Lanjut?
Lanjut dong
.
.
.“Sayang, aku senang Banget.” Glassia menyandarkan kepalanya di bahu Dava.
Saat ini Dava bersama dengan Glassia, kekasih nya. Begitulah Dava, setelah ia meninggalkan Ayyana di markas Ervions Geng, diri nya langsung menjemput Glassia untuk jalan-jalan bersama.
“Sayang, kamu kok diam aja?” tanya Glassia melihat Dava yang tidak seperti biasanya.
Dava tersenyum, “Gapapa, sayang,” ucap Dava lembut sembari mengusap kepala Glassia.
“Kamu ada masalah, ya?” Glassia memegang tangan Dava, ia mengelus dengan lembut tanda menenangkan lelaki itu.
“Kamu mau beli apa, kita jalan-jalan lagi aja, yuk!” Dava berdiri dan menggandeng Glassia agar gadis itu ikut berdiri bersamanya.
Glassia mengerutkan kening, bingung dengan Dava yang ada di depannya sekarang ini. Namun, Glassia tidak ingin curiga tentang ada sesuatu yang Dava tutupi dari nya. Ia tersenyum dan mengangguk saja, mending dia berbelanja kebutuhan nya dengan uang Dava, itu menyenangkan bagi Glassia.
Keliling-keliling mall dengan banyak paper bag di tangan dan membeli sesuatu yang diinginkan dengan hanya menunjuknya saja lalu bergandengan dengan pujaan hati, siapa yang tidak bahagia?
Glassia memang seberuntung itu mendapatkan hati Dava atau dia terlalu senaif sampai tidak menyadari kehadiran cincin di jari manis sang kekasih?
Sudahlah, tidak ada yang tahu mau dibawa ke mana hubungan mereka.
Di sisi lain, tepatnya diparkiran mall tempat Glassia dan Dava berbelanja, ada dua orang yang juga ingin menghabiskan sore menjelang malam mereka di mall itu. Mereka adalah Arka dan tunangan Dava, Ayyana.
“Bang, kita gapapa ke sini?” tanya Ayyana di belakang Dava, mereka berjalan beriringan sekarang.
“Ya gapapa lah, mall ini tempat umum, Ayyana.” Arka meraih tangan Ayyana agar tidak terlalu jauh dengannya.
Ayyana mengangguk dan terus berjalan bersama sahabat tunangan nya itu. Mata Ayyana dimanjakan oleh banyak barang yang dijual di tempat itu. Gadis mana yang tidak suka berbelanja dan menghabiskan uang?
“Lo mau beli apa, Ay?” tanya Arka dengan senyumnya.
Ayyana menggeleng, ia tidak banyak membawa uang. Ayyana lupa membawa dompetnya karena kejadian tadi di kamarnya sebelum ia dan Dava berangkat. Ayyana memang sangat pelupa soal barang-barang nya. Ia hanya membawa tas yang diisi ponsel genggam dan beberapa uang saja.
“Kalau mau apa-apa bilang aja,” ucap Arka.
Lelaki itu menggandeng Ayyana ke sana ke mari, menghibur Ayyana yang sempat murung di markas Ervions tadi. Ayyana murung karena memikirkan Dava, lelaki itu meninggalkan nya di tempat yang asing bagi Ayyana, dan pergi dalam waktu yang cukup lama.
“Mau es krim?” Tawaran Arka mendapat anggukan dari Ayyana. Mereka berdua berjalan bersama membeli es krim dan ikut mengantri dengan pelanggan yang lainnya.
“Putri,” panggil seseorang membuat Ayyana melihat ke arah sumber suara. Suara yang ia kenali dan saat melihat wajahnya pun, ternyata tebakannya tidak salah.
Ayyana tersenyum ke arah gadis itu, “Kakak sendiri?”
Gadis itu adalah Glassia, ia menunggu pesanan es krim nya dan Dava. Dava tidak ada karena perutnya tiba-tiba tidak bisa diajak kerja sama.
“Gue sama Dava.”
Deg!
Jawaban dari Glassia berhasil menusuk hati Ayyana. Gadis itu harus tersenyum, tidak mungkin jika ia marah pada Glassia. Glassia di sini tidak bersalah, sama sekali tidak bersalah.
“Kalian berdua?” Glassia bertanya-tanya, matanya melihat Arka sedang menggandeng tangan Ayyana. “Arka, lo sama Ayyana?”
Tersadar dari itu, Ayyana langsung melepaskan tangan mereka. Arka juga ikut canggung, dirinya berniat untuk menghibur tunangan sahabatnya, kini malah seakan menambah luka bertemu Glassia.
“Gue cuman ngajak Ayyana jalan aja, gak ngapa-ngapain.” Arka benar-benar tidak berniat mencari kesempatan dalam kesempitan.
Kecanggungan sempat terjadi, mereka hanya saling tersenyum dan pandangan mereka sama-sama mencari ke sekeliling mall itu. Tidak berselang beberapa waktu, Dava menghampiri Glassia dan langsung merangkul bahu gadis itu tanpa menyadari bahwa seseorang memperhatikan nya sejak lama.
“Sayang,” panggil Glassia dengan manja.
Sedangkan Ayyana, ia hanya harus diam menahan sesak di dada nya melihat pemandangan tidak mengenakkan itu. Senyum terus terbit di wajah cantik Ayyana, ia tidak boleh menangis melihat situasi itu. Arka sadar akan kepedihan yang Ayyana rasakan, ia mengusap punggung Ayyana tanda menenangkan gadis itu.
Seharusnya lo udah menduga hal ini bakal terjadi, Ayyana, batin nya mencaci diri nya sendiri, Ayyana tak dapat berkata-kata lagi.
“Ngapain masih di sini, belum dapat es krim nya?” tanya Dava, fokus nya masih hanya pada Glassia.
Glassia tersenyum lalu menjawab pertanyaan sang kekasih, “Aku ketemu mereka.”
Mendengar jawaban Glassia, Dava langsung meralihkan pandangan matanya. Sial, mata Dava langsung terfokus pada tangan Arka yang masih mendarat di punggung Ayyana.
Tatapan membunuh Dava terbit seketika, menbuat Ayyana merinding dengan itu. Arka sadar jika sahabat nya itu cemburu, ia malah tersenyum jahil tanpa memikirkan nasib Ayyana.
“Ya gue cuman ngajak Ayyana jalan, kok,” ucap Arka dan mendekatkan tubuh mereka.
Dava tidak hanya diam, ia memisah dan memberi jarak diantara Arka dan Ayyana. Glassia tertawa kecil, ia sama sekali tidak curiga dengan tindakan Dava.
Gadis itu sangat bodoh atau bagaimana, hingga melihat tindakan sang kekasih yang agak tidak normal saja, masih dipercaya.
“Dih, apaan si, lo.” Arka menjauhkan tangan Dava dari tubuhnya, dan Ayyana juga ikut melakukan hal yang Arka lakukan.
Dava memanas, ingin rasanya marah pada Arka, berani-berani nya lelaki itu membawa tunangan nya.
“Emang gue salah ya, ngajak cewek jalan?” tanya Arka, matanya mengarah pada Glassia, “Wajarkan kalau gue ngajak dan ngibur Ayyana, Sia?”
Glassia menangguk setuju, “Udah sayang, biarin Arka sama Ayyana.”
Dava tak bisa berkutik, ia harus menahan marahnya karena ada Glassia. Dava takut Glassia curiga, tapi ia juga tak rela melihat Ayyana bersama Arka. Sedangkan Ayyana, gadis itu hanya menunduk menahan pedih melihat tunangan nya setega ini.
“Bang Arka, kita pulang sekarang aja, ya?” ajak Ayyana membuat Arka mengangguk kecil.
“Yah, mau langsung pulang?” ucap Glassia lemah, ia tadi padahal sudah sangat bersemangat untuk jalan-jalan berempat.
“Biarin aja mereka pulang, sayang,” ucap Dava sembari mengelus Glassia “Kita nikmatin waktu kita berdua aja.”
Menusuk, Ayyana sungguh iri dengan Glassia yang bisa mendapatkan kelembutan Dava. Ayyana dan Arka langsung pergi, mereka tidak mau berlam-lama di tempat itu jika ada Glassia dan Dava. Sedangkan Dava, menatap dua punggung yang semakin menjauh itu dengan tatapan mautnya, Dava sepertinya akan marah besar.
Di jalan, saat menuju ke markas Ervions Geng, keheningan terus terjadi di sana. Ayyana dengan pikirannya yang masih pada Dava dan Arka yang takut salah bicara jika memulai pembicaraan.
.
.
.Mau apa next chapter?
Wk
Love, Zeana>
KAMU SEDANG MEMBACA
DAVANDRA
Teen FictionAyyana Putri Danadipta, tak pernah ia merasakan jatuh cinta lalu tiba-tiba ia harus menyandang status sebagai tunangan seorang laki-laki yang menjadi kakak kelasnya sendiri. Parahnya, Ayyana kalah dan ia malah menjatuhkan hatinya pada lelaki yang ia...