Prolog

57 8 0
                                    

Di tengah gelap nya langit malam, di bawah sinar bulan yang bersinar dengan indahnya, seorang gadis muda bersurai raven berjalan dengan lihai bersama seorang pemuda berperawakan tinggi. Dia mengikuti langkah kaki gadis itu. Mereka berdua berjalan dengan menapakkan kaki telanjangnya di atas tanah sembari menenteng sandal.

"Maaf," ucap pemuda.

Gadis itu menoleh—terlihat senyum tipis di bibirnya. Tak sadar, mereka tiba di atap sebuah gedung lantas duduk di sana, bersama. "Lo mau liat bintang?" Pemuda itu bertanya lagi.

Kini mata nya berkilau, gadis itu bersemangat. "Mungkin, untuk terakhir kalinya--" Belum sempat gadis itu melanjutkan, pemuda itu menyelaknya—sepertinya dia salah faham akan sesuatu.

"Lo mau ngapain hah? Jangan bilang lo mau bunuh diri?" Ucap nya, panik. Gadis itu menatap gemas pemuda di dekat nya lantas tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan itu. Dia, tersenyum.

Gadis itu membuka tas selempang nya, dan mengeluarkan dua botol minum. Salah satunya dia berikan ke pemuda itu. "Minum dulu, jangan panik dong." Gadis itu terkekeh hingga sebulir air mata menetes.

"Jangan mikir aneh-aneh deh, gue ga bunuh diri." Pemuda itu menatapnya bingung. Mencari-cari jawaban dalam benaknya.

"Gue bakal pulang, ke rumah," kata nya dengan wajah begitu ceria. Pemuda itu masih tak percaya. "Beneran?" Ucapnya memastikan. Gadis itu mengangguk lantas menyelipkan beberapa helai rambut nya yang tersibak angin.

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang