"MELAA KANTIN YUKKK,"
Mata Mela yang hampir terpejam kini melihat ke arah sumber suara. Danisha datang mengajak ke kantin tetapi mata berat Mela masih ingin tertutup.
"Lo aja, gue mager." Tolak Mela yang menumpukan kepala di atas tanganya yang melipat di atas meja, berniat untuk melanjutkan tidurnya.
"Tumben amat mager, belom di apelin wangga yaa?" Celetuk Hanin asal. Dewangga yang menjabat sebagai pacar nya Mela kini jarang terlihat oleh mereka.
"Apa sih lu pada, Wangga lagi sibuk band. Lagian kan ya kantin tuh jauh, gue males jalannya. Nitip aja, yak." Mela kembali tidur di atas meja, menghiraukan Danisha dan Hanin.
"Gak ada nitip nitip, gue kaga buka PO jastip. Udah ayo."
Danisha menarik tangan Mela, memaksanya untuk ikut ke kantin. Mereka bertiga harus banget ya kemana mana bertiga.
Seperti biasa, kantin sangat ramai. Mulai dari kantin 1 sampai 5 semua nya di penuhi siswa siswi yang kelaparan atau hanya sekedar nongkrong di meja kantin. Seperti abangnya saat ini, Mela melengos malas ketika tak sengaja tatap tatapan sama abangnya yang lagi ngumpul sama geng nya.
"Mau jajan apa nih?"
"Gue pen batagor, tapi rame males ngantri," keluh Hanin yang tampak sedikit malas melihat banyak manusia dimana mana.
"Gue beli es aja lah," Mela memilih membeli es karena satu satunya tempat yang terlihat agak sepi, sejujurnya ia malas mengantri.
"Gue sama Hanin ke bu opat ya, lo gapapa sendiri? apa mau ikut kita dulu?"
"Gue sendiri aja, keburu bel masuk nanti," kami akhirnya berpisah, Mela pergi ke kantin 3 untuk membeli jus alpukat.
"Bang, jus Alpukatnya satu."
Anak laki laki itu berbalik ketika sedang sibuk ngeblender buah. Mereka berdua sama sama terkejut, karena anak laki laki ini yang mengantarkannya saat kemarin malam.
"Hai," Sapanya sambil menunjukan deretan gigi yang rapih.
"Lo tuh sebenernya kerja apa sih? banyak juga job lo," Tanya Mela yang terkesan kepo.
"Kepo ya?" Zidan tersenyum tengil sambil tangannya yang sibuk memotong buah.
"Nggak tuh." sanggah gadis itu sambil memalingkan wajah nya.
"Gue cuma bantu bantuin aja sih disini, lo mau ikut bantuin juga tah?"
"Gak usah repot repot," Zidan hanya membalas dengan ketawa kecilnya, dua insan itu kembali terdiam beberapa saat. Hanya ada bunyi suara blender yang berguna sebagai backsound.
"Tapi kok gue baru liat lo bantuin disini?" Tiba tiba terpikir oleh Mela, dia jarang lihat Zidan ada disini pasal nya ia sudah langganan beli es disini.
"Lo aja kali yang jarang liat gue, gue udah lama disini, tau."
"Mang dari kapan?"
"Tiga menit yang lalu,"
"Lo beneran pengen di hujat ya?"
Zidan menyodorkan minuman yang di pesan oleh Mela. Mela memberikan selembar uang dan langsung meminum jus nya.
"Buset aus bro?"
"Mang napa si. Ehm Betewe Dan, makasih ya nasgor nya kemaren."
"Iya santai aja. tapi kayak nya lo lagi bete banget deh kemaren,"
"Iya gara gara abang gue, janji mau jemput tapi gak jemput gue. Padahal udah gue telpon berkali kali!" Mela menyedot kembali jus nya dengan kasar. Mukanya yang marah itu sangat lucu bagi Zidan, dia gak tahan buat enggak senyum sama ketawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interaksi
Teen FictionManakala tiap sepatah kata menjadikan kenangan yang terus membekas lekat seiring waktu, tersimpan indah sampai ia lupa jika hanya setengah pihak. ―Interaksi