The world drew borderlines, will they cross?
***
Dilepas tanpa peta, pikir mereka bebas yang terwacana. Sangkar tak dikenal, batas terasingkan. Tak secarik pun kata menuntun raga harus ke mana. Sekehendaknya saja, tiada harap yang harus dipenuhi, atau sekadar nasihat untuk tak diseberangi.
"Beruntungnya kamu," entengnya terucap sembari beradu soal beban siapa yang paling berat.
Buta. Mereka tak melihat bahwa raga itu berulang kali tersesat.
Tuli. Jeritannya tak didengar, padahal dia meminta tolong untuk dijatuhi harap agar tahu mengapa harus tetap setia pada hayat.
Bodoh. Mereka tak menyadari, bahwa tiada batas juga adalah batas. Paling tak terlihat, tetapi menyengsarakan bak muslihat.
Ah, bukannya memang kodrat? Anak tengah tak perlu dipandang, tak repot-repot dijatuhi harapan.
"Mah, Pah, Kakak ingin penuhi pinta kalian, tetapi bagaimana bisa jika ia bahkan tak pernah ada?"
Frustrasi. Seolah dilepas di tengah sahara, kanan kiri sama saja. Ia tak memiliki contekan harus memilih arah yang mana. Sekelilingnya adalah ketidaktahuan, yang digambar sebagai batas hingga tak ke mana pun ia bisa.
Sepi sekali, sampai satu bunyi keras didengungkan tepat di depan daun telinga. "Cih, hanya begini? Kamu tidak memiliki kualifikasi untuk memenuhi target kita."
Suara itu bak tantangan, pun mercusuar yang tampak seperti titik kecil dari kejauhan. Jiwa yang selalu pasrah ditempa angin dan debu gurun pasir itu, mendongak dan tersenyum cerah.
Ada, untuk pertama kalinya, dia menerima ekspektasi dari seseorang yang bahkan darah yang sama tidak terbagi di dalam raga.
Seorang sulung penuh ambisi memberinya nyawa, sedang tak banyak yang tahu bahwa punggung anak pertama itu hampir-hampir remuk diimpit bebatuan.
Sejahtera milik keduanya sama-sama masih diperangkap batas. Bersama, entah ia akan memudar atau justru saling berkelindan dan lebih erat memberikan jeratan.
Hai! Lama banget nggak ketemu temen-temen lewat tulisan. Oh iyaa, mungkin ada yang belum nangkep makna tersirat dari prolog ini, jadi aku izin buat kasih warning dikittt, ya.
Jadi, cerita ini sedikit banyak bakal nyinggung persoalan keluarga, terutama yang berkaitan sama anak tengah dan anak pertama. Tapiii, I won't be so rough (menurutkuu), makanya aku gak kasih trigger warning family issue di bab sebelumnya. Kalau kalian ngerasa bakal triggered karena isu ini, aku saranin buat berhenti baca aja, yaaa. Let's only read things that make you comfortable, bukan sebaliknya. Okeee??
Dannn buat temen-temen yang mau lanjut baca, tolong temenin aku nulis ini sampai akhir, yaaa? hehehe. Thank youuu and enjoy!
February 11, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Borderlines - Jeong Jaehyun
RomanceC A M P U S S T O R Y A New Adult Romance *** Harusnya Issa kesal pada supervisor-nya yang menyebut Issa tidak becus di hari pertama dia bergabung dengan divisi Lifestyle Navigasi Media. Akan tetapi, sebaliknya, hidup yang semula berada di ruang...