sontak Mela langsung melambaikan tanganya.
"Loh Mela?" Mela terkejut saat sang ojek online ini tau nama dirinya. Pasalnya akun di aplikasinya itu bukan nama depannnya. Melain kan nama panjang nya saja, yaitu "Ganesha".
"Loh kok tau nama saya, mas?"
Mela mengecek akun sang ojek, tertera dengan nama "Zidane". Bingung dengan apa yang terjadi, Mela melihat abang ojek yang perawakannya masih sangat muda seperti anak SMA.
"Kita satu sekolah, gue Jidan." Zidan mengulurkan tanganya, berharap lawannya akan menjabat tangannya. Tetapi Mela malah mengambil helm yang ada di pangkuan Zidan.
"Gue gak usah kenalin diri lagi kan? Lo udah tau nama gue." Mela langsung memakaikan helm nya. Zidan hanya melihat Gadis dihadapannya yang tampak sedikit kesal buru buru mengisi tempat kosong dibelakang motornya.
Zidan pikir Mela sangat ketus, tapi menurutnya muka cemberutnya itu sangat lucu. Ia mati matian menahan senyum nya agar tidak di anggap gila.
Dalam perjalanan Mela berfikir kenapa anak SMA bisa jadi tukang ojek? Antara gabut atau emang orang susah. Mela juga kaget ternyata Zidan mengenali dirinya, sedangkan ia tidak.
Motor beat abu abu yang di tumpanginya itu menepi ke pinggir jalan. Berhenti tepat di depan jualan nasi goreng, padahal ia tidak bilang ingin nasi goreng.
"Kok berhenti disini?" tanya Mela yang sedikit tidak mengerti dengan perlakuan Zidan.
"Gue laper, mau beli nasgor dulu udah gak ketolong perutnya nih. Lo mau gak?" Zidan turun dari motor, berdiri di hadapan Mela yang masih terlihat bingung.
Mela menggeleng pertanda ia tidak mau.
"Yakin gak mau?"
"Enggak."
"Beneran?"
"Lo ngerti maksud gue gak sih? lama lama gue pukul lu." Tangan Mela yang terkepal melayang di udara, berniat untuk menonjok orang yang ada di depannya.
"Iya maap, galak amat kayak dedi kobujer,"
"Enggak ada hubungannya,"
"kayak siapa tuh?"
○○○
"Nih, gue dapet beli satu gratis satu,"
Zidan menyodorkan kresek hitam berisikan nasi goreng yang tadi di belinya.
"Buat apa?" Mela menyergitkan alisnya, bingung dengan kelakuan orang yang ada di depannya. Tiba tiba memberikan makanan saat sampai di rumahnya.
"Buat nyangkul. ya buat di makan,"
"Enggak usah. Buat lo aja, katanya laper,"
"WIHHH APAANTUH," Fauzi atau yang biasa temen temennya panggil Paji, kepalanya nongol tiba tiba di samping Mela.
"Nasi goreng, bang," Jawab Zidan.
"Lah Zidan? kok nganterin ni bocah?" tanya Paji yang bingung dengan kejadian saat ini.
"Ngojek bang,"
"Kok lu kenal dia, sih?"
"Oh ini, temen nya temen abang di basket." Jelas Paji ke adiknya.
"Gak ngerti. Gue masuk duluan." Mela masuk ke rumah nya meninggalkan dua bocah aneh di luar.
"Wih enak nih, tiap hari kek gini aja kali, tau aja lu kalo gue lagi laper," Paji mengambil kresek hitam yang masih di genggam oleh Zidan.
"Ah iya bang, makan aja. Gue dul―"
"Gue duluan ye, makasih jadi enak nih gue," Ucapan Zidan di potong oleh Paji yang duluan meninggalkan Zidan di luar. Paji tersenyun sumringah sambil melihat isi kresek yang berisikan nasi goreng hingga kedua ujung bibirnya turun seketika saat sang adik tiba tiba teriak.
"PANJUL LO KENAPA KAGAK JEMPUT GUE BANGSAT," Mela memukul mukuli badan Paji pakai ranselnya, yang di pukul hanya meringis kesakitan.
"SAKIT ANJIR," Paji berusaha menghindari pukulan sang adik, emosi Mela sudah di langit ke tujuh saat ini.
"LU KENAPA GAK JEMPUT GUE PADAHAL LU CUMA GOLER GOLERAN DI KAMAR, HAH?"
"Males gue, ngapain jemput lu. Bisa pulang sendiri, kan?"
Kini Mela mulai menendang, apa yang bisa di tendang di badan kakaknya. Bener-bener abang gak guna!
"Bego lu, gara gara lu gue ketemu orang aneh!" Teriak Mela didepan sang kakak.
"TEROSSS AJA BERANTEM NYA, NIH PISO NIH PISO," Bunda datang sambil membawa pisau dapur, melerai pertikaian dua saudara yang berbeda satu tahun itu.
Kedua nya hanya bisa terdiam sambil sama sama menatap sinis. Antara takut dengan bunda sekaligus kesal satu sama lain.
"Udah malem malah teriak teriak, gak baik. Kalo di denger tetangga gimana?" Ceramah bunda.
"Mela duluan tuh, bun." Tunjuk Paji.
"Lo duluan. Siapa suruh lo gak jemput gue?"
"Lo kan bisa sendiri, manja banget."
"Tapi lo udah janji bakal jemput gue!"
"Kapan?"
Mendengar jawaban sang kakak, Mela emosi lagi dan ingin memukul abangnya namun di tahan oleh bunda.
"Kak, adek kamu cewek loh masa di tinggal sendirian aja. Kalo adek kamu kenapa kenapa gimana? bunda kira kamu udah jemput adek dari tadi." Bunda memarahi Paji, yang di marahin hanya menunduk dan iya iya aja. Kalo bunda yang marah Paji gak bisa apa apa lagi.
"Yaudah maaf, nih mau nasi goreng gak?" Ngalah Paji.
Yang di tawari langsung ikut duduk saat Paji mulai membuka bungkus nasi goreng, memasukan satu suapan dengan alisnya yang masih menyatu.
○○○
Cast
Emeeyla Ganesha as Kim Minji
Zidane Kalangga Putra as Park Jeongwoo
Fauzi Ganendra as Park JihoonHuhu maaf ya kalo ceritanya rada gaje.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interaksi
Teen FictionManakala tiap sepatah kata menjadikan kenangan yang terus membekas lekat seiring waktu, tersimpan indah sampai ia lupa jika hanya setengah pihak. ―Interaksi