Sillye menatap sendu pejalan kaki yang bergerak di luar cafe di mana dia berada. Dinding kaca transparan telah memberinya kebebasan untuk melihat kesibukan mereka. Dan ketika sepasang netranya menangkap sebuah taksi yang menurunkan seorang wanita yang sangat dia kenal, mendadak Sillye tersenyum miris.
Sillye tidak harus repot melirik siapa yang baru saja membuka pintu cafe hingga lonceng kecil di ujung atas pintu berdenting, mengingat sosok itu sudah pasti akan menghampirinya.
Benar saja, seorang wanita sepantaran Sillye telah duduk tepat di hadapannya.
"Americano," ujar si wanita cepat ketika seorang pelayan menghampirinya bahkan sebelum pria kecil itu membuka mulut. Begitu mereka hanya berdua, pandangan wanita itu mengarah kepada Sillye. Ada tarikan napas kasar sebelum kemudian dia berkata, "kau terlihat buruk, Sillye. Cobalah untuk makan sesuatu atau wajahmu akan semakin berongga."
Sillye tersenyum kecil. "Terima kasih sudah mengingatkanku, Grace." Wanita itu mendengkus mendengar ucapan Sillye. "Oh, jangan perlihatkan wajah masam itu setelah lama tidak bertemu."
Grace berdecak. "Bagaimana aku tidak begitu setelah melihatmu dalam waktu yang lama dan kau malah terlihat seperti tengkorak hidup." Wanita itu melempar pandangan ke arah dinding kaca dan membiarkan napas kasar lolos dari belah bibirnya.
"Aku minta maaf," kata Sillye pada akhirnya. "Lagipula, kau berlebihan mengatakan aku mirip tengkorak."
"Memang begitulah keadaannya ...," Grace menahan kata-katanya ketika pelayan sebelumnya kembali dengan sebuah pesanan miliknya. Sillye bahkan tidak bisa menyembunyikan rasa tidak percayanya saat mendapati Grace memperlihatkan senyum tulus ke arah si pelayan, seolah-olah dia tidak pernah marah sebelumnya.
Sampai akhirnya, Sillye mulai menjilat kembali bibirnya yang pucat. Sebuah kebiasaan ketika perempuan itu merasa resah dan gelisah. Grace sendiri menyadari ketegangan Sillye yang mendadak.
Grace berucap lebih dulu, "Jangan khawatir, aku bawa uang untuk Saloka."
Sillye seketika merasa malu dan dia tidak punya pilihan selain menunduk, tidak berani menatap Grace. "Terima kasih."
Grace menghela napas panjang. Tangannya terulur menyentuh bahu Sillye lantas mengusapnya dengan pelan. "Kau harus jujur kepada Saloka bahwa kau telah dipecat. Bagaimanapun dia harus tahu bagaimana keadaanmu yang sekarang."
Sillye bergegas mengangkat wajah dan Grace mendapati bahwa temannya itu baru saja menangis. Namun Grace merasa miris saat mendengar Sillye berkata keras, "Tidak!" Sillye membuang wajah sekali lagi untuk mengindari tatapan kasihan Grace. "Aku tidak bisa. Lebih tepatnya, jika semua orang tahu bahwa aku tidak lagi punya gaji yang besar dan seorang kekasih yang menopang biaya hidupku selama ini, aku takut Saloka akan dikucilkan oleh orang di daerah kami." Sillye mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku tidak ingin Saloka tahu bahwa selama ini uang yang dia dapatkan berasal dari suami orang lain."
Grace semakin prihatin. "Lalu bagaimana kau akan membayar semua tagihan itu? Tidakkah kau lihat bagaimana menderitanya dirimu sekarang?" Grace memelankan suaranya. "Bekerja di minimarket dan meminjam uang tidak akan menutupi semua itu."
Sillye tersenyum pedih. "Maafkan aku, ini yang terakhir aku meminjam uangmu."
Grace kontan merasa bersalah. Wanita itu bangkit lalu berpindah duduk di sebelah Sillye kemudian membawa tubuh Sillye ke dalam pelukannya. "Oh, Sillye, aku juga minta maaf telah berkata demikian." Sillye membalas pelukan Grace. "Tetapi aku hanya khawatir bahwa suatu saat aku tidak bisa lagi membantumu. Bukan karena aku tidak mau, tetapi karena keadaan. Aku sendiri tidak bisa memastikan sampai kapan aku juga akan mendapatkan uang. Kau tahu maksudku, kan?"
Sillye mengangguk. "Tentu saja. Sekali lagi maafkan aku." Untuk sesaat mereka hanya saling terdiam, sampai kemudian Sillye akhirnya kembali menemukan suaranya dan dia berkata, "kalau saja aku punya pekerjaan yang lebih baik dari menjaga kasir toko. Bagaimana jika aku bekerja di tempatmu?"
Mendengar itu Grace menggeleng cepat. "Aku tidak akan membiarkannya." Grace mendorong tubuh Sillye pelan dan kembali ke tempat duduknya semula. "Aku tidak akan membiarkanmu menjadi pelacur sepertiku. Sillye, itu bukan jalan keluar."
"Tetapi aku yakin, pasti ada beberapa pria yang akan membayarku mahal."
Sillye sedikit tersentak ketika Grace memukul meja. "Cukup!" Raut wajah wanita itu terlihat menggelap saat menatap Sillye. "Kau pikir, mengapa selama ini aku hanya meminjamkanmu uang meski kita tidak bertemu? Aku tidak ingin kau masuk ke dunia yang lebih gelap dan melihatku di antara dunia itu. Kau hanya perlu memikirkan dosamu karena telah berbohong kepada adikmu. Jangan menambahnya dengan menjadi wanita penghibur."
Sillye menahan getir di balik suaranya, "Lalu apa yang harus aku lakukan?"
Grace tidak lagi mengatakan apapun. Meski lidahnya terasa gatal untuk mengatakan bahwa akan lebih baik bila Sillye berkata jujur dan membiarkan masalah yang datang hanya mengalir dan akan hilang setelahnya, ketimbang harus hidup menderita hanya untuk membayar sesuatu yang di luar kemampuannya.
Tetapi, melihat Sillye yang kekeuh untuk tetap melindungi adiknya, mau tidak mau membuat Grace menahan diri.
Sampai akhirnya, Grace tidak merasa memiliki pilihan lain selain berkata, "Bagaimana dengan menjadi pengasuh?"
Sillye menatap Grace cukup lama sebelum akhirnya berkata, "Kurasa perkerjaan itu masih tidak akan cukup, Grace." Sillye menahan suaranya agar tidak bergetar. "Kau tahu, aku bekerja siang malam di lima tempat berbeda bahkan penghasilannya masih jauh dari kata cukup. Apa kau ingin menambahnya menjadi enam pekerjaan?"
Grace menggeleng. Dia tahu saat ini Sillye sedang tidak bisa berpikir jernih. Mungkin yang dipikirkannya hanyalah menjadi wanita penghibur sehingga dia akan mendapatkan kembali kehidupan mewahnya sebelumnya. Toh, apa bedanya dengan yang dulu, sama-sama menjadi kekasih gelap seseorang. Hanya penyebutannya saja yang berbeda.
"Sillye, sejujurnya, pekerjaan yang satu ini tidak seperti para pengasuh biasanya. Bahkan gajinya terbilang fantastis. Yah, kau mungkin masih akan merawat seorang anak, tetapi masalahnya, anak yang satu ini sedikit berbeda."
Kening Sillye mengerut. Sedikit ada rasa tertarik yang mengundangnya untuk menggali informasi lebih jauh. "Apa maksudmu? Apa yang membedakan anak ini dengan yang lain?"
Dan ini mungkin kali pertama Sillye mendapati gelagat gelisah yang ditunjukkan oleh Grace. Tampaknya ini memang bukan pembahasan yang mudah dibicarakan di tempat umum. Grace mendadak menunduk. "Tidak, kurasa aku salah bicara. Abaikan saja."
"Apa-apaan, Grace, kau membuatku penasaran?"
Grace menggeleng. "Tidak, mungkin kamu benar, pekerjaan pengasuh tidak akan cukup dan bekerja di enam tempat sekaligus hanya akan membebanimu." Kegelisahan yang diperlihatkan Grace tidak membuat Sillye merasa lebih baik. Sebaliknya, dia semakin menaruh curiga terhadap Grace yang tidak biasanya bertingkah demikian.
Sillye mencoba bersikap lebih tenang. Dia menatap Grace yang seolah tengah menyembunyikan sesuatu. "Grace, kau baru saja bilang gajinya fantastis. Jadi kemungkinan aku tidak perlu bekerja di enam tempat sekaligus, bukan? Jadi, katakan saja," bujuknya, "bukankah kau pernah berkata bahwa pekerjaan yang paling kau anggap kotor hanyalah menjadi pelacur dan pembunuh? Tetapi mengapa sekarang pekerjaan pengasuh membuatmu gelisah? Padahal kau sendiri yang berniat mengusulkannya."
Sillye menjilat bibirnya sendiri. Sejujurnya, entah dari mana keberanian itu datang ketika dia menambahkan, "Jika kau khawatir anak yang akan aku asuh nanti bersikap kasar, kau harus tahu bahwa aku pasti bisa bertahan bahkan jika hidupku babak belur. Satu-satunya hal penting yang aku pikirkan saat ini adalah menghasilkan uang yang cukup banyak tanpa harus bekerja di lima tempat berbeda. Karena kau tidak mengizinkan aku bekerja sebagai wanita penghibur, maka kau tidak boleh menutupi pekerjaan satu ini."
Sembari menatap sepasang netra Sillye yang sama putus asanya, Grace menarik napas panjang sebelum akhirnya mengangguk dan berkata, "Baiklah, besok kita akan bertemu lagi, aku yang akan mengantarmu ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGASUH ANAK MANTAN
ChickLitKalau banyak yang baca, gue lanjut! Komen "lanjut" di bab terakhir update, yok ...! Ini hanya seputar kehidupan Sillye yang terjebak dengan mantan dan membuatnya mengasuh anaknya yang aneh.