4

1.5K 154 21
                                    

Namjoon yang sudah sampai di rumah sakit, mendaftarkan diri ke bagian poli mata. Setelah itu, ia menunggu antrian untuk diperiksa sesuai nomor urut sambil membaca buku yang dikeluarkan dari tas. Belum sampai satu halaman dibaca, ponselnya berbunyi membuatnya berhenti membaca dan mengambil ponsel untuk mengetahui siapa yang menghubunginya.

“Manajer,” katanya, lalu mengangkat teleponnya. “Halo, Hyung-nim, ada apa?" tanyanya dengan sopan.

Namjoon-shi, kau sedang sibuk?”

Namjoon termenung sebentar, memikirkan jawaban apa yang harus diberikan. “Tidak, kebetulan aku sedang makan saja di luar, Hyung.” akhirnya, ia memutuskan untuk berbohong.

“Baiklah. Kalau begitu, apa kau bisa datang ke perusahaan? Ada yang ingin ku bicarakan dengan Bangtan.”

Namjoon diam sebentar karena sebentar lagi gilirannya, tetapi ia sudah terlanjur berbohong.

“Namjoon-shi?” 

Panggilan dari manajer membuatnya tersadar dari diamnya dan refleks menjawab. “Ya, Hyung-nim.” 

“Apa kau bisa datang? Tadi aku sudah memberitahu Seokjin-shi dan dia sudah menuju ke sini bersama yang lain. Aku menghubungimu karena Seokjin bilang kau sedang tidak bersama mereka,” jelas Manajer.

“Kau sudah memberitahu yang lain?” Namjoon bertanya kembali untuk memastikan.

“Iya, kenapa?”

Kenapa tidak ada yang memberitahuku? Pikir Namjoon, lalu memasukan bukunya ke dalam tas seraya bicara, “Aku bisa datang,” katanya sambil memakai tas di punggung- nya.

“Baiklah, aku tunggu,”  ujar Manager dan mematikan telfon setelahnya.

Namjoon bangun dari duduknya. "Lain kali saja aku periksa mataku," katanya sambil meninggalkan rumah sakit.

Setelah dua jam perjalanan, ia tiba di kantor dan langsung menuju ruang manajer. Ia mengetuk pintu, masuk dengan sopan, dan duduk di samping Seokjin yang sudah lebih dulu hadir bersama anggota lainnya.

“Maaf, aku terlambat,” katanya setelah duduk.

“Kenapa bisa terlambat? Padahal yang lain sudah datang 15 menit yang lalu. Bukankah sebagai leader seharusnya  memberikan contoh yang baik untuk anggotamu?” sindir manajer, tetapi disertai kekehan agar tidak terlalu serius.

Namjoon tersenyum getir. “Maafkan aku,” hanya itu yang Namjoon katakan.

Seokjin melirik sinis Manajer, tidak menyukai ucapannya. "Sudahlah, Hyung. Tidak usah mempermasalahkan keterlambatan Namjoon. Katakan saja, apa yang ingin kau katakan!" katanya datar.

Namjoon melirik Seokjin, menyadari bahwa member tertua tersebut tampak kesal. “Hyung—” ia menghentikan ucapannya saat Seokjin mengangkat jari telunjuk dan menatapnya dengan sorot tajam. Benar-benar terlihat menakutkan walaupun tanpa bicara.  Setelah itu, dengan ekspresi datar Seokjin kembali melihat ke depan.

“Baiklah, kalau begitu aku akan mulai menjelaskan maksudku menyuruh kalian datang.” Kata Manajer, lalu melanjutkan ucapannya setelah semua member mengangguk mengerti.

“Sebenarnya, aku ingin membahas tentang konser yang dijadwalkan 6 bulan lagi. Apa lagu baru yang akan dibawakan saat konser nanti sudah siap, Namjoon-shi?” Manajer melihat Namjoon, begitu juga dengan member lain yang ikut melihat leader mereka.

“Maaf karena sampai sekarang aku masih belum selesai membuatnya, tapi aku pastikan saat konser nanti lagu pasti sudah selesai di buat,”  sahut Namjoon, berharap hal tersebut tidak menjadi masalah yang berlarut

Manajer mengangguk. “Setidaknya harus selesai dibuat dua minggu sebelum konser  untuk persiapan. Benarkan?” tanyanya dengan memperhatikan mereka bergantian.

Member mengangguk sebagai jawaban.

“Namjoon-shi, masalah ini adalah tanggung jawabmu sebagai leader. Selain itu,  pembuatan lagu juga termasuk tanggung jawabmu, kan?” Manajer kembali bertanya.

Namjoon merapatkan bibirnya, lesung pipi yang dalam menampakkan kelelahan yang mendalam. Dengan mata yang terlihat lelah, ia mengangguk, membenarkan ucapan Manajer.

“Maaf, tapi … aku akan bekerja lebih keras lagi. Kalian jangan khawatir untuk konser nanti. Aku pastikan lagunya sudah jadi." tuturnya, meyakinkan member agar mempercayainya.

Manajer dan member mengangguk, percaya dengan ucapan sang leader.

“Oh ya, apa masalah hiatus sudah dibicarakan? Apa kalian setuju dengan Namjoon untuk hiatus?” tanya Manajer, penasaran.

“Tidak, kami tidak akan hiatus,”  jawab Yoongi dan member lain mengangguk setuju.

“Syukurlah, aku pikir kalian benar-benar akan hiatus. Sebenarnya, Kalau sampai kalian hiatus, hanya Namjoon yang ku khawatirkan.”

Ucapan Manajer membuat Namjoon tak bisa menahan pertanyaannya.

“Maksudnya? Kenapa hanya aku?” 

Manajer memandangnya dengan ekspresi serius. “Karena, di antara yang lain, hanya kau yang memiliki basis penggemar yang relatif kecil. Menurutku, karyamu akan sangat diminati dalam grup, tapi untuk solo... aku tidak yakin. Apakah lagu solomu bisa sepopuler lagu-lagu grup?" Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Mengingat track record sebelumnya, lagu-lagumu seringkali kalah bersaing dengan member lain dalam berbagai aspek.”

Jawaban manajer membuat Namjoon tersenyum getir. “Terimakasih atas perhatianmu, tapi kau tidak perlu khawatir, Hyung-nim. Penggemarku memang tidak sebanyak member yang lain dan aku tahu itu.  Walaupun aku hiatus, aku yakin penggemarku yang hanya sedikit itu tidak akan meninggalkanku karena mereka tulus mencintaiku,” katanya, lalu menarik napas panjang untuk menutupi rasa sakit dari ucapan manajer.

Manajer mengangguk saja.

“Apa masih ada yang mau dibicarakan lagi, Hyung-nim?" tanya Seokjin

“Tidak ada. Aku rasa sudah cukup untuk pembicaraan hari ini. Terimakasih atas waktunya,” jawab Manajer, tersenyum ramah kepada member.

Seokjin membalas senyum Manajer. “Kalau begitu kami pamit undur diri,” katanya dan bangkit dari duduknya, lalu pergi bersama member lain yang satu per satu mengekor di belakang Seokjin. Dalam langkahnya meninggalkan perusahaan, Seokjin melihat Namjoon yang tampak murung, berjalan sembari menundukan pandangan.  Tanpa ragu, ia merangkul bahu leader-nya itu.

“Kenapa?” tanyanya ketika Namjoon menoleh ke arahnya.

Namjoon menggeleng seraya tersenyum, lalu tangannya balas merangkul bahu member tertua bangtan itu.

“Tidak apa-apa, Hyung. Aku hanya lapar,” katanya, berbohong agar tidak membuat Seokjin khawatir.

“Sungguh?” Seokjin tampak tidak percaya.

“Tentu, aku sangat lapar karena belum makan setelah latihan tadi,” jawab Namjoon dengan ekspresi yang meyakinkan dan Seokjin mengangguk percaya walaupun tahu jika leader-nya itu berbohong. 

Mereka berdua berjalan dengan saling merangkul, sementara member yang lainnya sudah lebih dulu meninggalkan mereka menuju mobil karena malas bicara dengan Namjoon.

BERSAMBUNG

I'm Okay.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang