Siapa yang nggak suka anak kecil?
Mungkin saat di beri pertanyaan seperti itu Miko akan maju paling depan.
Remaja enam belas tahun itu paling anti dengan namanya anak kecil, terutama usia lima tahun ke bawah.
Karena menurutnya anak kecil itu merepotkan, dan menyusahkan.
Hei, apa Miko tak sadar bahwa dulu ia juga anak kecil?
Selama ini hidup Miko tenang-tenang aja, sampai suatu ketika bunda mengabarkan Miko akan mempunyai seorang adik.
OMG! Sejak hari itu tidurnya menjadi tak nyenyak. Cowok itu terus memikirkan hidupnya nanti jika ia memiliki seorang adik.
Apakah nanti ia harus mengganti popoknya? Menggendongnya saat bayi itu menangis? Menemaninya tidur? Atau mengajaknya bermain?
Argh! Memikirkan itu membuat kepala Miko menjadi pusing.
Ia telah menyusun rencana dari jauh-jauh hari agar tak bertemu dengan adiknya saat berada di rumah.
Cowok itu harus mengikuti beberapa ekstrakurikuler dan pelajaran tambahan di sekolah, dengan begitu ia akan pulang malam dan jarang bertemu dengan adik bayi.
Ya, ia harus melakukan itu semua!
Tapi ....
Apakah cowok pemalas yang jarang belajar seperti Miko bisa mengikuti kegiatan di sekolah dengan baik?
Bukannya bisa mengikuti kegiatan dengan baik, yang ada cowok itu malah sakit, karena tubuhnya terus di paksa untuk bekerja.
Jadi, Miko harus bagaimana?!
Tak terasa, bulan terus berganti, perut bunda Miko juga semakin membesar, tinggal menghitung hari adik bayinya lahir.
Anehnya, perut bunda lebih besar dari ibu hamil pada umumnya. Apakah adik bayinya kembar?
Oh, tidak! Satu bayi saja mungkin sudah bisa membuat kepala Miko pusing, apalagi dua?
Kita lihat saja nanti waktu adik bayinya lahir.
Tanpa terasa hari yang di nanti-nanti oleh semua orang terkecuali Miko tiba. Pagi ini bunda Miko mengalami gejala awal akan melahirkan.
Bergegaslah ayah Miko mengantarkan istrinya ke rumah sakit, tak lupa untuk membawa perlengkapan bayi.
Miko tak ikut, dari pada mengantarkan bunda melahirkan, anak itu lebih memilih berangkat ke sekolah, dengan alasan hari ini akan ada ulangan matematika.
Di sekolah, perasaan Miko berubah gelisah. Cowok itu kepikiran keadaan bunda yang sedang berjuang di rumah sakit.
Apakah bunda bisa melahirkan adik bayi dengan selamat?
Apakah ia salah telah membiarkan bunda melahirkan tanpa di temaninya?
Jika iya, sebagai anak, durhaka sekali Miko.
Untuk memastikan, sepulang sekolah nanti Miko akan ke rumah sakit untuk menjenguk bunda dan melihat adik bayi.
Semoga saja ke duanya selamat dan sehat.
Sampai di rumah sakit, Miko langsung mencari ruangan tempat di mana bunda di rawat.
Ceklek.
Pertama kali yang Miko lihat setelah membuka pintu adalah sosok bunda yang sedang menyusui adik bayi.
Tunggu.
Siapa yang sedang di gendong oleh ayah? Mengapa ada bayi lain?
Atau jangan-jangan ....
"Miko, adik kamu kembar, keduanya perempuan,"
Ah, lemas sudah kaki Miko.
Apa yang selama ini ia khawatirkan, pada hari ini terjadi.
Miko menghampiri ayah yang sedang menimang bayi mungil itu.
Hampir semua bentuk wajah adik bayi mirip seperti Miko bayi dulu, benar-benar fotocopy an.
Rasanya Miko mau menangis saja.
Tapi ia bingung menangis untuk apa.
Apakah menangis bahagia karena punya adik, atau menangis sedih karena bakal ada yang merecoki hari-harinya?
"Miko, bunda mau kamu yang kasih nama untuk adik,"
Hah? Mengharapkan bayi itu hadir saja tidak, cowok itu malah di suruh memberi nama.
"Mocha Mochi, Bun."
Miko tersentak saat dua nama itu keluar dari bibirnya. Ia tak sadar. Sungguh.
"Nama yang bagus, ayah setuju,"
Wah ....
Selamat datang ke dunia Mocha Mochi.
Semarang, 01 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKO
RandomON GOING CERITA PENDEK Rasanya punya adik kembar itu bagaimana, sih? Senang? Sedih? Atau apa? Miko, remaja enam belas tahun yang selama ini hidup sebagai anak tunggal, tiba-tiba saja mendapat kabar bahwa bundanya telah mengandung. Apa yang akan Miko...