| Second.

222 29 14
                                    

Happy reading....

Taehyung mengabaikan dering ponsel yang sejak tadi berbunyi, pria itu masih setia berbaring di sofa ruanganya dengan lengan yang tertekuk menutupi sebagian wajahnya. Ucapan So Eun siang tadi terus terngiang di kepalanya. Hingga membuat kepalanya seakan mau meledak.

'Menyingkirkan?!'

"Aish! Dasar. Dia benar-benar psikopat bodoh."

"Kau yang bodoh! Apa yang kau lakukan sebenarnya. Hah!" teriakan yang melengking keras membuatnya terlonjak dan bangun dari tidurannya.

"Kakek."

Taehyung seperti melihat raut murka wajah dewa Zeus yang marah di wajah kakeknya. Lalu matanya berpindah melirik tajam sekertarisnya yang menunduk takut. Bukankah dia sudah memperingatkan untuk tidak membiarkan siapapun masuk ke ruangannya dan mengganggu ketenangannya.

Setelahnya dia menghembuskan napas pelan lalu menginterupsi sekertarisnya agar keluar.

"Apa kau akan terus seperti ini ditengah kekacauan yang kau lakukan, Hah!" Pekik kakeknya lagi saat hanya tinggal mereka berdua.

Sumpah demi tuhan, jika sudah seperti ini Taehyung ingin saja segera menyingkir dari muka bumi. Kakeknya mengerikan jika sudah marah.

Meskipun malas pria itu tetap menuntun kakek tua bangka itu lalu mendudukkannya di sofa.

"A-aku sedang memikirkan cara kakek."

"Cara apa yang kau maksud?! Berkeliaran dan membuat kekacauan lagi. Bukankah sudah aku katakan untuk tidak meninggalkan kantor untuk sementara. Kau bahkan tak datang ke ruanganku siang tadi. Hanya So Eun."

"Hah! Dia datang." Taehyung cengo. Bukankah seingatnya wanita itu menolak untuk datang? Bahkan ketika dia meminta dan menjemputnya sendiri. Sial! Dasar wanita bermuka dua.

"Ya. Dan kau tahu betapa sibuknya So Eun ditengah pekerjaannya dan sekarang kau justru membuat ulah. Tidak bisakah kau mulai bersungguh-sungguh mengurus pekerjaanmu dan juga perusahaan, bagaimana pun aku sudah tua tak mungkin terus-terusan menjadi pemimpin. Belajarlah dari ketekunan So Eun membereskan pekerjaannya."

Lagi. Selalu saja dibandingkan dengan sepupunya itu. Taehyung mendengus, pria itu memejamkan mata Dia sungguh kesal sekarang. Bagaimana pun kesabarannya tak setebal kasur miliknya.

Apa wanita itu bermain halus di belakangnya? Jika seperti itu Taehyung akan menerima dengan senang hati. Sepupunya itu menabuh genderang pada orang yang salah.

"Lalu? Kenapa tidak So Eun saja yang menggantikan mu kakek, ah ya! dan juga alasan aku ingin menemui mu karena masalah itu. aku ingin menyerahkan jabatan ku pada So Eun. Apa kau keberatan kakek?! Aku juga berpikir akan kembali ke New York saja."

"Kau gila! Apa kau sudah kehilangan otakmu."

Taehyung mengernyit. Dia sudah bisa menduga. Kakeknya pasti keberatan. Kenapa? Bukankah kakeknya begitu menyukai Sepupu ularnya itu, wanita itu yang selalu dipuji-puji. Melakukan pekerjaan dengan baik lah, itu lah, ini lah. BLA BLA.

Ada apa sebenarnya dengan si tua Bangka ini? Selalu Memuji So Eun sampai setinggi langit namun setiap dia membahas jabatan itu agar diberikan pada wanita itu kakeknya selalu tak setuju. Terlepas seperti apapun kelakuannya. Kakeknya tetap kekeh memberikan itu padanya.

"Kenapa? Bukankah dia cucu kesayanganmu. Aku sudah mengatakan hal itu juga padanya." ujar Taehyung acuh.

Terlihat wajah kakek Marcus mengeras. "Lakukan saja pekerjaanmu, aku akan bicara pada So Eun."

Setelah itu pria bernama lengkap Kim Sebastian Marcus tersebut keluar dari ruangan Taehyung.

Taehyung mendengus. Awas saja sepupunya itu.

The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang