07. Berjemur

8 1 0
                                    

"Ya udah di kasih bantal aja bawahnya,"

"Ya susah Bun,"

"Engga, 'kan pakai bantal bayi,"

Bunda mengambil bantal kecil yang biasa di gunakan untuk bantalan adik bayi saat rebahan di kasur.

"Gini," bunda melepas tangan kanan Miko yang memegang punggung Mocha.

"Eh eh, Bun! Hati-hati nanti adik jatuh," ucap Miko panik saat bunda melepas tangannya.

"Ngga mungkin. Sekarang gimana, udah mendingan 'kan?" tanya bunda setelah memperbaiki posisi Mocha.

Miko merasakan perbedaannya dengan yang tadi. Kali ini lebih nyaman, Mocha bisa tidur di bantal yang empuk.

"Udah sana, adiknya di jemur di luar," kata ayah, seperti mengusir Miko saja.

"Bunda gimana, Yah?"

"Nanti bunda nyusul, kamu duluan aja," ucap bunda yang sudah beralih pada Mochi.

Seperti sudah pro dalam menggendong bayi, Miko membawa adiknya keluar rumah.

"Harusnya kamu pake kacamata hitam Dek, biar nggak silau," kata Miko sedikit menutupi mata Mocha dari pancaran sinar matahari.

Miko kemudian berjalan menuju pohon yang rindang. Berteduh agar adiknya tidak terkena panas.

Ayah keluar rumah dengan membawa dua buah kursi. Miko dapat melihat, ayah seperti kebingungan mencarinya.

"Eh malah neduh, sini lho biar adiknya kena sinar," tepat saat mata mereka bertemu, ayah berucap demikian.

Ayah meletakkan kursi di depan rumah. Posisinya sangat pas untuk berjemur.

"Silau Yah, kasian adik," ucap Miko sedikit keras, namun masih bisa mengatur volume suaranya. Karena kalau keras adik bayi bisa terkejut dan menangis.

"Justru itu tujuannya sini," ayah melambai agar Miko menghampirinya.

Menurut, Miko kemudian menghampiri ayah, tangannya masih setia menutupi wajah adiknya dari sinar matahari.

"Kamu duduk di sini, biar adik kena panas," kata ayah menyuruh Miko untuk duduk di salah satu kursi yang telah ia sediakan.

Miko menggeleng, "Enggak Yah, nanti mata adik rusak kalo nggak ditutupin,"

"Pakai ini Miko, biar nggak silau," bunda datang bersama Mochi yang sudah dipakaikan penutup mata.

"Ini di pakaikan ke Mocha," kata bunda memberikan Miko penutup mata yang warna dan bentuknya selaras dengan yang sedang dipakai Mochi.

Tapi ....

Miko tidak bisa memakaikannya.

Takut kekencangan hingga nanti membekas di kepala Mocha.

Astaghfirullah Miko!

Mana ada kaya gitu! Aish! Anak laki-laki ini benar-benar, ya!

"Emang nggak sakit Bun, adik dipakaikan penutup mata seperti itu?" tanya Miko yang belum menerima pemberian bunda.

"Sakit kenapa? Mochi yang udah dipakaikan penutup mata aja nggak kenapa-napa kok," jawab bunda heran. Heran dengan pemikiran anak sulungnya.

"Ya ...," Miko bingung mau berkata apa.

Gemas karena Miko menurutnya sangat lebay, ayah mewakilkan Miko untuk mengambil penutup mata itu dari tangan bunda.

Kemudian memakaikan penutup mata itu pada Mocha dengan lembut, "Udah sana duduk di kursi,"

MIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang