Apa kamu pernah membayangkan hidup kembali dari kubur untuk membalas dendam?
Earl Syua mengenakan seragam yang bersih dan rapi. Namun kaki dan tangannya tidak benar-benar bersih. Ketika Syua memasuki kelas dengan tiba-tiba, seluruh isi kelas menjadi pucat, meski lebih pucat kulit Syua.
Rambut hitam Syua dikepang dua, dengan poni menutupi luka jahitan di kening memanjang ke pelipis. Tangan Syua melambai pada teman-temannya, dengan kuku penuh tanah di sela-sela jarinya. Syua menyapa.
"Hai!"
Semua pasang mata menatapnya dengan mata yang nyaris melompat keluar. Juga berharap kalau-kalau kali ini bukan mereka yang masuk kuburan.
Guru hanya menjelaskan kalau Syua selamat dari insiden 'itu' dan akan mengikuti membelajaran seperti biasanya. Semua benak anak-anak berpikir untuk bertindak seperti biasanya. Tanpa terlihat, ada yang panik mengigiti kukunya, berkeringat dingin dan menatap Syua dalam keheningan.
Bel istirahat berbunyi diikuti dengan Syua yang menggebrak mejanya dengan keras. Saat itu, pintu kelas sudah ditutup oleh guru, cahaya siang hari membuat kelas amat terang tapi tidak dengan suasanya yang jadi mencekam.
"Kalian tahu benar kalau aku sudah tidak bernapas kan? Waktu 'itu'." Ucap Syua menekan kata 'itu' dengan pandangan menusuk ke setiap murid. Tangan Syua membuka ritsleting tasnya. Tak ada yang berpaling dari tiap pergerakan Syua. Syua merongoh dengan perlahan. Lalu mengacungkan sebilah pisau, obeng, gunting yang diraup hanya dengan satu tangan.
"KYAAAA!!!" Teriakan dengan suara sofran naik hingga oktaf tertinggi. Kini mereka semua berdiri dengan lutut lemas.
"Syua tolong kembali seperti biasa." Itu ucapan sang ketua kelas, pria dengan kacamata yang duduk di meja depan dekat jendela.
Syua tertawa cekikikan, semakin kencang dengan tiap langkah yang mendekati Keenan.
"Peraturan yang pertama adalah bersembunyi, maka aku akan menemukanmu. Peraturan yang kedua adalah semua berakhir kalau kau sudah tepat berapa di hadapanku." Tepat setelah mengatakan peraturan petak umpat ala Syua, Keenan menelan saliva berat. Keenan tidak bisa lari lagi saat gunting mengayun dan menusuk matanya, menembus kacamata yang dipakainya.
Darah pertama muncrat mengenai Syua. Beberapa anak lari terbirit, berebut untuk menggeser pintu. Mereka saling menjepit untuk melarikan diri dari Syua. Sedangkan Keenan berteriak kesakitan, mundur perlahan hingga punggungnya menempel dengan jendela.
"Ma ... maaf ... maafkan aku Syua, aku tak bermaksud unt—" Kalimatnya terputus oleh cengkraman di kemejanya. Syua mengangkat Keenan tinggi entah berasal dari mana kekuatannya namun Keenan sudah panik dan merasa sesak.
"Matamu pantas aku lubangi untuk setiap potret celana dalam yang kau ambil diam-diam, brengsek!" Setelahnya Syua mendorong Keenan hingga terjatuh dari kelas lantai 4. Syua membalikkan tubuhnya, tidak ada siapa pun lagi di dalam kelas.
***
"Aku benar kan kalau dia bangkit dari kubur?!"
"Secara teknis dia hanya tertimbun bukan masuk ke liang kubur."
"Dan itu adalah kecelakaan."
Percakapan dari 3 wanita saling bersahutan. Ketiganya lari terbirit tak tentu arah hingga tiba di kantin sekolah. Kantin yang ramai memberikan mereka ide untuk selamat dari petak umpat gila ini.
Mereka duduk sambil memeluk lutut. Lily, gadis dengan rambut terurai sebahu menyandarkan kepalanya pada Anne si gadis dengan bintik di pipinya. Di samping Anne, Alana tengah mengigit bibirnya dan menghembuskan napas sesekali.
"Aku lapar." Lily mengeluh dengan bibir mengerucut.
"Aku jadi teringat waktu Anne menungkan susu ke dalam sup Syua." Cerita Alana yang dibalas lagi oleh Lily. "Aku malah masih ingat waktu wajah Syua penuh nasi dan sayur."
"Itu karena kau menjegal kakinya."
"Tidak-tidak kalau aku hanya menyiramnya dengan sup, kau yang menjegal." Sebelum saling membalas siapa yang memperlakukan Syua dengan paling menyedihkan, Syua menemukan ketiganya di balik meja kitchen sambil tersenyum lebar.
"Yah ... yang mana pun aku tidak pernah menghabiskan makananku sehingga tubuhnya hanya tulang belulang saja." Itu adalah suara Syua yang menyahut dengan santainya.
Mereka bertiga mematung. Dalam benaknya teringat dengan peraturan yang Syua ucapkan.
"Benar sekali kalian berakhir kalau sudah kutemukan."
Byuurrrr
Syua menyiram satu kuali penuh sup ayam yang mendidih.
"PANAS! TOLONG!" Anne mengangkat tangannya melepuh hingga kulitnya seperti meleleh dan kemerahan bak daging yang sudah matang. Tulang putihnya mulai timbul menandakan Syua bukan hanya menyiram air panas mendidih, tapi dengan cairan keras.
Lily terengah dan beranjak panik. Menubruk laci yang terbuka dan terpeleset hingga kepalanya bocor. Darah merembes dari tempurung kepalanya. Dan sama dengan Anne sekujur tubuhnya meleleh melubangi beberapa bagian tubuhnya.
Alana hanya terkena percikan cairanya menahan pedih dengan memohon ampun pada Syua.
"Syua tolong jangan bunuh aku. Kita teman kan? Aku bahkan menemanimu pulang sekolah."
"Kau memang menemaniku pulang sambil menarik kuku-kuku tanganku untuk koleksi di tanganmu, kan?"
Alana menyembunyikan jemarinya. Namun Syua kembali berkata, "Kau sudah berakhir."
Syua menarik paksa tangan Alana. Menariknya ke papan tempat memotong daging. Mengambil pisau paling besar untuk memotong satu persatu jemari Alana. Alana menjerit seperti orang gila setiap pisaunya memotong kuku, daging dan membelah tulangnya.
Syua tersenyum puas, senyum lebar dengan percikan darah memenuhi wajahnya, seragamnya dan sepatunya.
"Tentu saja aku belum puas." Syua menjentikkan jarinya dua kali. Tak lama suara bergemuruh terdengar. Hingga semua ventilasi udara terbuka dan itu adalah hewan pengerat yang siap mengigiti ketiganya sampai mati.
***
Syua berjalan dengan cepat. Menggebrak tiap pintu kelas. Melayangkan tangannya di udara untuk setiap tikungan.
"Door!" Ucapnya sendiri tapi nihil tidak ada siapun di tiap tikungan.
Syua mendongak membaca plang tulisan toilet di atasnya.
"Nath, aku tahu kau bersembunyi di bilik itu." Syua menggoreskan pisaunya ke cermin membuat suara bising yang menganggu. Kaki Syua menendang tiap bilik satu per satu.
Brakk
"Wah bukan di sini ya."
Kini tangannya mendorong bilik sebelah dengan tangan, isinya masih kosong. Syua masuk dan menaiki kloset. Mengintip bilik yang belum ia buka. Matanya melotot dan senyum lebar memamerkan gigi rapinya.
"Knock knock knock Kau ketahuan Nath."
Syua menaiki bilik tapi Nathan membuka pintu untuk kabur. Sebelum langkahnya menjauh seragamnya ditarik lebih Syua dari belakang. Merangkulnya dengan penuh tenaga dan memaksa Nathan melihatvke cermin sambil menempelkan pisau ke pipinya.
"Aku minta maaf Syua. Sungguh! Aku tidak bermaksud!"
"Peraturan kedua, kau tamat kalau kutemukan, kan?"
"Kejadian 'itu' bukan salahku!" Teriak Nathan sekuat tenaga. Padahal tubuh Syua lebih kecil tapi saat ini Nathan dibuat tak berkutik. Bahkan untuk sekedar menggeserka tubuhnya.
"Kau menggodaku, menyelamatkanku, memberiku hadiah. Tapi malam 'itu' kau mempermalukanku di tengah api unggun. Membuatku berlari di hutan. Membuat anak-anak mengejarku dan hanya menontonku saat aku jatuh dari tebing."
"ITU ADALAH KECELAKAAN!" Teriak Nathan.
"Kecelakaan oleh kesalahanmu." Bisik Syua dan lanjut berucap, "kau bilang akan memberikan hatimu untukku, aku kembali untuk menagihnya."
Tubuh Nathan memberontak kala pisau berhasil merobek kemejan yang akan menyayat kulitnya juga. Dan tanpa lama Syua menusuk dalam dada Nathan dua kali. Merongohkan tangannya dan menarik dengan paksa jantung Nathan keluar dari tubuhnya.
"Jantung sama seperti hati kan? Pokoknya aku ambil jantungmu. Hey hey hey! Kok kau tidak menjawab? Pokoknya terima kasih Nathan. Hmmm ... matanya sudah menutup. Oke selamat tidur sayangku."
Semua anak kelas menyaksikannya lewat video streaming CCTV. Petak umpet yang pertama, kedua, ketiga yang mungkin akan menghantui mereka dengan rasa akan ditemukan Syua. Bagaimana pun mereka tidak terbunuh, tapi mentalnya yang terbunuh karena ikut membunh Syua lewat kejadian 'itu'.The End
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek TUM1S
Cerita PendekCerita tentng Earl Syua bangkit dari kematian. Hide and Seek! Cerita ini dipersembahkan untuk TUM1S Sirius Ink Party.