2. Flower Garden

11 2 0
                                    

Setelah menyelesaikan ulangan ekonomi, semua anak dapat bernafas sedikit lega. Baru saja sekolah mengumumkan bahwa jam ketiga dan keempat akan kosong karena seluruh guru akan mengadakan rapat terkait kurikulum baru di sekolah mereka.

"Akhirnya, gue bisa tidur bentar. Haah, panas banget otak gue abis ngerjain soal ekonomi Pak Wahyu."

Santi menoleh kearah Lily yang memandang keluar jendela. Ia tahu bahwa sahabatnya itu tengah mengamati kebun bunga milik sekolah.

"Woy, ati-ati kesambet lo. Ngapain sih segitunya liatin tuh kebon?"

"Santi, aku kaget tau! Ya gapapa, aku suka aja liatnya. Cantik banget bunganya, jadi pingin kesana deh."

"Oh, gitu. Yaudah, sana gih. Mumpung jamkos juga kan. Nanti kita ketemu di kantin aja pas istirahat."

"Hm, boleh deh. Kalo gitu, aku ke kebun bunga dulu ya, San. Nanti kalo ada yang nyariin aku, kabarin ya."

"Iye, sana deh. Hush.. hush.. gue mau lanjut tidur lagi."

"Dasar kebo kamu! Yaudah, aku pergi dulu. Bye!"

Santi hanya mengangkat tangan membalas lambaian Lily dengan kepala yang sudah tergeletak di atas meja.

Di koridor kelas IPS

"Li, lo mau kemana? Oh gue tau, Lo pasti mau ke kantin ya? Astaghfirullah Lily, kita emang lagi jamkos tapi bukan berarti Lo bisa madang sekarang, Li! At least, ajak gue dong, hehehehe..."

"Apaan sih, Bagas?! Sapa juga yang mau ke kantin? Aku mau ke kebun bunga belakang kelas IPA. Lagian kamu ngapain disini? Aku liat tadi kamu ada kelas Pak Wahyu. Beliau kan biasanya ngasih tugas, kok kamu ga ngerjain? Aku tau, kamu pasti mau nyontek Dani lagi nanti ya?!"

"Li, istighfar Li. Suudzon bener ama gue. Gue abis dari kamar mandi, ini mau ke kelas buat ngelanjutin tugas Pak Wahyu. Lo jahat banget bilang gue mau nyontek si Dani. Hiks,, walau emang bener sih, hehe."

"Nanti aku bilangin ke Dani biar dia gausah nyontekin kamu lagi!"

"Waduh, jangan gitu dong Li. Lo kan tau sendiri kalo gue gabisa ekonomi. Terus Lo juga tau kan kalo si Dani tuh ibarat anaknya Pak Wahyu alias dia jago banget. Ya gue cuman minta tolong ajarin aja, nyontek nya jarang kok."

"Haah, iya iya. Aku bercanda tadi. Yaudah deh, aku mau lanjut dulu, kamu sana balik kelas, gih."

"Widiw, okede. Jumpa lagi nanti, sayang Lily!"

"Bagas!!! Aku aduin Dani beneran kamu ya!"

Setelah perjumpaannya dengan Bagas, gadis itu pun melanjutkan perjalanannya menuju kebun bunga. Di tengah langkahnya, ia memikirkan bagaimana Dani, sepupunya yang irit bicara itu, bisa berteman baik dengan Bagas, seorang extrovert total.

Tanpa sadar, ia sudah berada di kawasan kelas anak IPA. Ia terlalu mendalami pikirannya mengenai Bagas dan Dani, sampai tidak menyadari bahwa dirinya sudah berada di depan kelas XI IPA 5.

Ia mengamati keada sekitarnya. Kawasan kelas disini sangat berbeda dengan kelas asalnya. Tak ada satupun anak kelas IPA yang berkeliaran keluar kelas. Mereka sibuk berkutat dengan tugas pemberian guru mata pelajaran. Sungguh, ia merasa takjub pada kegigihan mereka dalam belajar.

Akhirnya, ia sampai di kebun bunga sekolah. Kebun ini terletak di belakang persis kelas XI IPA 5. Akan tetapi, hanya sedikit orang yang mengunjungi kebun ini. Mungkin karena sebagian besar siswa kelas IPA sudah bosan dengan daerah kawasan sekitar mereka. Anak IPA cenderung menghabiskan waktu di student center dekat ruang kesiswaan, sedangkan anak IPS sering berkumpul di kantin atau lapangan basket sekolah.

Sesampainya di kebun bunga itu, Lily duduk di gazebo yang memang dibangun di dekat kebun itu. Ia mengamati beragam bunga yang ada disana. Mulai dari bunga mawar, melati, anggrek hingga bunga yang memiliki nama yang sama dengannya, yakni bunga lily.

Saat asik mengamati bunga-bunga tersebut, ia dikejutkan dengan bunyi berisik di belakang gazebo.

Srekk..

"Siapa disana?!" Lily menoleh dan mencari pelaku suara tersebut.

"Eh sorry, gue ga maksud ganggu lo. Gue cuman mau ngambil nih pulpen gua. Tadi jatoh keluar jendela."

"O-oh iya kak, gapapa. Maaf kak, aku tadi cuman kaget aja."

"Lo anak kelas X kan? Ngapain disini? Lo anak IPA berapa?"

"Eh bukan kak, aku bukan anak IPA. Aku dari kelas X IPS 1. Aku kesini cuman mau liatin bunga aja kok. Beneran, kak!"

"Hahaha, iya iya. Santai aja, gausah tegang gitu. Jadi, lo anak IPS ya? Nama lo siapa?"

"Aku Lily, kak. Kalo nama kakak sendiri, siapa?"

"Gue Dika. Kelas gue disebelah nih, kelas IPA 5."

"Oh, berarti kakak kenal sama Kak Reyhan ga?"

"Lo ngapain nanyain dia? Jangan-jangan lo fans dia juga ya?"

"Eh engga, kak. Aku cuma penasaran aja. Kata temenku, dia anak IPA. Terus kemarin dia nyanyi pas orientasi. Aku ga masuk waktu itu, jadi gatau deh dia yang mana."

"Gue kira lo kenal ama dia. Btw iya, gue kenal sama dia. Sekelas juga malah."

"Berarti Kak Reyhan anak IPA 5 juga ya, kak?"

"Iya, lo mau titip pesen ga ke dia? Nanti gue bilangin."

"E-eh engga ada kok, kak."

"Yaudah kalo gitu, gue balik kelas dulu deh. Duluan ya!"

"Iya, kak."

Lily melanjutkan kegiatannya memandangi kebun bunga itu hingga bel istirahat berbunyi. Ia pun bergegas meninggalkan gazebo dan berjalan menuju kantin karena Santi pasti sudah menunggunya disana.

"San, sorry ya agak telat kesini nya. Tadi aku ke kamar mandi dulu."

"Iye, gapapa. Tapi tadi udah keburu gue pesenin makanan buat kita, gue takut keabisan soalnya. Gue pesenin bakso sama gorengan Bu Marni."

"Makasih ya, San. Kebetulan aku lagi kepingin makan bakso nih."

Mereka berdua melanjutkan pembicaraan hingga makanan yang mereka pesan sampai di meja mereka.

"Li, lo ada acara ga pas malem Minggu?"

"Engga ada, San. Kenapa emangnya?"

"Tadi ada pemberitahuan di kelas, katanya malem Minggu nanti bakal ada makrab. Acaranya malem sekitar jam tujuh malem di aula sekolah."

"Kita wajib dateng ya, San?"

"Iya, makanya gue mau ngajak lo bareng sama gue. Nanti pake motor gue, pulangnya gue anterin lagi kok."

"Hm, iyadeh boleh. Tapi nanti aku ijin ke Bunda sama Kak Alvin dulu ya."

"Oke, siap Li."

Beberapa saat kemudian, semua anak menjadi ramai karena membicarakan kedatangan beberapa orang yang baru saja memasuki kantin dengan hawa yang sangat kuat.

Disana ada 2 orang siswi dan 3 orang siswa yang menduduki salah satu meja di pojok kantin. Jujur saja, Lily kurang bisa melihat dengan jelas siapa saja mereka dikarenakan matanya yang memang memiliki minus.

Yang pasti, ia mengenal salah satu diantara mereka, yakni Kak Amel. Ia merupakan kakak pembimbing Lily saat masa orientasi. Kak Amel mudah dikenali karena ia memiliki ciri khas rambut yang diikat ponytail dengan poni yang menutupi dahinya.

"Woy, lo yang cepol dua! Ngapain lo liatin kita kayak gitu?! Lo ada masalah sama kita, hah?!"

To be Continued

Halo semuanya. Semoga kalian suka sama cerita ini, dan jangan lupa buat tinggalin kritik dan saran supaya aku semakin semangat buat nulis dan update cerita ini, yaa!

Love, aerynaeth<3

Wallflower EffectsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang