Dinda memperhatikan penjelasan dari sang guru yang berada di depannya dengan pandangan kosong.entah apa yang sedang ada di dalam pikirannya membuat Dinda tidak bisa fokus pada penjelasan.hingga sampai pada jam istirahat bel pun berbunyi dan sang guru pergi meninggalkan kelas disusul oleh murid-murid yang berlarian menuju kantin.lain dengan Dinda yang masih termenung dalam pikirannya hingga seseorang membuyarkan lamunannya.
"Dindaaaaaaa,kantin yuk"teriak putra yang berada disampingnya membuat si empunya langsung menutup telinganya saat namanya disebut.
"Gila lu kuping gua mau pecah rasanya"
"Yaa lagian lu ngelamun aja.mikirin apaan sih?"
"Kagak ada,cuman lagi mikir gimana caranya bisa mati"
"Heh dongo lu jangan macem-macem deh mikirnya.dah punya bekel buat di akhirat lu!"Putra langsung menoyor kepala Dinda hingga membuat Dinda terhuyung.
"Etdah bercanda gua kagak usah dianggap serius kali"kesal Dinda saat kepalanya ditoyor oleh sahabatnya itu.
"Yaa lagian lu macem-macem ae pikirannya"
"Ya maaf"cengir Dinda menampilkan deretan gigi putihnya.
"Iye,udah kantin yu laper nih gua"ajak Putra sambil merangkul pundak Dinda menuju kantin.
Disepanjang koridor menuju kantin banyak sekali orang-orang yang membicarakan Dinda yang dirangkul oleh Putra.Dinda yang sadar akan situasi ini langsung menurunkan tangan Putra dari pundaknya,hingga membuat Putra menoleh ke arahnya.
"Ngapa lu?"
"Kagak enak diomongin sama anak-anak kalau kayak gini jalannya"
"Aelah dipikirin amat"
"Liat deh Anjir si Dinda mukanya jutek banget!"
"Eh Gila ya si Putra mau-mau an banget deket-deket sama tuh Cewek,kalau gua sih ogah liat mukanya yang songong gitu"
"Tapi si Dinda cantik ege"
"Yaa percuma cantik kalau mukanya jutek begitu"
"Berasa jadi Ratu kali dia makanya mukanya songong begitu"
Sayup-sayup Dinda mendengar cibiran dari
teman-temannya itu hanya bisa menunduk pasrah enggan memperdulikan mereka.berbeda dengan Putra yang sudah geram mendengar itu semua tapi berusaha dia tahan karena tidak ingin membuat keributan di depan sahabatnya itu.baginya dapat melihat Dinda tersenyum sudah lebih baik baginya.dan tidak akan Putra biarkan siapa saja menghancurkan senyuman manis itu dari Dinda.Sesampainya di kantin mereka berdua mencari bangku kosong dan langsung mendudukan diri di sana.suasana kantin saat ini memang sedang ramai sekali,karena dari semua kelas sedang memberi asupan buat perut mereka.
"Lu mau pesen apa Din?"
"Gua mau jus jeruk sama Nasi goreng aja deh Put,soalnya tadi gua belum sempet sarapan"
"Kebiasan lu emang jarang sarapan di rumah"
"Hehe lu kan tau tadi gua berangkat pagi banget,jadi mana sempet"
"Alasan emang.yaudah lu tunggu disini biar gua pesen makanan dulu"
"Ok"
Putra berjalan meninggalkan Dinda dan ikut berbaris untuk memesan makanan di dalam kerumunan siswa yang lain.sementara itu Dinda yang sedang duduk sendiri tidak sengaja melihat pembulian di depan matanya.nampak seorang laki-laki berpenampilan culun sedang dikucilkan oleh segerombolan laki-laki penguasa sekolah.dapat ia lihat siswa culun itu sedang dikerjai habis-habisan oleh mereka.dengan tatapan kesihan Dinda hanya menatap siswa itu dan hendak menolongnya tapi ia tidak bisa bertindak apa-apa dan hanya bisa mengepalkan tangannya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Random"Akhirnya keinginan lu buat jadi Bintang yang paling terang di atas sana terwujud Din,gua harap lu bahagia terus ya di atas sana,nggak usah ngerasain sakit lagi"