Di sebuah studio band yang tak terlalu besar, ke lima orang itu berlatih lagu untuk class meeting. Seorang drummer yang tampan mengayunkan stiknya dengan penuh semangat, berbanding terbalik dengan vokalis perempuan yang duduk sambil minum es cekek di pojokan. Ia menyeruput sedotan dengan begitu anggun usai menyanyikan bait nyanyiannya, lalu ketika menyisakan es batu sebesar bola golf ia membuangnya ke tempat sampah, menyisakan postur duduknya yang baik. Ia sedang menggeser jempolnya di layar ponsel, melihat-lihat konten lucu disana dan sesekali tertawa.
Ketika teman-temannya selesai menyanyi ia mendongak, "bagus", ujarnya sambil mengulurkan jempolnya.
Cowok yang memegang bass itu menyibakkan rambutnya, "keren gak?" Tanyanya dengan senyum bahagia.
Gadis dengan nametag 'Kalaya Nirmala' itu mendengus namun masih mengangguk. Ia pun membuka kresek besar yang mengantongi beberapa jus buah yang ia belikan untuk teman-temannya.
"Layangan.. perhatian banget, ayo nikah.." teriak cowok di sudut.
Keriuhan sontak terjadi, terutama mulut Geofan, si drummer penuh pesona yang kegirangan dan hampir memeluk Laya. Teman-temannya yang lain pun sontak melindungi Laya di belakang mereka, memblokir siberian husky yang menggonggong mengajak nikah.
Laya sendiri cuma tertawa, lalu bercanda dengan Mirza, pemain bass sekaligus partner bernyanyinya. Memberikan jus alpukat favoritnya beserta sedotan kepada cowok itu.
"Thanks." Ujar cowok itu, yang diangguki oleh Laya.
"Kek apaan aja."
Mirza duduk di sampingnya, melirik Laya yang masih sibuk menggesek layar ponselnya. "Udah belajar buat ujian?"
"Udah. Tapi ada beberapa turunan fungsi yang belum gue pahamin."
"Pelajaran apa tuh?"
Laya membelalak, "itu mat peminatan unyil! Masa kagak tau!"
Mirza tertawa, "ya mana tau, orang gak pernah belajar."
"Awas lu sampe nilai dibawah kkm, terus pas classmeet malah remed! Gue bom rumah lo!"
"Lu mah, malah ngedoain!" Cowok itu lalu mencubit pipi chubby Laya.
Gadis itu tertawa, "ya makanya jangan sampe remed."
Di sisi lain, beberapa siswa yang lewat di koridor menoleh, tertarik untuk melihat apa yang terjadi namun tak berani untuk sekedar mengintip. Jadi mereka cuma bisa bergosip dengan iri pada Lata, yang bisa berkumpul dan dekat dengan keempat pentolan sekolah mereka yang tampan.
"Pasti ada Geo di dalem." Ujar gadis dengan bandana hitam di kepalanya.
"Pasti ada Mirza juga." Kali ini gadis dengan jam tangan merah muda yang berkata dengan iri.
"Gak ketinggalan Rio, Dewa, sama Laya juga." Baru sekarang giliran gadis yang membawa novel di pelukannya.
"Pengen jadi Laya, biar bisa kumpul sama cogan tiap hari."
"Bayangin jadi dia, udah pinter, cantik, jago nyanyi, kesayangan guru, masuk kelas unggulan, kurang apa hidupnya."
Seandainya Laya mendengar kata-kata ini ia mungkin akan tertawa sambil berkata, "kurang bapak aja nih."
"Belum lagi mantannya dia ganteng-ganteng asli, Bima 12 C, Rio 11 E, kak Iqbal yang sekarang di Universitas A. Itu yang gue pernah denger, gatau deh sisanya siapa aja."
"Seriusan, Rio Haikal? Gitaris The Rain kan?"
"Iya, Rio yang sekarang pacaran sama Eila."
"Gilak, pake pelet apaan, abis dapet Laya sekarang dapet Eila, hoki banget."
"Ya yang begitu berati peletnya manjur."
Ketiga gadis itu terlalu asik mengobrol sambil berjalan, hingga tak menyadari salah satu objek gosip yang berjalan di lorong dan berlawanan arah dengan mereka.
Eila yang mendengar namanya disebut cuma mendengus dingin, berpura-pura tak mendengar. Tapi Chana yang berjalan di sampingnya tak bisa menahan diri untuk memarahi ketiga gadis itu.
"Gibah mulu mulut orang-orang, kek gapunya hidup aja." Cewe itu menyindir dengan keras, menarik perhatian orang-orang di lorong termasuk ketoga gadis itu.
Mereka sontak tertegun dan memunduk malu, tapi tak terima begitu saja, gadis dengan bandana hitam itu membalas, "apaan sih orang kita ngomongin fakta juga."
Chana yang tak terima hampir menjambak rambut hitam gadis itu seandainya Eila di sampingnya menarik lengannya untuk mengabaikan mereka.
"Gak bisa dibiarin, La! Yang kek mereka itu harus dikasih paham." Chana masih bersikeras.
Eila cuma mendesah, "tapi mau gimanapun yang mereka omongin bener, Ca. Dan mereka gak ngomongin yang jelek-jelek juga."
"Tetep aja gue kesel!"
Tak ada yang bisa mempertanyakannya persahabatan antara Chana dan Eila, mengingat waktu yang telah mereka habiskan bersama tidak singkat. Namun Eila sama sekali tidak ingin sahabatnya merendahkan harga dirinya untuk gadis-gadis seperti tadi.
Ia yang akan membungkam mulut orang-orang itu dengan berdiri di puncak peringkat ujian akhir besok. Mengalahkan Laya, jadi setelah itu tak akan ada yang bisa membandingkan mereka berdua.
-
-
7Feb2022
Sibuk, tapi gabut dikit, banyak magernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival
Teen FictionSiapa yang tak mengenal Laya? Vokalis The Rain, band siswa di sekolah menengah Kota A. Wajahnya menawan, suaranya merdu, tubuhnya juga elok, belum lagi juara umum se-angkatan yang membuat 99% penghuni sekolah memujanya. Ya, 99% saja. karena 1% nya...