Chapter 4: Mimpi

160 14 0
                                    

Pagi yang cerah seperti hari yang biasa.

Namun, tidak semua orang memiliki awal yang baik.

Gentar menetap di rumah setelah kejadian 2 hari yang lalu, ditambah dia mendadak terkena demam tinggi.

Sehari setelah insiden di festival, yaitu kemarin, Gentar dan Supra pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan. Gentar ditemani karena takutnya Gentar kena panic attack kalau sendirian.

Masalahnya, kemarin cuaca sedang tidak bagus, dan hujannya lumayan deras, ditambah angin kencang. Tapi karena Gentar ingin sekali mengambil persediaan makanan sekarang itu juga, Gentar pergi ke supermarket dan pulang kehujanan, dan Supra juga ikut, dan dia juga terkena akibat pergi hujan-hujan.

Berbeda dengan Gentar, Supra tidak terserang demam seperti adiknya. Karena Supra pergi mandi dengan air hangat dan mencuci rambutnya, sedangkan Gentar hanya mengeringkan tubuhnya dan mengganti pakaian.

Dan berakhir disini.

Untungnya, Gentar tidak sendirian di rumah. Glacier yang selalu menghadiri kelas lewat online daripada ke kuliahnya langsung seperti kakak sulung mereka. Dengan cara ini, Glacier bisa mengurus rumah dan menghadiri pelajaran secara bersamaan.

Jadi untungnya, Gentar tidak perlu harus mengurus dirinya sendiri saat dia sakit.

Gentar terbaring lemah di atas kasurnya, kompres demam di dahinya, wajahnya yang merah, dan nafasnya yang berat.

Setelah beberapa waktu berlalu, pintu kamar Gentar terbuka, dan menunjukkan sang kakak kedua yang membawa nampan dengan mangkok berisi bubur hangat, air putih, dan obat. Sang kakak meletakkan nampan di meja samping tempat tidur sebelum menghampiri sang adik yang sakit.

Glacier: Bagaimana perasaanmu, Gentar?

Gentar: Sedikit lebih baik...

Suara Gentar yang biasanya sangat lembut dan halus dan sangat enak didengar, menjadi serak dan nyaris tidak memiliki suara lagi untuk dikeluarkan.

Glacier menghembuskan nafas. Glacier tahu kalau Gentar bisa sangat keras kepala, sampai-sampai Gentar lupa dengan dirinya sendiri.

Glacier mengambil mangkok berisi bubur, dan menyendoknya untuk memberi makan Gentar.

Gentar mengambil posisi duduk sebelum sendok tersebut masuk kedalam mulutnya.

Setelah buburnya habis, Gentar meminum air yang sedari tadi duduk diatas, walau Glacier agak sedikit takut kalau gelasnya akan jatuh dari genggaman Gentar yang tidak begitu kuat dan bergetar.

Glacier: Minum obatnya, lalu istirahatlah yang banyak

Gentar: Baik, kak...

Skip time, sore...

Gentar bisa terlihat sedang tertidur di atas tempat tidurnya setelah sekian lama berjuang untuk menjadi nyaman.

Tidak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka secara perlahan, dan terlihat sosok tinggi berpakaian putih dan merah dan menggunakan visor berwarna merah dan kuning.

Kakak ketiganya Gentar, Supra.

Supra berjalan menghampiri adiknya dan mengambil sebuah kursi agar ia bisa duduk di sebelah tempat tidur Gentar.

Supra: Bagaimana keadaanmu? Apa kau masih merasa pusing? Badanmu masih terasa berat, tidak?

Gentar: Sudah sedikit lebih baik kok, kak...

Supra menghembuskan nafasnya sebelum mengelus kepala Gentar dengan lembut.

Dia khawatir, itu sudah jelas. Adiknya sudah mengalami kejadian yang bisa membuatnya trauma berat sampai mungkin seumur hidupnya, dan sekarang kesehatannya menurun karena sang adik keras kepala.

A Suffering Lupine (BBB Elemental Fusion Brothers [Gentar]) [HIATUS]Where stories live. Discover now