Sejauh mata memandang disinari dengan kilauan biru laut yang menggariskan cakrawala. Cahaya matahari yang menembus lapisan-lapisan biru langit itu membuat silau setiap mata memandang pantulannya di riak air.
Sebuah pulau terpencil terapung di laut nan jauh di sana. Di dalamnya terdapat desa nelayan bernama Kerangkum yang dikelilingi oleh kencangnya angin lautan. Beberapa rumah kayu berdiri di atas perairan dangkal dikelilingi tambak-tambak kecil dan besar.
Dalam keseharian penduduk desa, bekerja sebagai nelayan adalah utama. Saat itu, segerombolan orang berkumpul di sebuah dermaga. Iklim tropis membuat mayoritas warna kulit mereka yang terbakar matahari menjadi gelap. Seperti sudah dinanti, sebuah perahu mendekat ke bibir pantai. Dua orang pria berbadan besar beranjak dari perahu menuju dermaga dengan mengangkat ikan pancingan yang besar dengan tangan kekar mereka.
Kemudian kedua pria itu mengangkat kepala ikan tersebut.
"Lihat dan saksikanlah sebelum sang raja laut ini menjadi tinggal tulang! Haha!" teriak salah seorang dari mereka dengan suara beratnya.
Orang-orang yang berkumpul bersorak-sorai menyambut mereka.
Blurb:
Jantung Pak Kar berdegup kencang setiap kali melihat mata predator menantunya itu.
"Ini semua salahmu, pak. Kalau disuguhi pemandangan tubuh kekarmu seperti ini hari demi hari, bapak pasti nafsu juga..." ucap Gading sambil tangannya meluncur menelusuri tiap lekukan di tubuh bapak mertuanya. Pak Kar merasakan sensasi merinding di sekujur tubuhnya.
Baca keseruan mereka di karyakarsa ya, cerita ini oneshoot dengan 3000+ kata. Link di bio. Selamat menikmati!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menantu dan Mertua Pelaut
Ficción GeneralGading, seorang pelaut sekaligus menantu dari Pak Kar menangkap tangkapan besar hari itu. Tanpa diketahui orang lain, mereka menjalin sebuah hubungan. Homophobic dilarang masuk, ya!