ANAK BARU?

67 8 0
                                    

"Hei kamu liat apa?"

"WAAA!!"

Tangan ramping, panjang dan dingin menyentuh bahu Kun seraya bersuara dengan nada datar yang sangat dingin. Tentu saja hal itu membuat Kun panik ketakutan, dia pun langsung meringsut menjauh, menatap nyalang seseorang yang mengejutkannya itu.

"Kau mengejutkanku!" tukasnya geram, Kun berdiri sembari membersihkan celana seragam panjangnya dari tanah dan rerumputan. Wajah orang itu masih datar tidak ada ekspresi sama sekali, membuat Kun sedikit begidik.

"K-kau siapa?" Kun bertanya pasalnya orang itu terus mentapnya dengan intens, dan mata elang itu seolah-olah menguliti Kun hidup-hidup, ditelannya kasar ludah itu. Kun jadi kikuk dibuatnya pasalnya pria itu hanya menatap lurus pada kedua retina Kun.

"Anak baru?"

"Y-ya?"

"Kau," sengaja pria itu menunjuk Kun dengan dagunya, dua tangan bebasnya kini ia masukan ke kedua saku celananya menatap semakin tajam kearah Kun. Kun gugup setengah mati. Dia diam dan tak berkutik sama sekali, Kun hanya diam sembari mengulum bibirnya beberapa kali, serangan kecemasannya kambuh lagi, dia kaku sekarang.

"Apa kau bisu?" Kun menggeleng heboh, dengan terbata Kun pun menjawab. "I-iya a-a-anak b-baru, -eh-h-kh i-i-tu k-ke-kelas sep-sep-sep.. s-s.. sepuluh!" Kun berusaha mati-matian menekan kepanikannya membuat dia terbata, Kun menunduk dalam, napasnya terengah, jarinya bertaut, keringat mulai membasahi pelipisnya, bahkan embun sedikit menutupi kacamata yang ia gunakan saat ini.

Pria itu menatap Kun dari atas sampai bawah dengan pandangan menelisik, walau Kun tidak melihat itu tapi dia bisa merasakan bahwa mata pria itu sedang menelisik seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah.

Membuat Kun teringat masa dimana ia terpergok temannya menggunakan lipstik di kamar mandi laki-laki oleh teman sebayanya, yang juga kebetulan sedang berada di toilet yang sama dengannya. 

Pria itu mengucapkan kalimat-kalimat kotor yang menjabarkan bahwa Kun seharusnya tidak menggunakan lipstik, tapi perempuan, dan dengan seenak jidatnya anak itu mengatakan "dasar jalang". Itu menjadi alasan utama kenapa Kun sangat takut berhadapan dengan orang.


Flashback

Tiga tahun yang lalu, Kun baru saja memasuki masa pubertasnya, kini dia duduk di bangku SMP, Kun terlihat sangat pendiam dan tertutup, anak itu tampak malu-malu berkenalan dengan teman barunya, awal tahun Kun masih baik-baik saja, namun ketika measuki pertengahan tahun.

Ketika salah satu teman sekelas Kun tak sengaja menemukan jepitan ramut di tasnya, berita itu menyebar ke seluruh antero sekolah kalau dia memiliki seorang pacar, oleh karena itu para murid yang lain melaporkannya ke pihak sekolah.

"Jadi apa benar kamu memiliki kekasih Kun?" Anak itu menunduk dalam, diam tidak merespon untuk beberapa saat, "Kamu tahu bukan bahwa di sekolah ini tidak diperbolehkan untuk memiliki kekasih, bahkan kamu masih duduk di kelas satu, bagaiman akamu bisa memiliki kekasih Qian Kun?" guru itu sedikit lebih menegaskan nada bicaranya, membat Kun semakin menunduk dalam.

"Qian Kun?"

"I-itu punya saya bu!" Kun menjawab lantang. Kepalanya masih menunduk tapi tubuhnya mulai gemetar, si guru tampak terdiam. "Kamu? kamu pakai ini?" Kun mengangguk sebagai jawaban. "I-itu jiejie Kun yang kasih." Kun semakin mengeratkan tautan jari-jarinya saat ia berhasil melihat mata si guru.

"Bukankah peraturan bertata krama disekolah ini, laki-laki harus menggunakan atribut laki-laki, lantas kenapa kamu pakai ini Kun?" satu tetes air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya, Kun hanya tidak kuat dengan tekanannya, dan terpojokkan. "Maaf bu.." suara Kun sudah benar-benar bergetar. 

Dia keluar ruangan dengan derai air mata menemaninya. Kun berlari menuju perpustakaan sekolah. Kun masuk dengan perlahan, bahkan ia berani menggigit bibirnya kuat-kuat agar tidak menimbulkan kebisingan, ia tutup pintu itu pelan-pelan lalu berjalan menuju celah rak buku terpojok, dia menekuk kakinya disitu, menenggelamkan kepalanya dan isakannya di dua perlipatan tangannya.

Kun menangis disana, dia hanya takut, takut teman-temannya tahu bahwa dia berbeda. Kun takut tidak lagi memiliki teman, dia kesepian dan benar-benar kesepian. Kun mengelap ingusnya dengan lengan seragam panjangnya. 

Di ujung ruangan seseorang sedang menatapnya, dia hanya melihat tanpa ada niatan membantu atau menegur setidaknya anak itu, bahwa mengelap ingus dengan ujung kemeja seragam itu menjijikan. Lantas dia pun pergi meninggalkan Kun sendirian dengan ingus dan air matanya.

.

.

Kembali ke masa sekarang, orang itu masih tidak merespon apapun setelah Kun menjawab pertanyaannya. "Kelas bahasa 5?" pria itu bertanya kembali, Kun mengangguk, tubuhnya sudah gemetar tak karuan, ingin pergi secepatnya namun kaki ini terasa terpaku dibuatnya.

"Sicheng, Dong Sicheng." Sebuah tangan terulur didepan Kun, jantung Kun berpacu terlalu cepat, dia berpacu dan berpacu, tangannya berkeringat bagaimana ia menjabat tangan itu. Maka dari itu Kun hanya menundukkan tubuhnya, menyapa dengan formal tidak mau membalas uluran tangn Sicheng yang masih mengudara, melihat itu Sicheng jadi tersenyum masam.

"Apa kau takut padaku?" terlalu gamblang, begitu perasaan Kun, saat si Sicheng itu berujar demikian, Kun karena takut jadi dia pun mengangguk kaku, walau tidak terlalu yakin dengan anggukan kepalanya, tapi Kun tetap mengangguk. 

"Kau tidak perlu takut padaku." Terlambat, Kun sudah ketakutan setengah mati disini, jantungnya bahkan terasa sakit, dan napasnya terengah. Kun yang menunduk, jelas bisa merasakan seluruh getaran takut diseluruh tubuhnya, bahkan kini ia merasakan pusing yang luar biasa. 

Sebelum Kun bisa mengangkat kepalanya, tubuh itu sudah terlanjur ambruk dengan peluh membasahi wajah pucatnya.


TBC

CandalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang