"JALANG LO. BANGGA LO DI PUJI SAMA COWO HAH? BANGGA LO?" Bentak lelaki itu sembari meremas kuat bahu Renaya.
Azren, lelaki dengan mata tajamnya itu menatap intens gadisnya.
"MAU LO APA? GUE GAK DANDAN LO BILANG MALU JALAN SAMA GUE, GUE DANDAN LO KATA JALANG. MAU LO APA REN MAU LO APAA?" ujar Renaya dengan suara yang tak kalah keras.
Di sinilah mereka bertengkar. Di dalam rumah bernuansa putih, terlihat mewah. Namun siapa sangka, rumah sebesar ini hanya ditinggali oleh Renaya, bi Asih, pembantunya dan pak Tiko, supirnya.
"Bangsat"
"Akkhh"
Renaya merasakan perih dikepalanya. Rambutnya ditarik oleh Azren.
"Gue peringatin lo ya, lo gak usah kecentilan di depan cowo. Keliatan murahannya TAU GAK"
"KALO MAU NGEJALANG DI GUE AJA GAK USAH KE COWO LAIN ANJING"
Azren melepaskan tangannya dari rambut Renaya.
"Maaf" Azren meraih tangan Renaya.
Renaya tersenyum getir. Selalu seperti ini.
"Gue capek Ren, gue capek. Bebasin gue Ren, gue capek sama lo"
Renaya mengusap kasar air matanya.
"LO KIRA GUE APA REN? LO KIRA GUE ORANG GAK PUNYA HATI? LO KIRA MINTA MAAF SETELAH SEMUA PERKATAAN YANG LO KELUARIN BUAT GUE BISA NYEMBUHIN HATI GUE? Engga Ren, gue sakit!" suara Renaya mengecil di akhir kalimatnya.
"Lo gak bisa lepas dari gue" Azren menatap dingin Renaya.
Renaya tau, ia tidak akan bisa lepas dari Azren.
×××××××
Renaya membuka matanya perlahan. Sinar matahari menyorot dari jendela kamarnya. Ia bangun perlahan, berjalan menuju meja rias yang berada di seberang ranjangnya.
"Hey, mata lo jelek banget" ujar Renaya sembari mengusap cermin di depannya.
Kejadian semalam membuatnya menangis sepanjang malam.
Renaya lelah.
Ia lelah dengan takdir hidupnya. Keluarga, cinta, pertemanan, tidak ada satupun yang berpihak padanya.
Menyedihkan, itulah kata yang cocok untuknya. Gadis yang kini tengah duduk dibangku sekolah menengah atas.
Renaya Almeira..
Nama yang sangat cantik. Begitupun orangnya. Renaya yang terkenal dengan kecantikannya, keberaniannya dan juga keceriannya."Ayo Nay pasti bisa pasti bisa" ucap Renaya sebelum keluar dari mobilnya yang sengaja ia berhentikan lumayan jauh dari sekolah.
"Nanti kalo pulang telpon ya non" ujar pak Tiko-supir Renaya.
"Iya pakk"
Renaya berjalan dengan santai memasuki sekolahnya. SMA Praja Mukti, sekolah swasta elite yang terkenal di kotanya. Bukan, Renaya bukan anak beasiswa. Dia bahkan mempu membeli sekolah ini dua kali lipat.
"Eh itu anak yang tiap hari jalan kaki kan"
"Cantik sih tapi miskin"
"Kasian ya gak punya temen"
"Kok Azren mau sih sama dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
AZRENAYA
RomanceRenaya tak pernah membayangkan bahwa kehidupannya akan semenyedihkan ini. Apa semua ini yang dinamakan takdir Tuhan? Kenapa harus Renaya? Apakah orang lain juga pernah merasakan seperti ini? "Anjai gue kuat banget" -Renaya Almeira