Hati yang berduka

8K 20 0
                                    

Setelah mendapat info dari pihak rumah sakit, bahwa seseorang yang di cintai, nyawanya sudah tak dapat bisa lagi untuk di selamatkan. Lemas sekujur tubuh seorang wanita yang berambut pirang, wanita tersebut terlihat begitu murung wajahnya sedang duduk di atas sebuah kursi panjang tepat di samping seorang sahabatnya. Sangat sulit sekali bagi Julia untuk mengikhlaskan semua yang telah menimpah dalam dirinya, rasanya Julia ingin sekali menyudahi hidupnya.

Dengan lembut, Daeva mengusap punggung sahabatnya yang saat ini berada tepat di sampingnya, Daeva begitu ikut larut dalam kesedihan sahabatnya tersebut. Paham pasti Daeva akan situasi serta keadaan yang di rasakan sahabatnya saat ini, membuat Daeva membiarkan Julia mengeluarkan air dari matanya hingga puas. Tak ingin Daeva membuka suara terlebih dahulu dalam suasana duka ini, paham Daeva jika Julia butuh di dengar, bukan nasihat.

Terlepas makin banyak air mengalir membasahi pipi dari mata yang sudah sangat merah tersebut. "kenapa, sih, Tuhan begitu jahat sekali sama gue? Sehingga gue harus menerima takdir yang begitu berat, tak bisa terima begitu saja. Padahal anak gue masih butuh sekolah, kenapa Jonathan harus di cabut nyawanya dengan hal yang begitu tragis."

Sejenak Julia mengangkat wajahnya, menatap sang sahabat yang di dampingnya. Kemudian Julia berkata, "Menurut lu apa gue orang yang paling Tuhan benci di dunia ini, apakah gue kurang pantas untuk hidup di dunia ini?"

Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Julia yang meminta jawaban, membuat Daeva perlahan memberanikan diri untuk membuka mulutnya. "Sabar, yah, Julia ... gue yakin, kok, semua ini rencana Tuhan. Mungkin saja ada suatu hal indah dibalik ini semua."  Ucap Julia, tiada henti dengan lembut mengelus punggung Julia, berusaha menguatkan Julia yang sedang lemah.

"Akan tetapi kenapa musti sekarang yang menurut gue belum tepat waktunya suami gue dicabut nyawanya? Gue padahal belum siap untuk hidup menggantikan suami gue menjadi kepala rumah tangga, gue juga belum siap hidup sendiri di usia gue yang masih di tengah kepala tiga seperti ini." Resa hati Julia, keluar menggebu-gebu lewat mulutnya.

"Lu harus ikhlas, kan, semuanya Julia ... ingat kedua anak lu masih membutuhkan lu menjadi pemeran utama dalam hidup mereka. Dan ingat gue sebagai sahabat siap selalu menjadi teman hidup, lu." Perlahan Daeva memberi nasihat pada Julia.

Satu jam berada di belakang rumah sakit, melihat ada beberapa orang yang datang ke tempat tersebut. Segera Julia yang mulai terasa lega, menghapus air matanya, berusaha kuat membangkitkan lututnya yang lemas. Berjalan Julia di junjung dengan Daeva, pergi ke tempat, di mana mendiang suami Julia sedang terkapar di atas sebuah ranjang. Sesampainya di sana, Daeva membantu Julia untuk memberi kabar kepada salah satu anak dari Julia.

***

Tak berdaya rasanya, saat ini di rasakan oleh seorang anak yang mengetahui kabar, bahwa sosok ayah yang tercinta telah meninggal secara tragis. Kedua bola mata hitam pekat milik Jayden tertutup erat oleh kedua kelopak matanya, sarkas menarik napas, seakan-akan kesal dengan suatu hal begitu berat. Kembali terbuka lebar kedua mata Jayden, layaknya dirasuki iblis, kedua tangan serta kedua kakinya tak terkontrol menghancurkan barang yang saat ini berada di sekitarnya.

Di sela pintu masuk, sebuah rumah yang begitu mewah, bingung seorang lelaki saat kedua mata berwarna hitam pekat miliknya, melihat dalam halaman rumah yang begitu berantakan dengan beberapa barang yang berserakan di lantai.  Lekas James berlarian, mencari seseorang yang ada di dalam rumah tersebut, di setiap ruangan, di telusuri oleh James dengan pikirannya yang cemas. Hingga akhirnya James di buat sedikit tercengang mendapatkan adiknya yang duduk di pinggir ranjang, menutup wajahnya dengan kedua tangan yang tampak terluka.

Duduk James, memposisikan dirinya di sebelah Jayden. "Ada masalah apa lu, Jay, hingga jadi seperti ini?" dengan suara lembut James bertanya, kedua tangan James meraba-raba punggung Jayde, berusaha memberi suasana tenang.

Forbidden love of mom and sonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang