Yvanna mengajak Ben mendekat ke arah Arini ketika melihat sosoknya muncul di ambang pintu rumah. Manda pun juga ikut mengajak Jojo untuk mendekat seperti yang dilakukan oleh Yvanna dan Ben. Yang tersisa di halaman rumah hanyalah Tika, Zian, Lili, dan Aris. Arini berjalan beberapa langkah ke teras, lalu berhenti tepat di hadapan Yvanna.
"Assalamu'alaikum, Bu," ucap semuanya dengan kompak."Wa'alaikumsalam. Pekerjaan kalian sudah selesai?" tanya Arini, berusaha untuk tetap tersenyum.
Sejenak semua orang terdiam. Yvanna meraih kedua tangan Arini dan menggenggamnya dengan lembut.
"Ibu tidak usah khawatir. Semua akan baik-baik saja dan tidak akan ada yang berubah," bisik Yvanna.
Kedua mata Arini pun berkaca-kaca, ketika mendengar apa yang dibisikkan oleh Yvanna. Arini seharusnya bertanya-tanya, bagaimana bisa Yvanna mencoba menenangkannya padahal belum tahu ada masalah apa yang terjadi saat itu. Namun Arini segera mengingat, bahwa Yvanna mungkin saja telah mendapatkan firasat sebelum tiba di rumah.
"Apakah kamu sudah ...."
"Iya, Bu," potong Yvanna. "Aku sudah tahu. Jadi mari kita masuk, biar aku yang hadapi semuanya."
Arini pun menyetujui ajakan Yvanna dan segera berjalan bersama dengan menantunya tersebut. Tika, Zian, Aris, dan Lili kini mengikuti langkah mereka menuju ke rumah Arini. Ketika mereka tiba di dalam rumah, semua tatapan anggota Keluarga Harmoko tertuju tepat ke arah Yvanna yang saat itu sedang merangkul Arini. Sosok Larasati tampak sangat berbeda malam itu dan sama sekali tidak menunjukkan sisi dirinya yang biasa.
Alfian ada di antara anggota Keluarga Harmoko. Hal itu membuat Lili mendadak mengerenyitkan keningnya sambil bertanya-tanya dalam hati, mengenai apa tujuannya ikut bersama Keluarga Harmoko ke rumah Keluarga Adriatma. Larasati pun bangkit dari sofa dan langsung menatap ke arah Lili.
"Lili, mulai sekarang kamu harus menjauh dari Aris. Kamu bukan calon Istrinya lagi, melainkan calon Istri Dokter Fian," tegas Larasati, benar-benar tampak sudah bulat dengan keputusannya membatalkan perjodohan antara Lili dan Aris.
Lili maupun Aris saat itu jelas merasa sangat terkejut ketika mendengar hal tersebut. Ayuni tampak hanya bisa menangis, karena sedang menyesali sesuatu yang menjadi penyebab dibatalkannya perjodohan antara Lili dan Aris. Sementara Bagus saat itu masih berupaya ingin membicarakan ulang semuanya kepada Larasati, meskipun Larasati sama sekali tidak menanggapinya sejak tadi.
"Apa, Bu? Ibu tidak salah bicara, 'kan?" tanya Lili, tampak tidak bisa menerima keputusan sepihak itu.
"Kapan menurutmu Ibu pernah salah bicara? Ibu benar-benar serius, Liliana Harmoko. Kamu sekarang adalah calon Istri Dokter Fian, bukan calon Istri Aris," jawab Larasati.
"Dan Ibu mau punya menantu yang pendiriannya tidak tetap seperti Dokter Fian? Dia itu orang yang mudah dihasut, Bu. Sedikit saja dia dihasut oleh Dokter Ratna, maka aku akan langsung dibuang oleh dia," jelas Lili.
Alfian pun bangkit dari sofa dan menatap ke arah Lili.
"Lili, aku benar-benar minta maaf soal ...."
"Diam, kamu!" bentak Lili kepada Alfian. "Jangan pernah kamu keluarkan suaramu yang sok lembut dan manis itu di hadapanku! Aku jijik mendengarnya!"
"Lili! Tutup mulut kamu! Jangan bertingkah begitu terhadap calon Suami kamu!" Larasati kini membentak Lili.
"Tidak, Bu! Maaf kalau aku jadi terkesan kurang ajar pada Ibu. Aku tidak mau dijodohkan dengan Dokter Fian! Aku hanya akan memenuhi janjiku pada Kak Aris, bahwa aku akan menikah dengannya setelah dia menyetujui perjodohan denganku yang telah diberitahukan oleh kedua orangtuanya! Aku tidak akan menikahi pria manapun, jika itu bukan Kak Aris!" tegas Lili.
"Kamu tidak berhak mengatur di dalam keluarga kita!" tegas Larasati.
"Dan kamu pun tidak berhak mengatur Lili di dalam keluarga kami!" balas Yvanna, mendadak buka suara.
Narendra, Pram, Tio, dan Reza kini menatap ke arah Yvanna, usai mendengar apa yang baru saja terucap dari mulut wanita itu. Arini yang ada di sampingnya pun terlihat cukup kaget karena mendengar Yvanna memanggil Larasati dengan panggilan 'kamu', bukan 'Ibu' seperti biasanya.
"Lihat itu, Ayah. Lihat sendiri. Sekarang Ayah percaya 'kan padaku, bahwa anak-anak perempuanku sudah berubah sejak menjadi menantu Keluarga Adriatma?" tuduh Larasati.
Pram menatap tajam ke arah Yvanna, sementara Yvanna tetap menatap lurus ke arah Larasati dengan wajah yang begitu tenang.
"Yvanna, cepat minta maaf pada Ibumu. Kalau kamu tidak melakukannya, maka Kakek akan menyeretmu pulang malam ini juga dan membuatmu bercerai dari Ben!" tegas Pram, tak main-main.
Ben terkejut saat mendengar ancaman yang Pram ucapkan. Ia tak menyangka akan mendengar ancaman seperti itu tercetus dari mulut anggota Keluarga Harmoko.
"Dia tidak akan pernah meminta maaf padaku, Ayah. Dia merasa bahwa sekarang kita bukan lagi keluarganya, jadi dia tidak akan merasa takut meski Ayah mengancamnya seperti itu," ujar Larasati, tampak menatap penuh kebencian ke arah Yvanna.
"Yvanna!!! Cepat minta maaf!!!" teriak Pram, sambil menghentakkan tongkatnya.
Yvanna melepas rangkulannya dari Arini dan tersenyum seraya melakukan postur berdiri yang biasa dilihat oleh Pram di masa lalu, pada diri seseorang yang begitu dikenalnya.
"Apa kabar, Seruni?" tanya Yvanna ke arah Larasati. "Sudah lama sekali kita tidak bertemu dan kamu masih juga tidak berubah. Masih saja berusaha menghasut Mas Pram seperti di masa lalu."
Larasati mendadak menegang dengan wajah memucat. Sementara Pram kini berdiri perlahan dari sofa dan menatap ke arah Yvanna.
"A--apa yang kamu maksud, Yvanna?" tanya Pram, sedikit gemetar.
Tatapan Yvanna pun beralih dari Larasati kepada Pram.
"Kamu juga masih sama saja, Mas. Masih sangat mudah dihasut oleh Seruni. Setelah aku mengorbankan diri untuk menyelamatkan keluarga kita, bisa-bisanya kamu membiarkan Seruni merasuki pikiran Putri kita selama delapan belas tahun terakhir. Dia gagal menumbalkan kewarasanku, tapi kamu justru membiarkannya menumbalkan kewarasan Laras. Teganya kamu, Mas," ujar Yvanna.
"Tutup mulut kamu, Yvanna!!! Jangan coba-coba kamu mempengaruhi Kakekmu dengan berpura-pura kerasukan arwah Ne--"
BRUAKHHHH!!!
Yvanna mendorong Larasati ke tembok tanpa mendekat dan tanpa menyentuhnya sama sekali. Hal itu benar-benar membuktikan bahwa saat ini yang ada di tubuh Yvanna, bukanlah Yvanna. Apa yang dilakukan oleh Yvanna hanya bisa dilakukan oleh Almarhumah Nenek wanita itu.
"Aku adalah Asmarani Harmoko, Seruni. Kemampuan Cucuku sudah sampai pada puncak ilmu putih saat ini, sehingga aku yang sudah menjelma sebagai khodamnya bisa dengan mudah berganti tempat dengannya, sesuai dengan yang dia inginkan. Sekarang ... cepat keluar dari pikiran Putriku atau aku akan membuatmu menyesal. Jika kubiarkan Yvanna mencarimu, maka kamu tidak akan pernah lolos dari cengkeramannya," ujar Yvanna, benar-benar selembut cara bicara Almarhumah Asmarani.
Larasati terlihat menyeringai ke arah Yvanna. Semua orang menahan nafas mereka masing-masing ketika melihat seringai mengerikan itu.
"Aku akan pergi untuk saat ini, Asmarani. Tapi aku pasti akan bisa selalu kembali untuk menumbalkan kewarasan Putrimu kapan pun yang aku mau, seperti yang sudah sering kulakukan selama delapan belas tahun terakhir. HA-HA-HA-HA-HA-HA!!!"
Setelah tertawa mengerikan seperti itu, makhluk kiriman Seruni pun keluar dari bagian belakang kepala Larasati, sehingga menyisakan tubuh Larasati yang kini tergolek lemah di dinding rumah Keluarga Adriatma.
"LARAS!!!" teriak para orangtua, seraya meraih tubuh itu usai Yvanna melepaskannya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL WARAS
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 7 Satu masalah baru saja selesai, masalah lain kembali datang menghampiri. Semua orang yang ada di sekeliling Yvanna harus bertahan dengan apa yang mereka yakini sebagai hal yang benar. Jika ada salah satu yang...