𝐙-4

1 0 0
                                    

Hi wak
Jangan lupa vote ya!

Maaf kalau cerita ini nggak nyambung.

Jangan lupa vote ya!!

-----------------------------------------------------------------------

Leon tidak membawa Nara ke UKS, tetapi ia membawa ke ruang pribadinya. Setelah mengunci ruangan tersebut Leon merebahkan tubuh Nara ke atas kasur berukuran king size. Setelah merebahkan tubuh Nara leon pun ikut merebahkan tubuhnya dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Nara yang diperlukan seperti itu hanya bisa pasrah dan diam.


"Tidur yang nyenyak ra, gue tau semalam pasti lo nggk bisa tidur." Ucap Leon dengan memberi usapan lembut pada rambut Nara.

Leon mendekap Nara menyalurkan kehangatan bagi sang kekasih. Ia tau dan paham bahwa Nara sering mengalami mimpi buruk yang membuat Nara tidak bisa tidur.

"Makasih Eon" sayu-sayu mata Nara mulai tertutup. Ia begitu bersyukur karena Leon selalu paham dan mengerti kondisinya.

Dikantin Alvin dan kawan-kawan sedang menghabiskan makan siang mereka sambil mengobrol.

"Pasti mereka ngamar" celetuk rega.

"Yeu kaya ga paham Leon aja lo, dia kan nggak mau ada yang ganggu mereka berdua" sahut Alvin sambil mengunyah makanannya.

"Biarin aja elah, sirik amat lu pada, lagian ni ya kasian si Nara kalau di UKS atau kelas, nanti dia nggak bisa istirahat." Ucap Briel.

Setelah itu mereka melanjutkan kan acara makan siang dengan khidmat disertai berghibah ria.

Tak terasa kini bel pulang telah berbunyi. Didalam ruangan pribadi itu Leon bangun terlebih dahulu. Ketika nyawanya sudah berkumpul Leon tak langsung bangun. Ia lebih memilih menatap wajah sang kekasih yang terlihat begitu damai.

Dengan hati-hati Leon merapikan rambut Nara yang menutupi wajah cantiknya. Setelahnya Leon mengelus rambut Nara dengan penuh kasih sayang sambil sesekali mengecup puncak kepala Nara.

"ndaa... bundaa..." Tiba-tiba saja Nara meracau dalam tidurnya.

Leon yang melihat itu pun terkejut, iapun berusaha membangunkan Nara.

"Ra bangun" ucap Leon.

"Jangan hiks... bundaa hiks" Nara yang sedari tadi menahan tangis akhirnya menumpahkan tangisannya.

"Bunda jangan tinggalin Nara, Nara mau sama bunda hiks bundaaa"

"Sayang percaya sama bunda, bunda nggak akan ngelepas kamu, bunda akan selalu bersama Nara" ucap sang bunda dengan mata yang berkaca-kaca.

Hari ini Rafael kakek Nara akan membawanya pergi ke tempat antah berantah. Rafael berniat memisahkan Nara dari sang bunda dengan embel-embel agar Nara tidak lagi manja kepada sang bunda.

Padahal niat asli Rafael adalah membuang Nara sejauh mungkin dari keluarganya. Rafael selalu menganggap Nara sebuah kesialan dan harus disingkirkan.

Dengan tidak berperasaan Rafael menyeret Nara masuk kedalam mobilnya.

" Cepat masuk, menyusahkan saja kau ini." Ucap Rafael.

" Ngga mau, Nara mau sama bunda, Nara nggak mau sama kakek, ndaa tolong Nara hiks" Nara yang terus menerus memberontak berusaha agar bisa lepas dari sang kakek.

"Pah tolong lepas Nara dia masih kecil, jangan pisahin aku sama Nara, dia anak aku." Ucap sang bunda disertai tangis.

Ayah Nara hanya bisa menahan sang istri agar tak menyusul Nara. Ia takut ayahnya akan berbuat yang tidak-tidak kepada sang istri.

"MAS LEPAS AKU MAU NATA hiks mas anak kita Nara hiks jangan bawa dia pergi."

"Ini nggak akan lama jadi sabar, aku mohon kamu patuh sama kemauan papah" ucap ayah Nara.

Bunda Nara terus memberontak hinga ketika mobil Rafael mulai pergi dari rumahnya ia menggigit tangan sang suami dan berlari menyusul Nara. Bunda Nara terus mengikuti mobil yang membawa Nara.

Brak....

Bunda Nara tertabrak mobil yang sedang lewat disana. Tampa rasa kasih sang pengemudi pergi tanpa melihat keadaan korban yang ia tabrak.

Nara yang melihatnya hanya bisa menangis dan memberontak meminta dilepaskan. Ayah Nara berlari ketika melihat sang istri tergeletak bersimbah darah di tengah jalan.

Sejak saat itu Nara tidak pernah bertemu sang bunda. Terakhir kali ia mendengar kabar duka sang bunda dari kakak laki-lakinya. Nara diberitahu beberapa bulan setelah sang bunda meninggal, tepatnya pada hari dimana Nara dibawa pergi.

Setelah itu Nara kembali kerumah lamanya. Ia pikir setelah ia kembali semua akan membaik, namun harapan Nara pupus ketika sang kakak meninggalnya sendiri dirumah kosongnya.

Nara tinggal sendiri sejak saat itu. Ayahnya entah berada dimana, dang sang kakak tinggal di luar negeri untuk mengurus bisnis keluarga. Sejak saat itu hidup Nara lebih damai dari sebelumnya, meski ia merasa kesepian.

"Ra bangun" ucap Leon dengan sesekali menepuk pipi Nara dengan pelan.

Dan Nara pun terbangun dengan raut ketakutannya. Wajah yang sembab dengan dihiasi bibir pucat akibat rasa takut membuat kondisi Nara terlihat begitu memprihatinkan.

Leon langsung memeluk tubuh mungil Nara, berharap sang empu dapat merasa aman dan tenang.

" Mau bunda hiks eon bawa gue ke bunda hiks mau bunda huaaaa" Nara menangis lebih kencang dari sebelumnya.

"cup cup cup shuttt jangan nangis lagi Ra nanti dada lo sesek, nanti kita cari bunda lagi ya." Leon berusaha menenangkan Nara, ia takut jika Nara terlalu lama menangis Nara akan mengalami sesak nafas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zanara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang