00. Hujan dan Kenangan

15 4 0
                                    

Seorang lelaki tampak berjalan lurus di tengah derasnya hujan. Payung yang ia bawa tak begitu besar namun mampu melindunginya dari air hujan yang terus berjatuhan. Raganya tampak tenang, lelaki itu menikmati suara jatuhnya air hujan yang bertabrakan dengan muka bumi.

Dengan masih memakai seragam kebanggaan sekolah, dan mengendong tas ransel, terlihat sekali bahwa ia baru saja pulang sekolah. Name tag yang ia pakai bertuliskan Raindra Anggara, nama yang pas untuk seorang lelaki yang tampak tenang.

Langkahnya terhenti saat melihat sebuah objek yang menyita perhatiannya. Lantas kembali mengambil langkah untuk mendekat ke seseorang yang telah mengalihkan fokusnya.

Rain berniat mendekat ke arah seorang gadis yang terlihat sedang duduk di tengah jalan yang sepi, matanya terpejam, dengan kepala yang menengadah ke atas. Menikmati air yang turun membasahi seluruh tubuhnya.

Tak peduli jika nantinya ia akan sakit, karena niat awalnya ia ingin menghilangkan sakit. Kenalkan, ia adalah Ayara, sang pecinta hujan.

Mata indah yang setia terpejam itu terbuka, ketika merasa bahwa air hujan tak lagi membasahi wajahnya. Tepat saat ia membuka mata, terpampang nyata wajah seorang lelaki yang berdiri tepat di hadapannya.

Keduanya saling tatap. Tanpa sadar menciptakan jurang yang dalam, hingga salah satu dari keduanya terjatuh ke dalam jurang yang ia buat sendiri. Nyatanya, Rain memayungi Ayara yang sedang menikmati dinginnya air hujan yang seakan-akan memeluk dirinya di tengah kesendirian.

"Kamu gapapa?"

Sebuah suara yang serak-serak basah namun lembut di satu waktu itu menyapa indra pendengaran Ayara. Ayara tersadar, ia berdiri dan berhadapan langsung dengan Rain.

"Kenapa main hujan-hujanan? Kamu gak takut sakit?" Rain berkata demikian.

Ayara menunduk, menyembunyikan senyum mirisnya. "Justru aku pengen ngilangin sakit."

Dan berakhirlah di sini keduanya, di halte bus. Duduk, sambil menikmati rintik hujan yang tak henti berjatuhan. Keduanya saling diam, sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing. Hingga pergerakan dari Rain membuat fokus Ayara beralih ke arahnya.

Rain menyodorkan sebuah hoodie hitam pada Ayara, yang tadi sempat ia ambil dari tas ranselnya. "Pake ini supaya kamu gak kedinginan," ujar Rain penuh perhatian.

Ayara menerima hoodie itu. "Makasih," ujar Ayara dengan suara yang kecil, lalu dengan pelan ia memakainya untuk mengundang kehangatan walau tak seberapa.

Setelah percakapan itu, mereka kembali diam. Namun selang beberapa menit, Rain kembali membuka suara. "Kamu mau pulang? Ayo aku anterin, hujannya juga udah reda," tawar Rain setelah beberapa menit hening.

Ayara sibuk menatap rintik hujan yang tak sederas beberapa menit lalu. "Aku gak punya rumah buat berpulang," gumam Ayara tanpa menoleh pada Rain. "Aku gak punya rumah dengan artian yang sesungguhnya."

Rain terdiam sejenak. "Aku siap jadi rumah tempat kamu berpulang. Biar aku kenalin, rumah yang memang sesungguhnya rumah."

Ayara menoleh, lalu menunduk untuk menyembunyikan tersenyum kecilnya.

"Aku Rain," ujar Rain mengenalkan diri. "Kamu suka hujan, kan? Aku juga hujan, yang akan selalu menjadi kesukaan kamu."

Masih dengan menunduk malu, senyum Ayara melebar, tampaknya lelaki ini sangat baik. Ia akhirnya mendongak, menatap Rain. "Aku Ayara. Salam kenal, Rain."

Rain tersenyum kecil. "Ayo pulang, nanti aku anterin sampe rumah," ujar Rain lalu beranjak, dan mengambil payung yang terletak tak jauh dari keberadaannya. Ayara juga ikut bangkit, keduanya berjalan beriring di dalam satu payung. Hening cukup lama hingga Rain memulai pembicaraan.

"Kamu tau? Aku pernah baca, katanya 'hujan selalu membawa kenangan', kamu percaya akan hal itu?"

"Aku percaya."

Karena hujan kali ini, juga membawakan sebuah kenangan spesial.

_____

Terima kasih sudah membaca, dan maaf jika ada kesalahan dalam mengetik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Bawah Rintik HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang