"Abang main yok!!"
"Gak"
"Kenapa?"
"Kamu belum mandi. Cepat sana mandi dulu baru main"
"Yah....wangi gini loh Bang"
"Gak"
Ersya pemuda itu menghela napas kecewa. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan segera mengambil handuk untuk membersihkan dirinya. Sedangkan sang kakak menatap kepergian adiknya dengan tersenyum. Rencananya berhasil.
Tak lama Ersya keluar dari kamar mandi. Arya menutup buku yang di bacanya dan mendekat ke arah sang adik yang duduk di ujung kasur.
"Dek jadi gak mainnya?" Tanya Arya menatap sang adik
"Gak jadi" ketusnya
"Masa gitu aja ngambek sih. Gak asik adek"
"Abang dulu tuh yang gak asik. Jangan nyalahin adek" kesal Ersya
Arya duduk di samping Ersya mencoba menatap mata adiknya "Dek, kamu itu udah besar loh tapi kelakuannya kok masih kaya anak usia lima tahun sih. Di suruh mandi males banget"
Ersya mengalihkan pandangannya ke arah lain seraya mengeringkan rambutnya yang basah "terserah deh, adek gak peduli. Udah abang sana jangan deket dekat lagi. Adek ngantuk mau tidur" ucapnya mendorong Arya agar menjauh darinya.
Arya berdiri dan pergi dari kamar. Ia melirik sang adik "kayanya mas udah dateng deh, makan apa ya hari ini?" Ucapnya menatap sang adik
Mendengar nama kakaknya dipanggil, dengan cepat Ersya berlari menuju ruang tamu mencari sosok yang disebutkan Arya dengan gembira. Perutnya tidak bisa di tahan ia lapar.
"Mas Dipa...?"
"Mas....
"Kok gak ada" Ersya melirik ke arah Arya yang menahan tawa di dapur. Jadi ini semua hanya tipuan untuknya? Tidak akan ia biarkan sang kakak menertawakannya. Ersya mengambil buku yang ada di meja kemudian melemparkannya ke arah Arya yang sedang mengambil roti di dapur.
Tak
"Yes kena" ucap Ersya gembira melihat bukunya mendarat di kepala sang kakak. Ia segera kabur sebelum Arya mengamuk.
Arya. Pemuda itu kira sang adik akan pergi begitu saja seperti biasanya. Karena lapar ia mengambil roti di balik lemari yang berada di atas. Namun sebuah benda mengenai kepalanya dengan keras membuatnya menoleh dan mendapati Erysa yang bergembira karena bukunya tepat sasaran.
Arya menghela napas pelan. Menatap Ersya yang kabur.
"EERSYAAA!!"
***
Dipa menatap kantong plastik yang di pegangnya "semoga aja cukup" gumamnya pelan.
Ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Di perjalanan ia berusaha menahan lapar sedari tadi agar sampai rumah kedua adiknya tidak mendengar suara perutnya itu.
Tok
Tok
Tok"Abang! Adek! Buka pintunya" teriak Dipa dari luar
Terdengar suara ribut dari dalam. Pemuda itu hanya bisa menghela napas panjang, kedua adiknya selalu saja bertengkar saat mereka bersama dan itu sudah menjadi makanannya tiap hari. Dipa memilih mendengarkan perdebatan itu hingga selesai.
"Udah Bang jangan bohong lagi. Gak lucu!"
"Yang bohong juga siapa? Tadi aja Abang bohong sekarang enggak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Leave [END]
FanfictionSemua orang pasti ingin memiliki keluarga yang utuh bukan? Namun itu tidak berlaku pada mereka bertiga. Ibunda mereka meninggal karena penyakit di deritanya dan sang ayah memilih menikah lagi dengan perempuan lebih kaya. Pranadipa dan Arya merawat...