_-_-_
Tiana Wirasukma, gadis berperawakan manis dengan lesung pipi di sebelah kiri, bekerja di salah satu klinik swasta sebagai bidan. Hampir satu tahun sudah ia bekerja disana. Tiana hidup di kota sendirian sebagai perantau, mengingat bahwa ia adalah anak sulung di keluarganya, membuat Ia harus menjadi tulang punggung sekaligus panutan bagian keluarga nya terutama adik-adiknya.
"Ti! Tolong suntik pasien di ranjang 02 ya?" Tiana mengangguk, ia menuruti perintah Clara, salah seorang perawat tua disana.
"Iya kak." Tiana menyiapkan cairan injeksi sekaligus mengambil satu buah suntikan baru di dalam kotak.
"Selamat siang ibu, saya izin suntik dulu ya ibu," ucap Tiana sopan pada pasien berkelamin perempuan di hadapannya.
"Baik sus, suntik nya dimana sus?"
"Di belakang ya, Ibu. Silahkan telungkup ibu," jawab Tiana masih dengan senyum sopan nya.
"Pelan-pelan ya sus," celetuk pasien wanita itu.
_-_-_
Jam kerja selesai tepat pukul 3 sore, kebetulan Tiana memang sedang jadwal jaga pagi untuk hari ini, oleh karena itu waktunya bekerja sudah selesai sekarang.
"Ti, kamu tau ga di sekitar sini ada bank yang baru buka, nanti temenin aku buat rekening disana ya?" Tanya Clara.
Mereka berdua sedang berada di dalam ruangan karyawan, tempat dimana mereka biasa menyimpa tas serta peralatan pribadi lainnya.
"Iya, boleh kak." Tiana menggandeng tas bahu nya sambil menunggu Clara selesai merapikan barangnya.
"Udah, yuk!"
"Jauh, Kak?" Tanya Tiana, Clara langsung menggeleng.
"Engga, itu dia, disana!" Jawab Clara, gadis berusia 27 tahun itu menggandeng lengan Tiana seraya mempercepat jalan mereka.
Sesampainya di bank tersebut, Clara membawa Tiana masuk dan menyuruh gadis itu untuk duduk sebentar, sementara ia mengurus keperluan untuk membuka rekening bank.
Setengah jam sudah Tiana menunggu. Namun, tampaknya Clara masih asik berbincang dan sibuk dengan urusannya bersama karyawan wanita di hadapan gadis itu.
"Kak, Tiana keluar sebentar ya," Pamit Tiana, dengan segera di angguki oleh Clara.
Setelah mendapat persetujuan, Tiana bergegas keluar dari Bank, gadis itu memilih duduk di sebuah warung kecil tepat di samping bangunan itu berada.
"Buk! Teh manis dinginnya satu!" Pesan Tiana kepada pemilik warung.
"Oke, sebentar ya, mba!"
Sambil menunggu pesanannya tatapan Tiana tak berhenti menatap kendaraan yang berlalu lalang di hadapanya.
Puk!
Sertakan di bahunya mengagetkan Tiana, gadis itu segera menoleh. Pandangan nya terpaku pada sosok lelaki yang sedang tersenyum manis tepat di hadapannya.
"Sendiri, dek?"
"Oh, iya bang. Kenapa ya? Ada urusan apa?" Tanya Tiana langsung.
"Gaada apa-apa sih, nyapa saja. Saya juga sendiri disini," jawab pria di depannya masih setia dengan senyuman andalan milik lelaki itu.
Tiana megangguk, tak lagi merespon. Tak lama pesanannya datang, di antar oleh seorang gadis belia yang ia sangka pasti anak dari pemilik warung itu.
"Dek, gorengan sama kopi nya ya." Tiana mengalihkan pandangannya, menatap lelaki di depannya memesan, heran mengapa pria ini tak juga pindah dari meja nya?
Namun, tak ingin membawa pusing, Tiana melengos, membiarkan saja, toh meja ini juga bukan miliknya. Pesanan milik pria itu datang tak lama ia menghabiskan setengah teh dinginnya.
"Dimakan dek, gorengannya. Tenang saja, saya yang bayar," ucap pria itu pada Tiana.
Tiana menatap laki-laki di depannya dengan serius, menebak-nebak motif dari pria itu. Namun, memang dasarnya Tiana yang tak enak menolak pemberian siapa pun, mengangguk. Tangan kanannya bergerak mengambil satu buah pisang goreng yang uap nya masih terlihat mengepul.
"Makasih, Bang."
"Kerja dek?" Tanya laki-laki itu membuka percakapan.
"Iya bang," jawab Tiana singkat.
"Dimana dek? Dekat sini?"
"Klinik depan, Bang."
"Owhh, tau-tau.." pria itu mengangguk-anggukan kepalanya, "Namanya siapa?" Tanya pria itu lagi.
"Tiana, Bang."
"Tianaa.. cantik namanya, nama abang Ardan Brawijaya, boleh dipanggil Ardan. Abang kerja di bank ini kalau adek mau tau," celetuk pria bernama Ardan itu, ia menyodorkan tangan kanannya yang di balas Tiana dengan canggung.
"Oh, iya Bang Ardan." Lelaki bernama Ardan itu tak berhenti menatap Tiana membuat Ia menjadi sedikit risih karena terus-menerus di pandangi.
"Ti! Udah siap nih, ayo pulang, nanti malah kesorean." Suara dari senior wanita nya itu membuat Tiana bernafas lega, akhirnya bisa keluar dari situasi canggung seperti ini.
"Oh, Iya kak! Saya permisi yang Bang Ardan," ucap Tiana sopan. Ardan mengangguk sambil tersenyum, "Iya, silahkan." pria itu tak mengalihkan pandangannya dari jejak Tiana, terus mengikuti punggung gadis yang sukses menarik perhatiannya hingga hilang di balik hiruk-pikuk kendaraan.
_-_-_-_
"Siapa itu tadi, Ti? cowok mu?" tanya Clara penasaran.
"Tia juga kurang tau kak, tadi tiba-tiba aja datang, ajak kenalan juga." Jawaban Tiana mengundang senyuman menggoda dari Clara, gadis itu mendelik menatap curiga pada Tiana.
"Kayak nya dia suka sama kamu," sahut Clara, Tiana menggeleng, tidak mungkin! mereka saja baru bertemu sekali, bagaimana bisa pria itu langsung menyukai nya?
"Mana mungkin kak! ada-ada saja, lagian kita kan baru bertemu sekali."
"haduhh, makanya kamu itu sesekali emang perlu main sama laki-laki, udah jelas kalau ada cowok ngajak kenalan artinya dia tertarik sama kamu."
"Emang bisa gitu?" tanya Tiana polos, Clara sontak menepuk dahi nya.
"Ya bisa lah! itu namanya cinta pada pandangan pertama, bahasa kerennya tuh kalau zaman sekarang, Fall in Love with the first sight!" ucap Clara, gadis itu menoleh kearah Tiana, "Emang kerja dimana dia?" tanya Clara.
"Katanya sih, di Bank yang kita datangi tadi, tapi ga tau benar atau engga."
"Waduh! kalau benar di Bank, artinya dia mapan Ti! Lumayan kamu di sukai sama cowok mapan, lah aku? pacarannya sama tukan parkir, terus di selingkuhin lagi! Emang dasar b*a*ab itu laki! muka pas-pasan aja berani selingkuh! Amit-amit kenapa bisa ku terima kemarin!" geram Clara, ia berulang kali menepuk dahi lalu mengelus perut seolah-olah menunjukkan gestur 'amit-amit' nya.
Tiana hanya merespon dengan kekehan singkat, miris juga nasib senior nya ini. Mereka berdua waktu itu memang sudah hampir menikah. Namun, karena 'calon' Clara itu tertangkap basah sedang selingkuh, maka pernikahan itu berakhir batal dan hanya menjadi rencana.
"Semoga kamu nanti dapat jodoh baik-baik Ti, jangan mau berpacaran apalagi menikah dengan pria yang tidak jelas, hanya manis di mulut saja, yakin lah! Yang ada nanti kamu makan hati!" Peringat Clara. Tiana mengangguk, ia juga mengaminkan doa Clara. Semoga saja ia nanti bisa mendapatkan jodoh yang persis seperti ayah nya, pekerja keras, dan baik.
_-_-_
HALO!
SELAMAT DATANG DI CERITA KU YANG BARU!
TERIMAKASIH KARENA SUDAH BACA JANUARY PART 1,
TERUS TUNGGUIN KELANJUTAN CERITA JANUARY YA ;)
PS : JANGAN LUPA VOTE & COMMENT JUGA SHARE CERITA INI KALAU KALIAN SUKA!
PANTENGIN JUGA CERITA-CERITA KU YANG LAIN
THANKYOU..
ACN_306
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir
General Fiction[ON-GOING] Tiana Wirasukma, Gadis rantau yang saat ini sedang merintis karirnya sebagai perawat di salah satu klinik swasta. Tiana anak sulung, menjadikan ia tulang punggung keluarga setelah Ayah. Tiana menyukai kata-kata manis, dan perhatian. Namun...