"AYANG MIKOO!!!"
Miko menghentikan kegiatannya yang sedang mencuci Blue. Cowok itu menatap beberapa motor yang memasuki halaman rumahnya.
"Ayang Miko ... emmm, kangeeen!"
Salah satu dari mereka turun dari motor, ia sedikit berlari dan bertingkah seolah akan memeluk Miko.
Tapi sebelum itu terjadi Miko menahan wajah orang itu.
"Alay, Will!"
Willy, orang yang hampir memeluk Miko mengerucutkan bibirnya, ia menghentak-hentakkan kaki, memberitahu orang-orang bahwa dirinya sedang kesal.
"Ih, ayang Mikoo, gue tuh kangen banget tau sama lo, padahal 'kan kemarin kita ketemu, tapi nggak tau kenapa gue tetep kangeen ...." ucap laki-laki yang poninya di belah dua dan memakai baju kotak-kotak.
Miko bergidik geli mendengarnya. Cowok itu beralih ke temannya yang lain, "Kalian ada apa rame-rame dateng ke sini?"
"Mau liat adeknya Miko, katanya Miko punya adek kembar," sahut Icha dengan sorot yang berbinar.
Miko kebetulan sudah selesai memandikan Blue, kemudian menggiring teman-temannya untuk masuk ke rumah.
Bunda yang baru selesai memberikan si kembar asi sedikit terkejut karena rumahnya kedatangan sahabat sang putra.
"Assalamualaikum bunda ... Willy yang ganteng melebihi Angga Yunanda dateng membawa sejuta kebahagiaan ...."
Para anak-anak itu mencium tangan bunda dan nenek Miko. Sebelum kembar lahir, mereka memang sering datang ke sini walau hanya sekadar minta minum.
"Waalikumussalam, yang ada membawa sejuta keberisikan, Will," jawab bunda dengan bercanda.
"Bunda, bunda, tadi kita beli baju unyu-unyu buat dede kembar," Icha dengan semangat menunjukan paper bag yang berisi baju-baju untuk adik Miko.
"Wah terima kasih, seharusnya kalian nggak usah repot-repot begini," jawab bunda yang sudah menerima paper bag itu.
"Nggak repot kok Bun, kita malah seneng bisa beliin kembar baju," jawab Bakti yang berdiri di belakang Icha.
Eak ... E ....
"Iiiii lutunaa ...,"
"Cuci tangan dulu Icha," cegah Miskha saat Icha akan menyentuh baby twins.
"Kenapa Miskha? Tangan Icha bersih, kok," jawab Icha sambil menunjukan kedua telapak tangannya yang bersih.
"Tetep aja, kita 'kan habis dari luar. Bakteri dan kuman di tangan memang tak terlihat, namun mampu membuat bayi terkena berbagai penyakit," jelas Miskha.
Miko bernapas lega mendengar penjelasan dari Miskha. Untung saja tadi sebelum masuk menjaga adik bayi saat di tinggal bunda pipis, ia sempat mencuci tangan, walau tidak dengan sabun.
Setidaknya dengan ia mencuci tangan, adik bayi akan aman dari bakteri dan kuman.
"Sana kalian cuci tangan dulu," Miko menyuruh teman-temannya mencuci tangan sebelum menyentuh adiknya.
Mereka yang sudah hafal letak dapur Miko segera menuju wastafel dan mencuci tangannya menggunakan sabun aroma strawberry.
"Eemm wangiii ... Icha mau cuci tangan lagi ya, Miskha!" Icha membasahi lagi tangannya yang sudah kering.
"Kasih sabun yang banyak Miskha! Biar wanginya nempel terus!" ucap Icha sambil menyodorkan tangannya pada Miskha yang membawa sabun.
Sebelum isi sabun itu keluar dari wadahnya, Willy segera merebut botol, "Nggak usah kaya anak kecil deh, Cha! Kaya nggak pernah cuci tangan aja!"
"Tapi 'kan Icha suka sama wanginya," mata cewek itu berkaca-kaca.
"Alay, gitu doang nangis!" ucap Willy dengan sinis, selanjutnya ia meletakkan sabun di samping wastafel, karena memang semua sudah cuci tangan.
Icha menatap Willy, matanya mulai memanas, bibirnya melengkung ke bawah dan bergetar. Willy tak memperdulikan Icha, cowok itu langsung menuju ruang di mana si kembar berada.
"Udah nggak usah nangis, Cha. Nih susu," kata Bakti memberikan Icha susu kotak rasa strawberry.
Icha adalah salah satu dari ribuan orang yang suka strawberry. Apapun yang berhubungan dengan strawberry pasti ia sukai.
Setelah itu merekapun menyusul Willy yang sudah keluar duluan.
"Bunda, Icha mau gendong adik bayi ... berat nggak?"
"Nggak boleh!" bukan bunda, bukan Willy yang menjawab, melainkan Miko.
Cowok itu dengan tegas menjawab ucapan Icha. Ia tak rela adik bayinya di gendong oleh Icha, kalo temen yang lain sih, oke-oke saja.
Bukannya bermaksud pilih-pilih atau bagaimana, cuman Miko kenal banget sifat Icha yang ceroboh. Bayangkan waktu dia gendong adik bayi, terus nggak kuat dan berakhir adik bayi jatuh?
Icha menatap Miko dengan bibir yang melengkung ke bawah, "Kenapa, Miko?"
"Nggak boleh pokoknya. Anak kecil nggak boleh gendong bayi," jawab Miko.
"Ih, Mikooo! Icha udah besar tau! Icha bukan anak kecil lagi!" ucap cewek itu dengan kesal.
"Alay," gumam Willy yang hanya bisa di dengar olehnya.
Bunda yang memang orangnya tak tegaan akhirnya mengizinkan Icha untuk menggendong adik bayi.
Miko melotot tak percaya saat bunda hendak memberikan adik bayi ke gendongan Icha.
Tatapan cowok itu berubah tajam, tangannya juga mengepal kuat hingga membuat kuku-kukunya memutih.
Dengan cepat ia berdiri dan mengambil alih adik bayi dari gendongan bunda.
Mata tajamnya kembali tertuju pada gadis cantik yang sifatnya masih seperti anak kecil, "Gue bilang jangan ya jangan!"
"Miko! Kamu nggak boleh kaya gitu sama Icha! Kamu 'kan nggak pernah mau gendong adik bayi, jadi nggak masalah dong kalo Icha mau gendong?"
Miko menatap bunda tak percaya. Ucapan bunda menyakiti perasaannya.
"Bunda kok belain dia sih?!"
Padahal senakal-nakalnnya Miko, bunda tak pernah berucap sampai membuat Miko sakit hati.
Tapi ini?
Hanya untuk membela Icha, bunda memecahkan rekor buat pertama kalinya mengucapkan kata-kata yang membuat Miko sakit hati.
Awas aja kau Icha!
"Iii, ternyata nggak berat ya? Ringan, kaya gendong boneka. Miskha mau coba?"
Hah?
Miko mengerjapkan matanya.
Di liatnya Icha sedang tersenyum bahagia sembari menggendong adik bayi. Adik bayi juga terlihat senang, tidak seperti saat bersama Miko tadi.
Jadi ... tadi hanya bayangan Miko saja?
"Boleh deh, Bun aku mau coba gendong yang satunya dong," Miskha meminta bunda agar memberikan adik bayi yang satunya ke gendongannya.
Hei!
Miko yang abangnya saja belum pernah gendong adik bayi, kenapa teman-temannya yang baru datang sudah berani menyentuh bahkan sampai menggendong adik bayi?!
Ini tidak bisa dibiarkan!
Miko harus bertindak sesuatu!
Semarang, 5 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MIKO
РазноеON GOING CERITA PENDEK Rasanya punya adik kembar itu bagaimana, sih? Senang? Sedih? Atau apa? Miko, remaja enam belas tahun yang selama ini hidup sebagai anak tunggal, tiba-tiba saja mendapat kabar bahwa bundanya telah mengandung. Apa yang akan Miko...