1. Di Luar Ekspetasi

8 0 0
                                    


Larasati Kencana Ayu sosok ayu rupawan yang tengah sibuk mempersiapkan hari bahagia yang akan digelar beberapa hari lagi.

Senyuman manis sering muncul di bibir merah alaminya tatkala mengingat seminggu lagi sudah berubah status menjadi Istri seorang Satria pangestu anak Pak Lurah yang sekarang ikut serta bekerja di dalam balai kelurahan.

sosoknya yang tinggi dengan wajah oriental ditambah seorang pegawai kelurahan membuat dirinya mampu memikat perempuan muda di kampungnya tinggal. Namun pemuda incaran gadis desa kampungnya itu telah takluk pada pesona Larasati Ayuning.

membayangkan hal itu membuat senyum Laras kembali terbit cemerlang.

lamunannya buyar ketika pintu kamarnya diketuk lalu muncul perempuan berusi lanjut usia dengan senyum yang terpatri indah di bibir keriput miliknya.

"waduh ayu tenan calon manten iki, wes dipolesi lulur wangi  dijamin bojomu bakal klepek-klepek cah ayu." Ujar Mbah Darmi menilai tampilan cucu sulungnya.

Laras yang di puji merasa malu bukan main, memang benar saat ini ia tengah menjalani lulur dan pijit manten khas daerahnya sebelum mempelai melakukan pernikahan. istilahnya kali dalam bahasa gaul spa.

wangi bau khas lulur manten jawa yang menyengat rasanya ia tahan demi mengasilkan yang terbaik di acaranya nanti dan tentu saja memuaskan suaminya.

suaminya? tinggal dua hari lagi Satria akan menjadi suaminya. membayangkan saja sudah tidak sabar, pipinya kembali memerah memikirkan malam pertamanya nanti akan bagaimana. Apakah rasanya akan sakit seperti yang ia baca di novel novel kesukaanya?

"Aish Laras enyahlah dari pikiranku setan setan." gumanya pelan sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas.

mendekati hari menjelang pernikahan rumah Laras terasa lebih ramai, tenda-tenda mulai dipasangkan di teras rumahnya yang lumayan luas serta sanak saudara yang ikut memeriahkan suasana ini. rumahnya sudah bisa dikatakan seperti tempat pengungsian dikarnakan beberapa dari saudaranya yang berada di luar kota menyempatkan hadir di hari bahagianya. terutama dari keluarga almarhum ibunya yang sangat antusias menyambut hari bahagia Laras.

kilas baliknya ibu Laras memang sudah meninggal dan sekarang ayahnya  menikah lagi dengan janda kampung sebelah yang dulunya merupakan mantan pacarnya sebelum akhirnya bersama dengan ibunya yang sudah meninggal tiga tahun lalu,

Dari mana Laras mengetahui banyak cerita masa lalu itu.  yah terkadang mulut ibu- ibu merupakan teknologi paling modern dalam menyebar informasi dibanding media lain

Sebenarnya dia cukup sedih lantaran di hari bahagianya yang akan datang sang ibu tidak bisa menemaninya saat ini, namun sepertinya terganti dengan datangnya sanak saudara jauh seperti bude dan neneknya serta sepupu dari pihak ibu untuk menyaksikan hari istimewanya ini, mereka rela datang dari luar daerah untuk menyaksikan prosesi pernikahan Laras.

namun semua lamunanya buyar ketika mendengar keributa, seperti rombongan banyak orang berada di depanya, dengan ekspresi bingung yang ketara Laras keluar dari kamarnya dan melihat bahwa keluatganya juga berusaha melihat keramaian di depan rumah.

setelah di depan dirinya semakin bingung lantaran melihat sosok dua orang dikenalnya menunduk dalam di dorong beberapa warga, Satria caloj suaminya itu tertunduk dalam di antara sorakan para warga uang entah apa yang mereka katakan.

fokusnya berhenti pada sosok satria dan Resa adik tiri, anak yang dibawa ibu tirinya ikut dalam keluarga kecil laras.

perasaanya goyah dan air mata yang sekuat tenaga ia bendung mendengar sorakan para warga yang ternyata memergoki Resa dengan Satria menyepi di rumah kosong jauh dari pemukiman warga, dan tebaklah apa yang terjadi. mereka kepergok berbuat tak senonoh oleh beberapa warga yang saat itu melewati  kawasan itu.

sakit tapi tak berdarah, seperti itulah penjabaranya.

Malamnya semua berkumpul di ruang keluarga rumah Selaras dengan keluarga Satria yang turut serta hadir.

"Jadi bagaimana?" Tanya bapak Laras dengan raut yang tidak bisa ditebak.

"Saya ingin tetap menikahi Laras Pak Lek" ujar setria yang membuat semuanya tambah runyam.

"Yo nggak bisa ngunu, lalu bagaimana nasib anak ibu, nak Satria?" wow jelas itu suara ibu tiri laras, wajahnya juga ikut berapai api.

"Gimana Pak Wahyu saya meminta dengan hormat agar Satria bertanggung jawab pada Resa anak saya." 

"Tapi saya tidak cinta dengan Resa Pak Lek!!"

Iya emang tidak cinta tapi nafsu ya Sat, batin Laras sinis.

"Tapi Pak lek tidak mau Resa menanggung malu Satria!!" bapak Laras bersabda lagi hingga Kalimat ini membuat hati laras tercubit keras.

apa tadi yang dibilang tidak mau Resa merasa malu? lalu bangaimana dengan dirinya.

"Baik saya akan bertanggung jawab." Ujar Satria mantap.

Sudah terlampau kecewa untuk semua Laras memilih diam.

                                •••••

Hari istimewa yang dia tunggu tunggu sekarang sirna digantikan tatapan orang-orang yang menatap dirinya kasihan
tida ada pancaran senyuman dari semua kalangan yang hadir semua diselingi dengan gunjingan yang ada namun mungkin hanya laras yang menyadari adanya gurat kebahagiaan di raut wajah Ibu dan adik tirinya.

ijab kabul berjalan dengan lancar dilanjutkan sesi resepsi yang semuanya adalah pilihan Laras. seharusnya ini adalah hari ya semua yang ada sesuai dengan wedding impian yang dia harapkan dari dekorasi, makanan baju dan lain namun semua hangus, setidaknya adiknya itu tidak merasakan bagaimana memilih pernak pernik untuk pernikahan impian. Laras tertawa sinis untuk itu.

setidaknya sedikit rasa sakitnya terobati walau melihat semuanya makin kacau perasaanya.

yang membuat dirinya lebih sakit untuk menahan remasan di dada adalah bagaimana sosok keluarga inti yang tidak sama sekali menanyakan perasaanya semua hanya menjalankan acara sesuai prosedur tanpa ada yang mengungkapkannya perasaan simpati kepadanya,

setidaknya adakah basa basi "sabar ya." yang membuat semangat hidupnya bertambah namun nyatanya tidak, sekalipun sang bapak. yang Laras lihat seperti tidak ada masalah atau pun prihatin sedikitpun dan duduk dikursi orang tua dengan senyum yang lebar.

Tadi sebelum acara keluarga dari pihak ibunya yang terlanjur sakit hati mendengar berita ini langsung mengajaknya pulang ikut mereka tapi dia menolak sehingga mereka memutuskan untuk pergi tidak mau melihat prosesi ini dan meminta laras untuk menghubungi nya ataupun menyusul agar ikut tinggal bersama mereka.

tidak bertahan lama Laras dikejutkan munculnya sesosok asing mengampiri mejanya, dengan tampilan tang menurutnya Katrok. kemeja yang dimasukan ke dalan celana dan  ikat pinggang dengan logam besar di tengah, dan jangan lupakan rambutnya yang sudah menkilap dan rapi dengan komet.

"Hari yang melelahkan bukan?" tanya seseorang yang membuyarkan lamunan Laras, kali ini Laras menatap pemuda di sebelahnya dengan tatapan bingung.

"Rajo, Juragan lele kampung sebelah." ungkapnya tanpa diminta.

"aku tau nduk perasaan mu sedih tapi ora popo mas Rajo siap untuk mendampingi adek" ujarnya tambah nyeleneh.

"Maksudnya apa ya mas?" Tanya laras masih mempertahankan sopan santunya, sejujurnya dia muak bertemu seseorang modelan seperti ini yang selalu merasa lebih.

"Tunggu saya besok malah manis." ujar si Rajo dengan senyum misterinya yang membuatnya merinding.











•••••

klik bintangnya ya biar tambah semangatt ^-^






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang