Bab 1 | Pangeran Mahkota 🔞

4.6K 206 6
                                    

Sosok yang menggunakan hanfu berwarna putih dengan borkat hijau berjalan di taman yang sepi, menatap ke arah bunga plum yang perlahan berguguran di terpa angin—Chen Yi, menghela napas panjang dan menunduk.

"Musim dingin ke delapan telah berlalu, namun cinta yang mulia tidak kunjung datang," gumamnya dengan melankolis.

Berbeda dengan perasaan dingin di istana sayap barat, di sisi timur itu begitu hidup. Beberapa wanita dengan pakaian indah berlalu-lalang dengan senyuman di wajah mereka yang dirias dengan begitu cantik. Seorang pria yang memegang semangkuk anggur harum tertawa melihat bagaimana para wanita itu menari dan menggodanya sementara empat lainnya bergantian memberikan makan dan minum dengan cara yang intim.

Wang Jiang meneguk anggurnya lagi dan tangannya yang bebas menarik wanita di sebelah kirinya juga tanpa malu meremas dada perempuan itu hingga ia mendesah dan wajahnya memerah. Melihat reaksi nakal perempuan itu Wang Jiang menciumnya membabi buta dan berbalik untuk mencium wanita lain di sebelah kirinya.

Melepaskan ciumannya, Wang Jiang menarik pakaian wanita itu hingga dadanya terlihat, namun ia tidak malu malah semakin membusungkan dadanya yang kini dilahap oleh putra mahkota. Tidak ingin diam, tangan putra mahkota meraih wanita lain yang duduk dan wanita itu langsung menyingkap roknya dan mengangkang—kedua wanita itu mendesah dengan genit yang semakin membuat Wang Jiang bernafsu.

Jemarinya mengusap bibir bagian bawah wanita itu, membukanya dan menusuk lubang itu dengan gerakkan cepat, wanita yang dipermainkan bagian bawahnya merasakan sensasi itu, ia telah bersiap sehingga gerakan sekasar apapun tidak akan membuatnya merasa sakit. Wang Jiang melepaskan mulutnya dari dada wanita di depannya dan mengalihkan pandangannya kepada wanita yang bagian dalamnya ia obrak-abrik.

"Apakah kau menyukainya, kau suka Yang Mulia ini menusukmu dengan jarinya? Dasar lacur!“

" Ah ah ah Tuan ah... Yaaaah saya adalah lacur aaaah saya lacur tuan."

Mendengar kata-kata kotor wanita itu ia memasukkan dua jari sekaligus dan itu membuat bagian dalam wanita itu semakin basah, beberapa cairan mengalir keluar.

"Jalang ini, bahkan jari saja sudah membuatnya sebasah ini."

Wanita itu semakin mengeliat dan menggila, sementara tiga wanita lain yang tidak ingin kalah telah menanggalkan pakaiannya dan menyentuh Wang Jiang di tempat yang mereka tahu di mana yang paling disukai. Wang Jiang terus menjelajahi bagian dalam wanita itu dan setengah lengannya telah tertanam di dalamnya. Merasakan organ yang lembab, kenyal dan sempit itu Wang Jiang membuat Wanita itu mencoba yang terbaik untuk menahan sensasi benda asing yang berada di dalam tubuhnya.

Kegilaan di dalam kamar masih berlanjut dan Wang Jiang dengan semangat yang tinggi membiarkan mereka bertingkah mengikuti hawa nafsu dan melupakan sisi rasional juga rasa malu. Hanya dengan tirai yang menjadi pemisah antara kamar dan koridor tidak menghentikan suara-suara nakal itu dari orang-orang yang lewat.

Gu Bai yang melihat tindakan itu berdiri tenang di dekat pintu kamar dan memandang ke arah barat, musim semi telah datang—hujan di bulan ini datang tanpa terkira, beberapa masalah di luar ibukota semakin banyak. Pemerintah daerah banyak yang meminta pertolongan untuk menanggani masalah banjir ataupun tanah longsor. Ada banyak mayat yang hanyut beserta harta benda dalam masalah ini namun putra mahkota sibuk dengan urusannya dan melemparkan masalah itu kepada perdana mentri juga Jendral.

"Kakak tertua...."

Ketika Gu Bai mendengar suara itu, ia melihat seorang pemuda dengan seragam penjaga berwarna biru tua dan terlihat tenang sementara di sampingnya ada seorang Ger muda yang memakai hanfu berwarna biru lembut wajahnya masih kekanakan di usianya yang baru menginjak 12 tahun; mereka adalah saudara Gu Bai yaitu Gu Ming dan Gu Jili.

"Kakak tertua, apa kau sedang bertugas?" tanya Gu Jili dengan suara pelan.

Meskipun masih anak-anak Gu Jili menyadari apa yang ada di balik tirai ruangan itu bukanlah sesuatu yang bisa ia masuki dengan sembarangan. Sebagai seorang ger dari keluarga terpandang, Gu Jili memiliki moral yang tinggi dan dijauhkan dari hal-hal kotor seperti yang terjadi di dalam kamar namun ia tidak naif sehingga meskipun bersih ia mengetahui tentang hal-hal buruk itu.

Gu Bai menghela nafas dan menatap saudara laki-lakinya, "apa kau datang untuk pergi ke Tuan Chen Yi?"

Gu Ming mengangguk.
"Tuan Chen menitipkan beberapa makanan yang dimasak oleh Nyonya tua untuk Tuan muda Chen, mereka juga memberikan uang dan perhiasan rambut baru untuk Tuan Chen."

"Baiklah, karena kau punya urusan sebaiknya jangan menundanya dan pergilah. Jili-er pastikan kau tidak menyusahkan tuan Chen dan patuh pada apa yang dikatakan oleh kakakmu."

"Huft, aku pasti melakukannya."

Gu Jili berjalan lebih dulu sementara Gu Ming di belakangnya mengikuti. Semakin jauh mereka melangkah semakin sunyi suasananya, taman yang indah dan dirawat dengan baik tidak menutupi bagaimana halaman ini seperti tidak memiliki orang yang tinggal di dalamnya.

"Saudara, saya pikir kakak Yi sedang berada di taman sisi lain. Saya ingat di sana ada pohon plum yang dulu ditanam oleh mendiang ratu."

"Ayo kita kesana."

Benar saja saat Gu Jili dan Gu Ming pergi ke sisi lain taman, pemuda dengan hanfu putih itu duduk di meja batu dengan set cangkir tehnya yang masih mengepul. Seorang pelayan berdiri di sisinya dan menuangkan isi cangkir dengan anggun.

"Salam Tuan muda Chen!" sapa Gu Ming dengan sopan.

"Salam Tuan muda Gu. Mari duduk. Perjalanan ke istana pasti melelahkan, Xiao Ma tolong tuangkan teh untuk kedua tamu ini dan bawakan kue yang disiapkan."

"Baik tuan."

Xiao Ma bergerak cepat dan meninggalkan ketiganya di meja batu. Chen Yi tersenyum dan mulai mengobrol dengan Gu Jili yang dia anggap seperti adiknya sendiri, mereka pada dasarnya berada di lingkungan yang sama sebelum Chen Yi dibawa ke istana untuk menjadi tunangan pangeran Wang Jiang.

"Patriarki Chen berpesan bahwa anda harus memakan lebih banyak daging, Nyonya Chen sangat takut dengan kenyataan bahwa Tuan sempat tidak sadarkan diri setelah melakukan pengobatan untuk Yang Mulia Pangeran."

Chen Yi paham dengan kekhawatiran semua orang dan mengangguk paham. Ayah dan Ibunya hanya memilikinya sebagai putra dan penerus, ia terlahir sebagai seorang ger dan itu membuat beberapa anggota keluarga dari cabang merasa tidak puas dengan posisi Ayahnya, karena itu saat ia berumur sebelas tahun Ayahnya membawanya ke Istana untuk mengikuti seleksi.

Seleksi itu adalah upaya dari keluarga Kekaisaran untuk mencari orang yang dapat dijadikan sebagai pelampung kehidupan Putra Mahkota yaitu Wang Jiang. Saat mengikuti peperangan di usia 17 tahun Wang Jiang diracuni oleh pengkhianat dan menderita penyakit yang membuat tubuhnya melemah. Orang-orang dari sekte pengobatan surgawi telah mengetahui pengobatan untuk putra mahkota dan memberitahukan kepada Kaisar mengenai caranya.

Itu adalah dengan mengambil pengantin dengan darah yang sama dan memiliki qi yang mirip dengan milik putra mahkota, sehingga saat tubuh putra mahkota memburuk orang itu akan diambil sedikit demi sedikit darah dan organnya untuk menyembuhkan putra mahkota. Tiga tahun mencari akhirnya Chen Yi diputuskan untuk menjadi pengantin itu, orang yang akan menjadi pelampung kehidupan pangeran mahkota Wang Jiang.

[BL] Ger Umpan Meriam Diceraikan 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang