Baru pertama kali bagi seorang James, suasana hatinya begitu risau tanpa sebab, merasa tak berguna duduk diruang kerjanya. Ingin sekali rasanya James menjumpai Julia di rumah hanya untuk berbincang ringan dengannya mengenai masa depan yang akan ditempuh, sekaligus memulihkan suasana hati. Dengan kuat James menarik napas, memastikan untuk memilih antara pulang sebelum waktunya atau tetap di kantor memeriksa dokumen harian.
Setelah beberapa menit terdiam ditempat, akhirnya keputusan bulat tercipta pada pikiran James. Memilih untuk pulang sebelum waktunya menemui istrinya, daripada harus memaksa hal yang membuat hatinya makin resah. Lekas James mulai menegakkan kedua lututnya di atas kursi, sedikit meregangkan tubuhnya. Kemudian pergi meninggalkan kantor, segera menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah, awalnya James tersenyum, akan tetapi di suatu ruangan dirinya mendengar suara desahan laki-laki dengan perempuan dari dalam kamar mandi Julia. Tanpa mengetuk pintu kamar mandi, James langsung mendobraknya, tanpa ijin dari orang di dalam sana. "Hey, apa yang kalian lakukan?" Sedikit dibuat tercengang James saat melihat Martin sedang menindih tubuh Julia.
Tak peduli Martin dengan kedatangan James, Martin terus menggoyang pinggulnya, diatas tubuh Julia yang sedang terlentang tak berdaya. "Katakan pada anakmu itu, Nona, bahwa dia sama halnya dengan seekor binatang!" Keras Martin bersuara di samping bahu Julia, sala tangan Martin menjambak kuat rambut Julia.
Mendengar suara dari Martin, sontak membuat kedua bola mata Julia terbuka lebar. "T--tolong aku, sayang ... ." Dengan suara serak, Julia menengok ke arah James.
Dengan mata terpejam erat, tangan terkepal begitu erat, rahang yang berdetak kuat dengan sendirinya, James mulai menggerakkan kakinya untuk menghampiri Martin. "Kurang ajar!" Dengan kuat James melayangkan kakinya ke wajah Martin.
Bug! Jatuh Martin ke atas lantai.
Selama ini Martin yang hanya terlihat sebagai pecundang di hadapan James, padahal dirinya hanya mengalah saja agar hubungan persahabatannya baik-baik saja. Namun, kali ini Martin bangkit berdiri segera merapikan celananya, selama James memangku Julia, Martin mencari cela untuk menyerang balik. Mengambil pembersih kloset, lalu dengan penuh tenaga Martin mengarahkan ujung benda tersebut ke wajah James.
Sedikit mendesis James merasakan benda yang menampar pipinya begitu kuat. "Sudah berani ternyata kamu ... ." Tersenyum sinis James saat mendongak. Perlahan James membantu Julia untuk berdiri.
"Sayang, aku percaya sama kamu untuk habisi dia sendiri ... maka dari itu, biarkan aku bergerak sendiri keluar dari sini." Sambar Julia, berbisik di samping telinga James. Dengan energi tubuh yang tersisa, Julia segera menggerakkan kedua kakinya, setelah James melepas bahunya. Segera Julia menuju ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Tergelak tawa penuh sarkas Martin melihat wajah James yang mulai memerah penuh amarah. "Manusia binatang ternyata bisa marah juga, yah, sama manusia?" Terangkat kedua alis Martin dengan pandangan meremehkan orang di depannya saat ini.
"Hey, binatang, kali ini gue gak mau mengalah sama lu. Mulai saat ini kita bukan lagi sahabat. Jadi, jangan salahkan sahabat lu lagi, jika dia memukul lu balik." Lanjut Martin mencoba untuk memainkan emosi James.
Dengan emosi yang sudah tak terkontrol lagi, James dengan tergesa melayangkan kepalan tangan, dan kakinya kepada lawan. Begitu tenang Martin untuk menghindari setiap serangan yang diberikan oleh James, sehingga membuat Martin untung dalam posisi saat ini. Melihat James mulai lengah dengan kuat Martin memukul wajah James berkali-kali, hingga membuat hidung James berdarah.
"Wait, i am please ... ." Dengan napas tak beraturan, James sedikit meraba darah yang keluar dari hidungnya yang terasa begitu nyeri.
Bug! Tubuh James terjatuh di atas lantai ketika mendapat tendangan yang begitu keras dari Martin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden love of mom and son
RomancePeringatan, cerita ini khusus dibaca oleh orang yang sudah memiliki usia 21 tahun keatas karena banyak mengandung hal dewasa di dalamnya. Sypnosis : Hidup serasa berbeda ketika harus menerima takdir sorang ayah dalam keluarga harus meninggal karena...