OO.O1

23 6 0
                                    

Halo namaku Riana aku remaja yang duduk dibangku smp, aku sama seperti remaja lainnya, aku pintar, aku punya keluarga yang lengkap dan bahagia, tapi satu yang membuatku berbeda aku punya postur tubuh yang bisa dibilang cukup besar. Ledekan? sudah jadi makanan sehari- hari ku. Aku selalu percaya diri walau badanku bisa dibilang cukup besar karna bapak selalu bilang "Ria cantik kok, badan besar itu mencerminkan pribadi yang bahagia, Ria ga perlu iri sama yang badannya kurus siapa tau dia ga bahagia." Ucap bapak sambil ketawa.

Aku deket banget sama bapak, bapak itu satunya laki laki yang memperlakukan aku seperti putri, mama beruntung banget pasti ketemu bapak. Bapak pernah bilang "Ria nanti kalo bapak udah gaada jangan sedih ya, nanti kalo ada yang ngejek Ria, Ria ngadu ke bapak aja ya nanti bapak bales dari atas sana." Ucap bapak sambil menunjuk langit.

Aku tak pernah mementingkan soal "waktu" itu kapan. Aku tak pernah siap, aku mau bapak nemenin aku sampe besar. Aku dan bapak sering membuat video video tentang perjalanan kita, atau kadang video tentang bapak mancing, video aku yang sedang bernyanyi nyanyi, kita selalu buat kadang ibu yang merekam, ibu ga pernah mau kalo direkam "Ibu gamau direkam mungkin dia malu anaknya lebih cantik dari dia." kata bapak, bapak selalu bisa bikin aku dan ibu ketawa, bapak pelengkap keluarga ini.

Covid-19 cukup membuat keluarga ku terpukul mulai dari nenekku yang meninggal akibat covid. Bapak benar benar terpukul, sampe bapak pun akhirnya terpapar virus mematikan itu.

Aku dan ibu masih berusaha untuk ngerawat bapak dirumah, tapi ternyata tidak bisa, itu terlalu membahayakan aku dan ibu, kondisi bapak pun semakin parah, akhirnya bapak dilarikan ke rumah sakit.

1 minggi berlalu, kondisi bapak mulai membaik, aku dan ibu pun akhirnya menjemput bapak untuk pulang kerumah, aku dan ibu sangat senang, sampai-sampai kita bikinin bapak selimut rajut supaya bapak ga kedinginan.

2 hari berlalu kondisi bapak terus membaik. "Ria kalo udah gede mau jadi apa?" tanya bapak "Dokter lah pak, biar bida nyembuhin bapak sama ibu kalo sakit." jawabku sambil ketawa-tawa, bapak ikut ketawa, terus bapak bilang "Kalo gitu Ria harus kejar cita cita Ria samapai dapat ya, bapak bakal dukung Ria terus, nanti kalo Ria udah jadi dokter Ria harus jaga ibu, bahagiain ibu, Ria juga harus nurut sama ibu ya, jangan ngelawan, doain bapa sama ibu terus." "Lohh masa ibu doang yang aku jaga, bapak juga harus dijaga lah." jawab ku "Bapak mah urusan nanti, intinya Ria harus kejar cita-cita Ria sampai dapat ya, kalo ada apa apa ngadu ke bapak, kalo ada yang ngatain Ria bilang ke bapak nanti bapak hajar." Bapak memang juaranya kalo soal menghibur, aku yang dari tadi meneteskan air mata kembali tertawa.

"Ria bapak mau teh dong, gulanya jangan banyak banyak ya." 

"Eh iya pak, bentar ya Ria bikinin."

Aku pun beranjak dari tempat duduk dan menju ke dapur untuk membuatkan bapak teh, ditengah-tengah membuat teh tiba-tiba ibu pulang membawa belanjaan yang cukup banyak.

"Loh bu belanjaannya banyak banget, ibu mau bikin apa kok banyak banget belanjaannya?" tanyaku sembari membuat teh untuk bapak. "Oh ini buat makan bapak seminggu kedepan Ria, kata dokter bapak harus banyak makan sayur."  jawab ibu. Teh yang kubuat pun akhirnya selesai. Aku mengetuk pintu kamar bapak tok.. tok... tok.. "Pak ini teh nya udah jadi." ucap ku. Aku pun membuka pintu perlahan "Pak bangun dulu yuk, minum tehnya." sembari aku menaruh teh di meja samping kasur, aku menepuk tangan bapak supaya bapak bangun "Pak ayo banun dulu yuk pak keburu teh nya dingin ini." ucap ku dengan raut wajah yang panik karna bapak tidak kunjung bangun. Aku memberanikan untuk mengecek nadi bapak. Tangis ku pecah aku berteriak memanggil ibu "Bu, bapak udah gaada bu." Ibu menghampiriku dan langsung memelukku "Ria yang sabar ya nak, ada ibu disini." ucap ibu yang berusaha menenangkanku 

O6.3O

Tepat pukul setengah tujuh pagi bapak menutup usia, di usianya yang ke-60 tahun. Akhirnya "Waktu" itu tiba, bapak pergi meninggalkan aku dan ibu untuk selama-lamanya. 

Selesai pemakaman bapak, aku dan ibu pulang kerumah. Aku memutuskan memutar video video yang kubuat bersama bapak. Air mataku kembali pecah "Ria ikhlasih bapak ya, bapak udah bahagia diatas sana, lagi pula  kamu bisa menonton video video yang kamu buat, masih ada ibu disini menemani kamu Ria." Ucap ibu 

Benar kata ibu aku masih bisa memutar video video yang kubuat bersama bapak, aku bisa memutar video itu beratus-ratus kali, tapi waktu bersama bapak yang tidak bisa kuputar beratus ratus kali

- 26 Februari 2021 


Tangisan -Where stories live. Discover now