Prolog

1 1 1
                                    

Hai, aku kembali. Dengan satu cerita baru, dan warna baru yang ku hadirkan. Datanglah, dan bergabung untuk nikmati semua sakit, sedih, senang, tawa, dan bahagia dalam waktu yang sama. Selamat membaca ...

Prolog

...

"Biru, bisa gak kita ulang semua hal indah yang kita ciptakan waktu itu ?"

"Aku sih bisa, Jingga. Tapi semua itu butuh waktu. Gak bisa instan."

"Kita emang bener-bener sejauh ini, ya sekarang?"

"Aku gak tau. Aku pergi, ya Jingga? jangan cari aku. Jangan berlarut - larut."

Aku geming, sedangkan Biru pergi menjauh, dan perlahan menghilang dari pandanganku.

Aku sadar, terhitung di bulan November saat itu, perubahan sikap Biru padaku terlihat begitu kentara. Bulan November yang seharusnya menjadi bulan paling menyenangkan untukku, kini sirna sudah. Bukan pertama kali Biru melakukan ini padaku, namun ini kali kedua Biru melakukan hal yang sama.

Aku tak tahu apa yang terjadi pada Biru. Sehingga, hal itu membuatku terus menerus menyalahkan diri sendiri, dan bertanya-tanya, salah apakah aku sampai-sampai Biru setega itu padaku.

Hujan bulan November yang seharusnya aku sukai, untuk pertama kalinya aku tidak menyukai hujan.

"Biru, aku kira aku berarti buat kamu. Kata kamu, kamu akan sama-sama terus sama aku dalam keadaan yang sama, tapi nyatanya kamu pergi gitu aja." Aku berteriak menembus hujan di sore itu.



Dikit dulu aja, ya? Namanya juga prolog.

See you di Bab 1

B I R UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang