Shania nama yang cantik bukan? sama seperti rupanya. Shania adalah wanita tercantik yang pernah kutemui setelah ibuku. Aku beruntung bisa bertemu dengan dia.
aku bertemu dia saat aku duduk di bangku SMA, tepatnya kelas 10. Saat itu aku sedang menunggu bakso pesananku, sambil menunggu aku menatap sekitarku, mataku tertuju pada seseorang. Gadis cantik berambut ritam pendek, mata coklat yang indah, kacamat bulat yang ia gunakan berhasil membuat perhatianku tertuju padanya. Aku bergegas mengambil baksoku dan menghampirinya.
"Halo boleh saya duduk disini?" Tanyaku. Tapi gadis itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun, gadis itu hanya tersenyum. "Nama saya Bagas, kalo kamu?" Aku berusaha membuka topik obrolan. "Eh iya namaku Shania." jawabnya sambil tersenyum, senyumannya begitu manis, gula pun masih kalah manis.
Dan 5 bulan kemudia kita jadian. Dia berharap dia bisa menjadi hakim, "Aku mau deh jadi hakim." ucap nya, "Hukum di negri ini tidak adil, ibu ku korban dari ketidak adilan hukum di negri ini." lanjutnya, matanya mulai berkaca-kaca aku mengelus punggung nya berusaha menenangkan dan tidak banyak bertanya. "10 tahun, saat usiaku 10 tahun, ibu bekerja di restoran terbaik di seluruh kota, pada saat itu kedatangan wali kota, ibu menyiapkan hidangan terlezat, tetapi ada orang jahat yang memasukan racun ke dalam makanan milik anak walikota, anak wali kota itu meninggal di tempat, ibu di tuduh meracuni anak wali kota itu, sayangnya pada saat itu tidak ada cctv, akhirnya ibu menjalani persidangan, ibu sudah berkata sejujur-jujurnya, tapi tetap saja ibu dituduh melakukan itu dengan sengaja, ibu dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, sayangnya ibu meninggal di dalam sel setelah 7 tahun mendekam di penjara." ucap nya dengan seuara yang bergetar sebab menahan nangis, aku pun memeluknya berusaha menenangkannya.
1 tahun berlalu -
Sebentar lagi aku dan Shania lulus. Sebelum ujian sekolah berlangsung aku memutuskan untuk mengajak Shania jalan-jalan ke Kota Tua, Shania pun setuju dengan ajakan ku. Kita melakukan hal-hal nyenangkan, berfoto-foto, naik becak keliling kota, sampai tak sadar hari sudah malam, aku dan Shania memutuskan untuk pulang, menunggu lampu merah memang cukup bosan, Shania memutuskan untuk mengajakku lomba lari siapa duu yang lebih capet sampai di seberang, aku pun mengiyakan ajakannya. Belom sempat lampu itu berwrna merah, lebih tepatnya masih ada di oranye, Shania sudah lebih dulu lari, aku pun ikut bergegas lari, belum sempat lari ada motor yang melaju cepat dari arah kanan.
Darrr....!!
Shania tertabrak.
Aku berusaha meminta pertolongan tapi kondisi jalanan sepi, aku coba menelepon ambulance, sambil menunggu aku mengecek nadi dan nafasnya, naasnya tidak ada hembusan nafas yang keluar, tidak ada detak jantung yang terasa. Air mataku menetes. Shania tewas di tempat.
10 tahun kemudian-
Kejadian itu tidak pernah aku lupakan, Shania cinta pertamaku. Andai waktu bisa diulang, aku tidak akan mengiyakan ajakannya untuk lomba siapa yang sampai duluan. Sekarang aku bekerja sebagai hakim, melanjutan mimpinya menjadi hakim.
18 Juli 2016 -