"MARSHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA." jeritku dalam hati sambil menggesekkan penisku ke tembok. Seandainya tidak ada chastity belt yang mengurung penisku, intensitas gesekanku ke tembok bisa membuat penisku lecet. Berkat chastity belt, penisku senantiasa "terlindungi" apa pun yang terjadi.
"Uagggghhhhhhhhhhhh." aku tergeletak di lantai kehabisan energi. Air mata kembali mengalir. Aku tahu yang kulakukan sia-sia dan tidak ada gunanya.
Dengan susah payah aku merangkak ke atas tempat tidur lalu membuka handphoneku. Aku memandangi draft chatku ke Marsha di Whatsapp yang berisi 'Sha aku udah ga kuat lagi lepasin chastity beltku tolonggggggg'.
"Kirim ga ya..." pikirku terbaring lemas. Mengingat sifat Marsha, mengirimkan chat ini kemungkinan besar tidak akan ada gunanya. Tapi aku sudah benar-benar merasa tidak kuat.
Di tengah kebimbanganku mengirimkan chat ke Marsha atau tidak, tanpa sadar aku tertidur.
...
Cahaya matahari yang menyinari kamar menyambutku. Dari intensitas cahaya yang menyinari kamarku, aku tahu aku bangun lebih siang dari biasanya.
"11.41...." batinku melihat jam dinding di kamarku.
Aku membuka handphoneku dan terkejut melihat ada notifikasi misscall dari Marsha.
"Hah tumben Marsha nelepon hari minggu ada apaan?" gumamku sambil membuka whatsapp.
Melihat chat dari Marsha aku langsung membeku.
'Sini kak ke rumah aja :D'
'Keluargaku lagi pergi semua aku ga ikut.'
"NGENTOTTTTTT SEMALEM GIMANA CARANYA KEKIRIM????" teriakku dalam hati panik. Draft chatku semalam entah bagaimana caranya terkirim ke Marsha.
Setelah panik sambil berpurar ke kanan kiri aku duduk di kasur melihat ulang chat dari Marsha.
"Responnya ga buruk sih ini..." gumamku membaca chat Marsha. Membayangkan berdua bersama Marsha di rumahnya membuat penisku memberontak.
"Fak apa lagi yang mau dipikirin sih anjing" makiku kepada diri sendiri sambil langsung pergi ke luar kamar. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju motorku dan berangkat ke rumah Marsha.
Aku menggas motorku sekencang mungkin menuju rumah Marsha. Aku tahu ngebut di jalan raya berbahaya tapi tititku sudah tidak bisa menunggu. Jalanan di hari Minggu yang sangat sepi seakan merestuiku untuk segera sampai di rumah Marsha.
"Apakah ini bentuk dukungan semesta terhadapku?"
Dalam waktu singkat aku sampai di depan rumah Marsha. Seperti biasa aku menelponnya untuk memberi tahu aku sudah di depan rumah. Tidak lama kemudian seperti biasa Marsha keluar dari rumahnya membukakan pagar.
YOU ARE READING
Her Private Tutor and Pet
FanfictionSeorang mahasiswa yang mencoba mencari penghasilan sampingan sebagai guru les berakhir menjadi peliharaan muridnya.