# aku memang penjahat, tapi apa yang kau lakukan lebih jahat #
Benar kata orang, waktu merubah segalanya. Tak ada yang tahu dan bisa meramal takdir. Sejauh apapun kita berlari, seberusaha apapun kita menghindar dan sekeras apapun kita menyangkal jika takdir sudah menghampiri?
Gadis blonde blasteran Thailand Rusia yang tengah merenung di tepi balkon dengan pandangan lurus ke depan
" a.. aku seorang penjahat ba hkan pembunuh ..." Lirihnya pelan tidak lupa dengan bibirnya yang bergetar hebat tiba-tiba air matanya merembes keluar begitu saja. Kala pikirannya mengingat kejadian 4 tahun silam.
4 tahun silam ......
" Kau yakin akan menjebaknya dengan cara seperti itu ? " Tanya sang gadis Aussie
" Aku sangat yakin dengan itu Line" jawab sang gadis blonde dengan mata bulatnya
" Kau tahu dia bukan penjahat biasa, dia buronan kelas kakap dan misterius. Kapten senior saja gagal menangkapnya, lalu bagaimana dengan kita yang masih junior, meskipun aku tahu kalau kau lulusan terbaik tapi tetap saja dia sangat berbahaya Lice...."
Terlihat jelas raut wajah kekhawatirannya bagaimana tidak penjahat yang akan sahabatnya incar merupakan buronan luar negeri yang transit di negaranya.
Roseline Gilbert gadis blasteran Australia Korea yang menjadi seorang detektif di umurnya yang baru menginjak 22 tahun.
Sifatnya yang ramah dan lembut membuat siapa saja betah berteman dengannya termasuk Lalice sahabat seperjuangan hingga detik dimana mereka menjadi detektif sampai saat ini.
" Kau tenang saja Lin, aku ahlinya dalam menyamar apalagi menipu" ucapnya disertai kekehan seakan-akan itu bukan lah hal yang berbahaya.
" Bagaimana dengan daddymu, dia mengizinkannya?"
" Tentu saja tidak. Aku membohonginya" ucapnya santai
" Really? Bukankah ini pertama kalinya kau berbohong pada daddymu?" Tanya Rosaline yang diangguki cepat oleh Lalice
" Pantas saja daddymu mudah percaya, benar-benar gadis manipulatif "
" Bukankah dia buronan dari negara lain, kenapa kau repot-repot ingin menangkapnya? Negaranya saja tidak meminta bantuan dari kita"
" Mana ada, daddyku tidak mungkin repot-repot mengerahkan seluruh bawahannya untuk mencari buronan itu, jika tidak ada surat perintah dari atasan. Justru dari itu aku juga ingin melindungi negara ini dari orang penjahat seperti dia"
" Kau terlalu banyak menipu orang, Kau tidak takut jika suatu saat kau ditipu balik? Maksudku semua hal pasti ada timbal baliknya Lice, kau percaya karma?" Tanya roseline hati-hati takut menyinggung perasaan sahabatnya itu.
1 detik, 2 detik, 3 detik dan
" Ha..ha ..ha ( sang lawan bicara malah tertawa ) kau terlalu percaya mitos Line" serunya
" Itu bukan sekedar mitos tapi hukum alam Lice... " lirihnya seraya menatap Lalice yang masih sibuk tertawa.
At Club 01.00 Am
" Sampai kapan kita akan menunggu sudah 3 jam kita di sini, lihat kakiku sampai lumutan dari tadi " gerutu Roseline yang sudah tak tahan akan penyamaran mereka. Apalagi hingar-bingar suara musik club membuatnya tambah pusing.
" Sabarlah Lin aku yakin pria itu akan kemari malam ini" kekehnya entah sudah keberapa kalinya Lalice mengatakan itu untuk meyakinkan sahabatnya agar tidak terburu-buru pergi.
" Heol.. kau saja belum pernah bertemu dengannya bagaimana kau yakin dia akan ke sini malam ini " tanya Line
" Ish... Kau pikir sahabatmu ini sebodoh itu, tentu saja aku menyelidikinya sebelum pergi ke sini. Aku diam-diam mencuri berkas milik Paman Jo"
" Woah... Kau berani mencuri berkas milik kapten senior, bagaimana jika kita ketahuan? " Panik Line sungguh dia masih sayang dengan karirnya saat ini.
" Kau tenang saja, kita pasti aman kok. kau seharusnya bangga memiliki sahabat yang cerdik sepertiku ini" ucapnya disertai kekehan
" Oh kau tahu meskipun aku tidak tahu jelas wajahnya tapi aku masih ingat dia memakai cincin khusus yang tidak ada satu orang pun yang memilikinya dan aku melihat pria yang menggunakan cincin yang sama persis itu di bandara saat aku kembali dari Amerika".
" Really, jadi kau menyelidikinya sejak 4 bulan yang lalu?" Tanya Line yang langsung di angguki cepat oleh Lalice
" He eh" pantas saja sahabatnya itu kekeh melakukan penyelidikan malam ini.
" Eh eh ada apa ini kenapa ramai sekali? " Tanya Lalice sambil mencegah salah satu waiters yang tergopoh-gopoh membawa minuman.
Pasalnya suasana klub semakin ramai bahkan mengerumuni salah satu orang yang baru datang beserta dengan para bodyguard-nya.
" Apakah dia orang penting?"
Batinnya bertanya-tanya meskipun sudah 4 bulan ia memantau klub ini tapi itu pun sekedar dari luar dan ini pertama kalinya dia memasuki klub.
Meskipun pekerjaannya seorang Intel karena akibat sifat posesif daddynya, dia tidak bisa sebebas intel lain pada umumnya, Lalice merasa terkekang. Tidak hanya itu masih ada beberapa peraturan yang membuatnya jenuh dan merasa kesal pada sang ayah. Benar merdeka tapi tidak benar-benar merdeka.
Meskipun ia tahu bahwa apa yang dilakukan sang ayah adalah bentuk kasih sayang dan demi kebaikannya sendiri.
" Itu nona ada tuan Alexander" jawabnya lalu pamit pergi kemudian meninggalkan kedua gadis yang masih terdiam dengan pikirannya.
" Ayo kita ke sana"
" Kau yakin dia orangnya, tidakkah dia lebih cocok menjadi oppaku dari pada buronan? wajah tampan dan penampilan layaknya CEO seperti itu aku tidak yakin jika dia seorang buronan" ujar rose dengan wajah tak percaya dan masih dengan rasa terpesonanya ketika melihat lelaki tinggi berkulit putih susu, bibir tipis di depan sana yang masih banyak di ke rumuni oleh banyak orang dan jalang.
"' Syut.. diamlah! Aku masih fokus melihat cincin yang dia gunakan" peringat Lalice dengan mata yang memicing.
" Kenapa tidak kita hampiri saja dia"
" Kau gila! Kau ingin penyamaran kita terbongkar begitu saja" pekiknya keras
" Oh begini saja aku yang akan ke sana, kau jaga di sini. Aku akan memasangkan chip ini pada bajunya"
" Kau akan mencoba menggodanya? " Tanya rose dengan wajah yang tak yakin serta dengan nada yang mengejek.
" Lihat! (Tunjuknya) wanita seksi dan secantik mereka saja ditolak apalagi wanita kurus tepos sepertimu ini"
" Eoh.. kau meragukanku? Kau lupa tidak ada yang bisa menolak pesona sahabatmu ini"
" Cobalah, berdekatan dengan lelaki saja kau gugup apalagi akan menggodanya? Ha ..haha ha.." tawa Rosline pecah yang malah terlihat menyebalkan di mata Lalice
" Akan aku buktikan dengan caraku sendiri, lihatlah nona Gilbert"
setelah mengucapkan kalimat itu Lalice langsung beranjak dari tempat duduknya berjalan menghampiri pria itu.
Namun sebelum itu tak lupa tangan cantiknya mengambil segelas wine. Tidak seperti yang dilihat dari luar, kini tubuhnya malah keringat dingin. Sungguh ini di luar dugaan, dirinya benar-benar gugup, untuk menatapnya saja ia tak berani.
"Tapi bukankah hasil, membutuhkan sebuah perjuangan?"
Lalice menghela nafas panjang sebelum kembali menjalankan aksinya.
" Excusme " serunya untuk membelah kerumunan yang ada.
Belum sempat ia membuka mulut tiba-tiba ada yang menyenggol lengannya hingga membuat minuman yang dipegangnya tumpah mengenai jas sang pria bermata elang tersebut membuat mata bulatnya membola seketika.
" HEH JALANG BARU! BERANINYA KAU -
KAMU SEDANG MEMBACA
Manipulator Agent
AléatoireIntel junior yang berambisi untuk menangkap buronan misterius yang bersembunyi di negaranya. " Kau terlalu sering menipu orang " - Roseline " Bukankah itu memang hobiku? " - Lalice Siapa yang akan mengira pria tampan, berkulit putih, bibir tipis dan...