Sampai dirumah seperti biasa aku selalu chatingan dengannya, tak pernah bosan meskipun yang dibahas hanya itu-itu saja, aku selalu bertanya-tanya ada apa dengan dirinya, tetapi dia selalu mengahlikan pembicaraan.
6 hari telah berlalu tak terasa malam ini adalah malam pergantian tahun, Victoria berkunjung kerumahku dia ingin merayakan akhir tahun ini bersamaku, sekaligus merayakan hari ulang tahunku.
Pukul 12.00 tiba umurku bertambah 1 tahun, banyak kembang api yang bermekaran menghiasi langit pada malam ini, kupikir ini adalah momen yang tepat untuk kami saling mengungkapkan perasaan, tapi nyatanya tidaklah seperti yangku harapkan.
Dimalam ini kami hanya membahas tentang perasaan yang tidak bisa saling memiliki, hubungan kami memang tidak memiliki arah karena perbedaan kami, aku selalu bertanya-tanya untuk apa kami dipertemukan jika tidak bisa dipersatukan, malam ini bukanlah malam yang berbahagia.
Ibu menghampiriku dan zaza dihalaman depan rumahku, membawa 2 gelas minuman dan sepiring cake untuk mencairkan suasana.
"Aduhai dua anak muda ini terlalu hayut dalam percintaan, kenapa kalian bedua malah sedih gitu, udah dulu cinta-cintaannya nih diminum makan dulu" saut ibu melihat kami.
"Iya.. ibu udah, kami gapapa.." dengan nada yang halus aku seakan mengisyaratkan ibu bahwa kami ingin waktu berdua saja.Untung saja ibu paham apa yangku maksud, ibu kembali kedalam rumah meninggalkan kami berdua, setelah ibu pergi tak ada lagi yang kami bicarakan, aku dan dia hanya diam memandangi satu sama lain, dia menyenderkan kepalanya pada bahuku lalu memejam matanya, kini suasana menjadi lebih hangat, aku sangat senang ketika dihadapkan oleh situasi seperti ini.
Singkat cerita hari kelulusannya telah tiba bertempat diaula sekolah, perasaanku bercampur aduk antara sedih dan senang, aku senang dia telah menyelesaikan pendidikan nya, aku sedih kami tidak dapat bertemu disekolah lagi seperti dulu, walaupun hanya berkisar satu tahun dengannya, membuat waktu tak terasa semakin cepat berlalu, sulit untuk merelakannya lulus dari sekolah yang penuh kenangan indah ini.
Tetapi aku sadar disetiap pertemuan pasti ada perpisahan, lagi pula akukan hanya tidak bisa bertemu dengannya disekolah saja, setelah acara perpisahan telah usai, aku menghampirinya dan mengabadikan momen ini dengan foto kami berdua.
Aku melihat wajahnya yang mulai memerah dan bergelinangan air mata, kupikir dia terharu karna kelulusannya, ternyata itu bukan penyebab dia meneteskan air mata, ada sebab lain yang ingin dia katakan, dengan ucapan yang terbatah batah dia mengatakan.
"No minggu depan aku harus berpergian ke Jogja, aku melanjutkan kuliahku disana, ini perintah dari orangtua ku No, maafkan aku" dengan kepala yang sedikit tertunduk dia mengatakan hal itu.Aku tidak tahu dia sedang berbohong atau tidak, tetapi ekspresi dan perkataannya seperti ada hal lain yang dia sembunyikan, aku sangat sedih kini kami harus benar-benar berpisah, hal yang kutakutkanpun terjadi.
"Serius Za!? Kenapa harus kesana? Bukannya dikota ini banyak juga Universitas?" Ucapku sambil merengut tak rela mendengar kabar ini.
"Ini perintah orangtuaku No, aku tak bisa membantah" mau tak mau aku harus merelakannya pergi ke Jogja.Kami menggunakan sisa waktu yang kami punya untuk bersenang-senang, banyak hal yang kami lakukan, banyak hal yang kami kunjungi, banyak hal yang kami abadikan, kami tidak ingin menyianyiakan waktu yang kami punya, aku sadar dia semakin sayang padaku, tapi mau bagaimanapun aku harus merelakannya pergi.
Sabtu 11 juni pukul 8 pagi aku masih tertidur pulas, diriku diriku terbangun mendengar ketukan keras pintu kamarku, saat kubuka ternyata itu Victoria dia menangis sembari memelukku.
"No besok hari keberangkatanku, aku tak siap harus meninggalkanmu, terima kasih telah menghiasi kehampaanku saat masih disekolah, terima kasih telah mewarnai hari-hariku" dia memeluku begitu kencang sampai aku merasa sedikit sesak.Aku mendengar suara teriakan dari dapur rumahku,
"Fanoo!! Zazaa!! ayo makan dulu udah ibu siapkan sarapan" teriak ibu dari ujung rumahku.
"Iya ibu.." Jawabku dengan suara yang masih berat.Ketika dimeja makan ibu bertanya.
"Za kamu serius mau pindah? kasihan si Fano udah sayang banget sama kamu".
"Serius ibu.. Zaza juga udah sayang banget sama Fano tapi mau gimana lagi, ini perintah orangtua Zaza, Zaza gabisa membantah mereka bu" aku hanya terdiam mendengar obrolan mereka sembari menghabiskan makananku.Setelah makan kami berbincang diruang tamu, ponsel Victoria berbunyi dia mengangkat telfonnya lalu berbicara dihalaman rumah, tau akan isyarat itu aku tak menyusulnya kehalaman rumah.
"Sepertinya orangtuanya yang telfon" batinku.
setelah menerima telfon itu dia kembali dengan raut wajah yang lesuh.
"No mamah nyuruh aku pulang mengemasi barang-barangku, tapi aku males banget,ntaran aja pulangnya" ucapnya.Tak sadar aku terbangun, waktu telah menunjukan jam 4 sore, tak sadar dia juga tertidur dipangkuanku, aku membangunkannya sambil mengelus-elus wajahnya.
"Za.. bangun.., Ayo pulang.. ntar mamah marah.." ucapku sembari beranjak dari tempatku.
"iya no.." jawabnya.Sesampai dirumahnya aku berpamitan dengannya, tanpa banyak basa-basi aku langsung tancap gas laju motorku menuju arah rumah, saat diperjalanan pulang terbesit dipikiranku.
"Apa sebaiknya aku setelah lulus nanti aku nyusul dia aja ya? Lagi pula sekolahku tersisa satu tahun aja kok, ga lama".
KAMU SEDANG MEMBACA
Victoria
RomanceCerpen yang berisikan tentang seorang anak laki-laki yang falling in love. Dia Fano bertemu dengan Thirza, gadis disekolah yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Laki-laki bodoh tidak tau akan kemana arah hubungannya, berharap akan terus bersama da...