KELAS

131 15 2
                                    

Qian Kun, seorang anak SMA terlihat sedang berdiri diam di tengah lorong, di depan tubuhnya terdapat mading yang sedang di kerumuni banyak orang. Anak itu menggunakan kacamata, pakaian sekolah rapi dan tas yang terlihat besar.

Anak itu sedikit tersenggol saat teman-temannya yang lain sudah melihat isi mading tersebut, dan sekarang giliran dia melihat mading, dia merupakan anak-anak kelas 10 yang baru masuk dan pengumuman pembagian kelas tertera di mading, itu kenapa sekarang ia berdiri di depan mading dan menelusuri satu persatu kelas yang tertera dan mencari namanya berada dimana.

Qian Kun menemukan namanya berada di urutan paling akhir dan kelas paling terakhir, Bahasa 5. Lantas iapun mencari kelas Bahasa 5 yang mana kelas itu berada di gedung belakang sekolah, terpisah dari kelas-kelas yang lain.

Lantas Kun melangkah pergi dari lorong tersebut, dapat ia lihat banyak anak-anak lain yang berkeliaran di lapangan sekolah, Kun meremas kuat tali tas yg berada di kedua sisi tubuhnya.

"Hufhh kau pasti bisa!" Gumamnya menyemangati dirinya sendiri, dia pun kembali berjalan.







Kun sampai di gedung kelasnya, terlihat sangat berbeda dari gedung utama. Gedung kelasnya yang ini terlihat berantakan, urakan dan kotor, ini adalah gedung yang digunakan bagi para anak bawahan bisa dibilang, karena sembilan puluh persen anak yang berada di kelas ini merupakan anak buangan.

Itu kenapa tempat ini sedikit membuat Kun takut.

Suara ricuh benar-benar memenuhi seluruh ruangan, namun ketika Kun masuk, suara itu menghening seketika dan semua orang melihat kearahnya. Kun kikuk jadinya, sontak ia pun menunduk dan langsung berjalan cepat ke bangku paling pojok paling belakang karena hanya itu yang tersisa.

Kun diam duduk di tempatnya, sembari meremas kedua tangannya, lagi dan lagi ia merasa cemas, dia benci sindrom kecemasannya yang sering muncul. Kun bahkan tidak tahu bagaimana cara meredakan rasa cemas itu.

Biasanya dia hanya akan membiarkannya hilang sendiri selagi ia menjauhi kerumunan, tapi sekarang dia tidak bisa kabur seperti biasanya itu kenapa Kun sedikit merasa sesak dan dingin. Seluruh tubuhnya terasa dingin dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Maka dari itu Kun berusaha mencari cara menghilangkan kecemasan itu dengan menyembunyikan kepalanya di perpotongan pergelangan tangannya.

Pagi sudah menjelang sedikit siang, tapi guru tidak ada yang masuk sama sekali, kelas juga masih sangat berisik, karena Kun bosan jadilah dia pergi keluar kelas, Kun pergi ke toilet sebentar sebelum berniat pergi ke kantin.

Saat di toilet Kun tidak menyangka akan di hadang oleh segerombolan anak nakal yang memang sedang berkumpul di toilet itu. Awalnya Kun membiarkan itu namun si gerombolan itu malah membuat ulah.

Kun tidak mengganggu mereka sebenarnya namun entah kenapa saat Kun berjalan melintasi mereka, salah satu orang yang ada di segerombolan itu malah menjitak kepala bagian belakangnya. Jelas Kun merasakan sakit di kepala bagian belakangnya, ia menoleh dan mendapati segerombolan itu yang terlihat mengejeknya. 

"Ada apa dengan kalian?" Kun kini memegang kepala bagian belakangnya yang terasa sakit. "Kami? kau berbicara dengan kami?" salah satunya menyahut tapi Kun malah diam, tatapan mengejek itu menakutinya. Si anak itu mendekat, "Kau... cuih!" tak dapat disangka tiba-tiba Kun diludahi oleh anak itu, jelas di detik berikutnya Kun ditertawakan oleh semua anak nakal itu.

Kun yang mendapat perlakuan seperti itu langsung saja melarikan diri, dia tidak berani untuk sedikitnya menolehkan kepalanya ke belakang, dia lari sekuat tenaganya untuk menjauhi kerumunan orang-orang tersebut. 

.

.

.

Kun tahu dia anak yang lemah dan berbeda, dia sudah merasakan itu sejak lama, Kun tidak tertarik dengan wanita, namun dia tertarik dengan hal yang berbau feminin, awalnya ia kira karena dia lahir di keluarga tanpa kasih sayang dan perhatian.

Orang tuanya sibuk bekerja, kakak perempuannya sibuk di dunia entertaiment, Kun dan kakaknya berbeda usia sekitar sepuluh tahun lebih muda dari kakaknya, dulu dia dekat dengan kakaknya dan menjadi teman yang baik, namun seiring waktu berlalu kakaknya semakin sibuk dengan pekerjaannya dan kini dia kesepian.

Dulu waktu ia masih kanak-kanak Kun sering mengajak main para pembantu yang ada di rumahnya tersebut, tapi semakin dia dewasa dia semakin sungkan, apalagi dengan perbedaan dirinya itu. Kun hanya merasa malu, bahwa dia memiliki perbedaan yang aneh.

kembali ke keadaan Kun saat ini. Nafasnya terengah dia terduduk di tanah karena rasa lelah setelah berlari cukup jauh dari kelasnya, dia lari ke belakang sekolah dimana disana terdapat tanah luas berumput dan gudang kumuh yang kosong, dan terlihat seperti berhantu.

Matanya menangkap bayangan sesosok sedang duduk membelakangi kaca jendela satu satunya disana, gudang itu lumayan jauh dari tempat Kun terduduk sekarang, makanya dengan mata minus itu Kun berusaha menajamkan matanya, fokusnya terlalu terpaku kepada gudang kosong tersebut sampai tak sadar ada seseorang sedang berdiri di belakangnya.

Kun memajukan sedikit pandangannya kepada sosok itu, masih merasa curiga dengan bayangan di gudang itu.

"Hei apa yang kau lihat?"

"WAAA!!"


TBC 

Selagi Rich & Loyal dalam masa kepenulisan kita baca dulu buku ini ya... jangan lupa vote dan komennya yaa makasihhh

CandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang