Raline membuka mata perlahan. Seketika ia kembali menutup mata saat ruangan terasa berputar. Apa ada dengan dirinya?
"Masih pusing, Tuan Putri?"
Tuan Putri?
Suara bariton yang rasanya familiar di telinga, membuat Raline kembali memaksa membuka mata. Apalagi mendengar panggilan tuan putri ini. Satu-satunya orang yang memanggilnya tuan putri di dunia ini adalah Teguh Hartawan. Kakak kelasnya yang culun namun pintarnya luar biasa.
"Lo kok bisa di sini sih, Guh?" Raline keheranan. Dugaannya benar. Orang yang memanggilnya tuan putri adalah Teguh. Raline nyaris tidak mengenali Teguh yang sekarang terlihat tampan nan rupawan. Hanya saja saat Teguh tersenyum, Raline langsung mengingatnya. Senyum khas Teguh tetap sama seperti dulu. Yaitu tersenyum hingga ke matanya. Raline tidak bisa mendeskripsikannya dalam kalimat. Tapi yang jelas, setiap kali Teguh tersenyum, matanya menyipit hingga terlihat seperti tersenyum juga.
"Ya, bisalah. Kan gue sekarang dokter. Jadi gue bisa ada di mana pun, selama jasa gue diperlukan." Teguh nyengir. Ia gembira sekali bertemu dengan teman lamanya. Raline Raharjo Soeryo Sumarno. Gadis cantik yang terkenal sombong namun rada-rada di sekolah dulu. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Raline akan menjadi istri seorang mafia besar seperti Axel.
"Oh, lo berhasil jadi dokter ya, Guh? Nggak heran sih. Lo dari dulu memang pinter." Raline memuji Teguh sesuai dengan kenyataannya.
"Terus lo bilang kalo lo di mana aja selama ada orang yang membutuhkan jasa lo. Emangnya di sini ada orang sakit ya?" Raline celingukan. Mencari-cari orang lain di dalam ruangan yang serba putih ini.
"Ya adalah." Teguh terbahak. Sekian tahun berlalu. Raline ternyata tidak berubah. Ia tetap lola alias loadingnya lama.
"Ada? Mana? Gue nggak ngeliat orang sakit di sini." Raline kembali menoleh ke kanan dan kiri.
"Ya lo lah orang sakitnya." Teguh nyengir. Berbicara dengan Raline memang sabarnya harus dibanyakin.
"Kok gue? Emangnya gue sakit apa?" Raline bingung. Mengapa ia disebut membutuhkan dokter padahal keadaannya baik-baik saja.
"Coba sekarang lo liat tangan kanan lo." Teguh menunjuk perban putih yang membalut telapak tangan Raline dengan dagunya.
"Hah, kok tangan gue dibalut-balut sampe kayak mumi begini padahal nggak apa-a-- aduh sakit banget!" Raline meringis. Tadi ia tidak merasa apa-apa sampai kesadaran telah terjadi sesuatu padanya, memuat rasa sakitnya muncul.
Sejurus kemudian ingatan akan kejadian mengerikan sesaat setelah ijab kabulnya membuat bola mata Raline membesar. Para musuh Axel menembaki kediamaan Axel. Lantas pengawal baru Axel, Calvin yang berhianat. Calvin berniat menusuk Axel dengan sebilah pisau, yang ia cegah dengan menggenggamnya erat-erat. Pantas saja tangannya perih sekali."Mas Axel! Bagaimana keadaan Mas Axel sekarang?" Raline sontak duduk di atas bed periksa. Ia ketakutan memikirkan kemungkinan Axel terbunuh. Setelah duduk begini barulah semua kejadian tadi saling terhubung bagai puzzle di kepalanya.
"Boss Axel ada di luar. Gue nggak ngasih si boss masuk karena kode etik. Selain itu dikhawatirkan si boss akan membuat gue susah bekerja nantinya," terang Teguh. Satu hal yang membuatnya mau bekerjasama dengan Axel adalah karena Axel ini profesional. Axel menghormati profesinya. Bersedia mengikuti kode etik kedokteran. Di mana salah satunya poinnya adalah tidak boleh merecokinya di saat ia sedang bekerja, serta membayar honornya lebih dari cukup. Untuk itulah, ia bersedia menjadi dokter pribadi Axel.
"Berhubung lo sekarang udah sadar, gue akan memanggil Axel ke sini ya, Tuan Putri?" kata dokter Teguh lagi.
"Kenapa dari dulu lo selalu memanggil gue tuan putri? Asal lo tau aja, gue udah dua kali ditendang oleh pasangan-pasangan gue di waktu lalu. Jangan bilang kalo lo nggak kenal siapa dua orang itu. Gue tau lo temenan dari dulu dengan mereka berdua. Jadi panggilan tuan putri nggak cocok untuk gue," ujar Raline datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated (Sudah Terbit Ebook)
RomansaDalam dua puluh enam tahun usianya, Raline merasa keberuntungan pasti sangat membencinya. Namun sebaliknya, kesialan kerap mengintilinya ke mana pun ia melangkah. Bayangkan saja, ia pernah berpacaran selama delapan tahun lamanya dengan Aksa. Namun A...