Scary

26 0 0
                                    

Aku sampai dirumahku pukul 6, aku terbaring diatas tempat tidurku, seperti biasa aku selalu chatingan dengannya, dia memberitahuakan keberangkatannya besok pukul 5 sore dan memintaku untuk menemaninya.

Keesokan harinya jam menunjukan pukul 4 sore, aku bersiap-siap untuk bertemu dengannya dibandara nanti, kupersiapkan diriku sebaik mungkin, karena hari ini hari terakhir kita.

Sesampainya dibandara aku bertemu dengannya, langkahku terhenti sejenak ketika melihat orangtuanya.
"Lah kan yang mau kuliah dia doang, kenapa orangtuanya ikut berangkat juga? Ah positif thinking aja mungkin mereka mau mengantarkan, anak tunggal mereka diawal hari kuliahnya" batinku.

Saat melihatku dia berlari kearahku dan memelukku, tangisnya tidak dapat ia redam lagi dan pecah saat itu juga, tidak banyak kata yang dia ucapkan dia hanya mengatakan.
"Terima kasih Stefano kini kau adalah seorang pria".

Dia melepas pelukannya dan beranjak pergi tanpa menunggu sepatah kata dariku, kata-katanya itu sulit untuk kucerna maknanya, dia memberikanku surat yang mirip undangan berwarna putih cream, disurat itu tertulis untukku Stefano Irvan Zidan.

Aku tidak langsung membuka surat itu, aku hanya ingin melihatnya benar-benar pergi, di saat sisa-sisa waktu kami berdua.

Saat diperjalanan pulang aku mengendarai sepedah motorku, entah mengapa pada saat itu Tuhan seakan tahu isi hatiku, suasana langit yang merah, sepanjang jalan yang sepi membuat perasaan ini semakin menjadi-jadi, aku benar-benar sedih aku pulang dengan hati yang kosong.

Rasanya seperti aku kembali saat dulu belum mengenalnya, sayang sekali sudah banyak cerita yang kami ukir dikisah kami.
Tapi sekarang apa? Aku harus menghapus itu semua.

Sampai dirumahku aku mengurung diri dikamarku, aku terduduk diatas tempat tidurku mengambil ponselku ingin menanyakan kabarnya, aku dibuat kebingungan ketika melihat semua akun media sosial miliknya telah dihapus olehnya.
"Hah!? Ada apa ini, dia seakan-akan seperti mengasingkan diri" batinku.

Teringat dengan surat tadi aku membuka isinya dan menyimpulkan, bahwa surat ini benar adalah undangan pernikahan, disana juga tertulis.
"Yang berbahagia Andrew Hardy&Victoria Thirza".
"Dia akan menikah!?!?" seketika air mataku membanjiri seluruh wajahku saat itu juga.

Diundangan itu terselip juga secarik kertas berwana merah hati, yang berisi tulisan tangannya dengan tinta ungu.

"Untuk yang tersayang Stefano"

Stefano aku bersyukur karena tuhan telah mengirimkanku seorang pria sepertimu, untuk menemani sepinya hariku.
Satu tahun kita menjalin hubungan aku tidak tahu mengapa rasa ini begitu saja tumbuh, aku sadar kamu selama ini mencurigaiku menyimpan sesuatu.
Dulu orangtuaku pernah berkata jangan sampai aku bisa menjalin hubungan dengan orang yang berbeda dengan agama kami, orangtuaku sangat menjunjung tinggi agama kami.
mereka tidak ingin putrinya menjalin hubungan dengan orang sepertimu Stefano, oleh sebab itu kita tidak bisa memiliki status selama ini, berat bagiku untuk mengatakan hal ini.
Aku telah dijodohkan dengan seseorang yang berasal dari luar pulau ini.
Maaf aku tak mengatakan hal ini dari awal, karena aku mencintaimu stefano aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersamamu.
Setelah kamu menerima surat undangan pernikahanku, aku tahu tentu saja kamu tidak akan menghadirinya, tidak masalah.
Doa mu akan mengiringi kepergianku dari kota ini menuju Jogja, karena orangtuaku dan orangtua Andrew berjanjian disana.
Aku tidak mencintai andrew sama sekali, orangtuaku yang memaksakan kehendaknya, aku sadar selama ini aku memiliki banyak kesalahan terhadap mereka, selaku putri tunggal aku ingin membahagiakan mereka.
Aku menyimpan sebuah cinta untuk seorang pria yang telah menjadi cinta pertamaku, pria itu dirimu Stefano.
Aku mencintaimu, aku jatuh cinta akan sifatmu yang tak pernah kutemukan pada pria manapun, sayangnya takdir tak menuliskan namamu untuk menjadi pendamping hidupku, maka aku berharap agar Tuhan mempertemukan kita dilain waktu, ketika aku telah sendiri dan kamu juga sendiri.
Aku tak ingin tahu seperti apa perasaanmu saat ini kepadaku, tentu saja pasti kamu sedang hancur mendengar kabar ini, oleh sebab itu aku mengasingkan diriku, maafkan aku Stefano.
Stefano kamu adalah pria yang selalu membuatku merasa bahagia, sekali lagi maafkan aku Stefano.
I LOVE YOU SO MUCH.

Victoria Thirza

Ardenalinku berpacu kencang, sungguh isi surat itu telah meruntuhkan gunung harapanku, selama ini aku yakin bahwa kita pasti bisa bersama nantinya, tapi semua itu harus terkubur, aku sadar bahwa kehendak orangtua dan agama bukan hal yang sepele dalam sebuah hubungan.

Air mataku mengalir kian deras,
"ya Tuhan mengapa engkau harus mempertemukanku dengannya , jika hanya luka yang akan terukir" batinku.
"Aku hanya bisa berdoa agar setiap doa yang kamu panjatkan terkabul Za.." aku beranjak dari tempat tidurku berjalan menuju jendela kamarku.

Aku terduduk dibalik jendela mendengarkan alunan musik, until i found you (Staphen Sanchez) lagu yang kami putar dimalam terakhir kami.

Gerombolan merpati putih berjejer diatas bentangan kabel listrik, dan jingga yang menyebar dilangit perlahan mulai memadam, satu-persatu merpati itu terbang mendalami langit.
"Semoga kita dapat bertemu lagi Victoria".

The End

VictoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang