4. Tiba-tiba

0 0 0
                                    

Elegi menuruni anak tangga dengan tergesa, tangannya sibuk memasang kancing baju kemejanya, dengan rambut yang masih acak-acakan, tas yang tersampir di satu bahu. Laki-laki itu berpenampilan sangat kacau.

Sekilas ia melirik arah pantry, menemukan ibunya yang sudah menyiapkan menu sarapan dimeja makan. Elegi mendengar ibunya menyerukan namanya berkali-kali, namun ia bersikap tak acuh, tetap berjalan ke arah pintu utama. Masih kesal dengan perdebatan tadi malam.

"Egi, sarapan dulu!" panggil ibunya setelah Elegi mencapai batas pintu utama.

"Udah telat," teriak Elegi dari perkarangan rumah. Tentu saja, penampilannya yang berantakan diakibatkan anak laki-laki itu yang merasa kesiangan dan buru-buru pergi.

Elena mengerutkan keningnya setelah mendengar jawaban Elegi.

o0o

Pagi-pagi sekali Rain sudah keluar dari kostan, berjalan di gang yang masih sepi sendirian menuju halte bus. Dari jauh ia melihat ada laki-laki dengan balutan almamater yang sama dengannya berdiri dihalte seorang diri, karena memang sekarang terlalu pagi untuk orang-orang mulai beraktivitas. Rain menyipitkan matanya, seperti mengenal sosok itu.

"Lo ngapain disini Gi?" tanya Rain saat mengetahui laki-laki itu benar Elegi. Laki-laki itu menoleh, Rain memperhatikan penampilan Elegi sangat rapi dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Dasar cowok keren, puji Rain dalam hati.

"Lo disuruh bawa perlengkapan untuk hari ini kan, gue cuma mau bawain aja," ujar Elegi. Rain tersenyum, ternyata laki-laki ini bisa bersikap baik padanya sekarang.

"Emangnya lo tahu dari mana?" tanya Rain.

"Grup diskusi," jawab Elegi singkat. Pandangannya kini kembali menatap lurus jalan raya.

"Woah, ada yang udah mulai rajin nyimak grup nih," ledek Rain. Elegi hanya melirik sekilas, tidak merespon sama sekali.

"Jihan yang nyuruh gue..." ucapan Rain terhenti, terkejut saat laki-laki itu sedikit membungkuk mengambil alih beberapa kantong plastik dan paper bag berisi perlengkapan tim nya dari tangan Rain.

Kemudian Rain mengangkat tangan kanannya untuk melihat jam tangan yang melingkar disana. Masih jam lima pagi, apa ada bus sepagi ini? Pikir nya.

Tiba-tiba sebuah mobil dengan tulisan taksi diatasnya berhenti tepat dihadapan mereka. Elegi bergerak maju, membuka pintu mobil kemudian masuk kedalam bersama barang bawaannya yang berhasil ia rampas dari Rain. Rain mengerutkan kening melihat tindakan Elegi yang seperti itu, bisa saja tanda bahwa laki-laki itu akan pergi tanpa mengajaknya. Rain hendak menggerakkan kakinya, namun anggota tubuhnya itu tidak bisa bergerak, menahannya untuk melakukan keinginan Rain. Kenapa kakinya ini tidak mendengarkan perintah syaraf motoriknya sih.

"Heh, malah diem. Buru masuk!" suruh Elegi dari dalam mobil.

Sedetik kemudian Rain tersadar, Elegi tidak sejahat seperti di pikirannya, pria itu mengajaknya, tidak mencoba meninggalkannya.

Sesaat Rain tersenyum, lalu melangkah maju masuk ke dalam taksi.

o0o

Acara festival perayaan ulang tahun kampus tahun ini sudah dibuka oleh kepala direktur. Semua nya sudah dijadwal dan terbagi menjadi tiga sesi. Dimulai dengan acara sambutan yang sudah dilakukan tadi pagi, lalu dilanjut siang ini dengan acara hiburan, dan akan diakhiri dengan acara inti, nanti malam.

Siang ini cuaca cukup bagus, beberapa awan menghiasi langit biru diatas. Namun matahari tak terlalu terik, membuat para mahasiswa beraktivitas melakukan tugasnya masing-masing tanpa merasa kepanasan, di lapangan yang berada ditengah-tengah halaman kampus.

ELEGI ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang